Mohon tunggu...
Haidar Alwi Care
Haidar Alwi Care Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Hati Nurani Untuk Negeri

|||akalku berfikir hatiku berdzikir||| ~cintai negeri sampai mati... ~jaga hati untuk selalu ingat berbagi...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Haidar Alwi: Filsafat Toleransi dalam Menyikapi Korupsi dan Suap

24 Desember 2024   12:11 Diperbarui: 24 Desember 2024   13:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto @haidaralwicare by: Rahmat Hidayat)

R Haidar Alwi, seorang tokoh toleransi Indonesia sekaligus pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, kerap menyerukan pentingnya etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, terutama dalam menghadapi persoalan korupsi dan suap. Sebagai seorang tokoh yang memiliki perhatian besar terhadap kemanusiaan, beliau mengajak masyarakat untuk merenungkan penyebab mendalam dan langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini melalui pendekatan filsafat.

Korupsi: Akar Masalah dan Refleksi Filsafat.

Dalam berbagai kesempatan, R Haidar Alwi menjelaskan bahwa korupsi bukan hanya masalah hukum atau ekonomi, tetapi juga sebuah krisis moral. Ia mengutip pemikiran filsafat bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh niat dan tujuan. "Korupsi terjadi karena adanya nafsu serakah yang mengalahkan nilai kebaikan universal," ujarnya.

R Haidar Alwi mengajak masyarakat untuk merenung: mengapa seseorang tergoda untuk melakukan korupsi? Dalam refleksi filsafat, ia berpendapat bahwa manusia sering terjebak dalam materialisme dan melupakan tujuan hakiki dari keberadaan mereka, yaitu menciptakan manfaat bagi sesama. "Korupsi adalah cermin dari kekosongan nilai-nilai kebajikan dalam diri individu," tambahnya.

Toleransi dan Kepemimpinan Berbasis Etika.

Sebagai dewan pembina Ikatan Alumni ITB, R Haidar Alwi kerap mengingatkan bahwa para pemimpin harus memiliki komitmen terhadap etika yang tidak hanya berdasarkan kepentingan pribadi, tetapi untuk kepentingan rakyat. "Politik yang baik adalah politik yang melayani, bukan merugikan negara," tegasnya. Dalam pandangan filsafatnya, ia menekankan bahwa politik adalah seni menciptakan harmoni dalam kehidupan bernegara, bukan sarana untuk mengakumulasi kekuasaan.

Melalui pendekatan toleransi, R Haidar Alwi berpesan agar masyarakat tidak hanya mengutuk pelaku korupsi, tetapi juga memahami akar masalahnya dan mencari solusi bersama. Toleransi, menurutnya, bukan berarti membenarkan tindakan buruk, tetapi berupaya mengedepankan dialog untuk mencegah hal serupa terulang.

Menyikapi Kasus Suap dengan Bijaksana.

R Haidar Alwi juga menyoroti kasus suap yang sering menjadikan seseorang sebagai tersangka. Ia menekankan bahwa filsafat keadilan harus menjadi landasan dalam menyikapi kasus ini. "Hukum harus ditegakkan secara adil, tetapi kita juga harus memikirkan bagaimana menciptakan sistem yang mencegah praktik suap sejak awal," jelasnya.

Dalam pandangan beliau, pemberantasan korupsi dan suap harus dimulai dari pendidikan moral sejak dini, membangun budaya transparansi, serta memperkuat pengawasan institusi. "Sebuah sistem yang lemah akan selalu membuka peluang untuk praktik korupsi. Maka, yang harus diperkuat adalah mentalitas dan sistem itu sendiri," ujarnya.

Ajakan untuk Refleksi.

Di tengah fenomena kasus korupsi dan suap yang terus mencuat, R Haidar Alwi mengajak masyarakat untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang dipegang. "Kita harus bertanya kepada diri sendiri: apa yang bisa kita kontribusikan untuk mencegah ini terjadi? Bagaimana kita bisa mendidik generasi berikutnya agar lebih berintegritas?"

R Haidar Alwi meyakini bahwa solusi atas persoalan korupsi dan suap tidak cukup hanya dengan penegakan hukum. Harus ada perubahan paradigma dalam cara berpikir masyarakat. "Masyarakat yang adil dan beradab hanya akan tercipta jika setiap individu memiliki kesadaran moral yang tinggi dan komitmen terhadap kebenaran," pungkasnya.

Melalui Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, beliau terus menyuarakan pentingnya toleransi, integritas, dan keadilan dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Pesan beliau jelas: korupsi dan suap adalah penyakit yang hanya bisa diobati dengan kerja sama, refleksi mendalam, dan komitmen terhadap nilai-nilai kebaikan.

(Erha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun