Pada hari itu saya sungguh bersemangat karena hari itu saya akan menjadi seorang santri. Saya di beritahu orangtua saya bahwa pesantren adalah tempat untuk menimba ilmu agama dan para siswa di sana di panggil santri. Para santri menuntut ilmu dan tinggal di asrama.
Saat saya berangkat dari rumah saya merasa sedih sekaligus senang. Sedih karena harus belajar jauh dari rumah, dan senang karena saya akan mendapat teman dan pengalaman baru. Saya akhirnya sampai di depan gerbang pesantren yang berwarna hijau. Saat masuk pesantren suasananya sangat baru karena disana banyak santri yang tinggal di asrama kayu.
Saat saya sudah di asrama saya terkejut karena asrama saya berada di atas kantin yang membuat saya menjadi lebih mudah untuk jajan makanan. Saya di bantu oleh orang tua saya untuk memindahkan barang dari mobil ke asrama. Setelah selesai orangtua saya pamit ke saya. Saya merasa sedih karena saya harus jauh dari orangtua. Sehabis orangtua saya pamit saya merapikan tempat saya untuk tidur yang mana saya tidur di sebelah teman saya sewaktu SD.
Ketika adzan maghrib hingga isya kami sholat berjamaah di masjid dan tilawah Al-Qur'an bersama. Sehabis sholat ustad yang menjadi wali asrama menyuruh berkumpul karena akan memilih ketua asrama. Kami semua memilih orang yang paling pendiam sekaligus terpintar agar asrama tetap stabil dan tidak ada kerusuhan. Yang pada akhirnya pada jam 10 malam kami semua mendegar suara bel tidur wali asrama kami menyuruh kami untuk tidur agar besok bisa bangun untuk sholat Tahajud di esok harinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H