Oleh: Rahmat Hidayat, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.
R. Haidar Alwi, tokoh toleransi Indonesia sekaligus pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, mengapresiasi kinerja Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang berhasil menjaga sinergi antara Polri dan masyarakat. Haidar Alwi, yang juga dikenal sebagai penggerak sosial melalui program "Gerakan Santunan untuk Satu Juta Anak Yatim dan Dhuafa," menyebutkan bahwa Polri telah menunjukkan langkah konkret dalam menegakkan hukum dan menjaga keamanan nasional.
Dalam konteks apresiasi ini, Haidar Alwi juga menyoroti isu fenomena oknum yang sering kali muncul dalam berbagai institusi. Ia menjelaskan bahwa oknum tidak hanya ada di Polri, tetapi juga di lembaga-lembaga lain, seperti TNI, Kejaksaan, bahkan DPR. Menurut Haidar Alwi, fenomena ini perlu dikaji lebih dalam, baik dari perspektif psikologi maupun filsafat, agar masyarakat dapat memahami akar permasalahannya dan mencari solusi yang berkelanjutan.
Fenomena Oknum: Sebuah Realitas Psikologis dan Sosiologis.
Dari sudut pandang psikologi, Haidar Alwi menjelaskan bahwa tindakan menyimpang yang dilakukan oknum biasanya berasal dari konflik nilai individu dengan norma organisasi. "Manusia memiliki dorongan naluriah untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi ketika dorongan ini tidak sejalan dengan nilai-nilai organisasi, maka terjadi penyimpangan," jelas Haidar Alwi.
Haidar Alwi juga menambahkan bahwa lingkungan kerja yang kurang mendukung atau kurang pengawasan dapat menjadi pemicu utama munculnya tindakan oknum. Dalam kasus Polri, Haidar Alwi memuji langkah Kapolri yang memberikan sanksi tegas terhadap anggota yang terbukti melakukan pelanggaran. "Ini langkah maju yang menunjukkan bahwa Polri sebagai institusi tidak mentoleransi pelanggaran, tetapi juga tidak menggeneralisasi tindakan individu sebagai kegagalan institusi," katanya.
Perspektif Filsafat: Moralitas dan Etika dalam Institusi.
Dari sisi filsafat, Haidar Alwi menggarisbawahi pentingnya pemahaman tentang moralitas dan etika dalam menjalankan tugas di lembaga publik. "Setiap individu dalam lembaga harus memahami bahwa mereka adalah representasi institusi. Tindakan mereka, baik atau buruk, mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap lembaga itu secara keseluruhan," tuturnya.
Haidar Alwi mengutip filsuf Immanuel Kant yang menekankan bahwa manusia harus bertindak sesuai dengan prinsip moral universal. Dalam konteks lembaga negara, setiap aparat harus memiliki kesadaran moral untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.
Sinergi Sosial: Polri dan Haidar Alwi Care.