Mohon tunggu...
Haidar Albana
Haidar Albana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka Membaca

Pingin Menjadi Pengubah Dunia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sosial Media dari Kebermanfaatan hingga Dehumanisasi

24 Juli 2021   14:06 Diperbarui: 24 Juli 2021   14:56 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan Teknologi informasi membawa sebuah perubahan dalam masyarakat. perubahan tersebut mencangkup etika, budaya dan norma yang ada, Indonesia dengan penduduk terbanyak ke 4 di dunia dengan kultur, suku dan ras yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan. Dari sabang sampai merauke, dari anak kecil hingga orang tua bahkan kakek kakek pasti memiliki social media guna sekedar memperoleh informasi atau berkomunikasi pada orang jauh. Pada dasarnya media sosial adalah demi kebaikan, memudahkan manusia. 

Namun ada perubahan sistematik yang memperrmudah melupakan fakta bahwa media sosial ini telah banyak menciptakan kebaikan di dalamnya. Cara menggunakannya tidak sesuai dengan tujuan awal diciptakan. Dan ini merupakan salah satu konsekuensinya. Sebagaimana film yang saya tontom dengan judul The Social Dilemma. Film ini adalah film documenter yang bercerita tentang peranan social media dalam kehidupan sehari hari umat manusia. 

Ternyata selain kemudahan yang diterima dari social media seperti kemudahan komunikasi, jual beli online dan keasyikan online lainya tersimpan rahasia besar dalam budaya kehidupan umat manusia hari ini. Film ini membeberkan sisi gelap teknologi internet, ditenagai oleh algoritme yang mana pada akhirnya membawa sebuah pada kedilemaan atau kecanduan. Dalam film ini dijelaskan tentang kengerian dibalik dari penggunaan social media seperti pengawasan secara diam diam terhadap aktivitias penggunaanya serta perekaman dengan hati hati hingga tampilan feed yang memanpiluasi pengguna agar tak bisa lepas dari media social.

Film ini disutradarai oleh Jeff Orlowski, film ini memberikan kesadaran dalam menggunakan social media untuk menjadi pengguna yang cerdas. Dalam film ini kita akan disuguhkan dengan drama yang ditampilkan oleh keluarga dengan kehidupan bersama teknologi modern dan social media. Dan film ini juga akan menyuguhkan beberapa wawancaara yang menampilkan sosok di balik layar kesuksesan media social ternama seperti Google, Firefox, Mozila Labs, Facebook, Twitter, Instagram dan platform media social lainya.  Media Sosial menyebabkan kita kecanduan yang mana hal ini meyebabkan kita mengasingkan diri dari keramaian karena memang banyak ditemukan di pedesaan maupun diperkotaan terkhususnya sekarang semua sekolah dan kuliah dilakukan daring terkadang ada kegiatan kemasyarakatan tapi banyak yang tidak mengikuti dengan alasan  kuliah online, ujian sekolah dll yang intinya adalah malas karena sudah nikmat dengan social media. Ini adalah salah satu bukti contoh bahwa social media membuat dehumanisasi kecil pada tatanan social masyarakat hari ini. 

Tristan Haris, Mantan Pakar etika desain Google. Berpikiran bahwa social media seperti mantra dan itu membuat kecanduan, maka ia menggerakkan dan menulis presnetasi tentang bahaya platform yang ia buat.ternyata dalam social media menganalogikan bahwa "Karena kita tidak membayar produk nya maka kita adalah produk itu sendiri" Ada banyak layanan di internet yang kita anggap gratis, nyatanya tidak. Karena pengingklan lah yang membayar perusahaan social media tersebut. Agar produk mereka dibeli oleh kita. Perubahan perlahan, kecil dan tak terlihat dalam perilaku dan persepsi kita, itulah produk nya. Mengubah cara berpikir, dan jati diri kita adalah cara mereka menghasilkan uang. Kita kadang hanya mengintepretasikan google sebagai kotak pencarian dan Facebook sebagai tempat berbagi foto tapi kita tidak menyadari bahwa mereka bersaing memikat perhatian kita  Perusahaan media adalah model bisnis yang membuat orang terpukau di layar. 

Fenomena ini banyak diartikan sebagai kapitalisme pengawasan, kapitalisme yang mengambil untung dari jejak tak terbatas. Dari semua tempat yang semua orang datangi oleh perusahaan teknologi besar. Internet sebagai loka pasar modern tanpa batas yang hanya memperdagangkan Prediksi nilai saham manusia.  Dan perusahaan ini menghasilkan triliun dollar dan terkaya dalam sejarah manusia. Sebenernya internet adalah sistem yang mengawasi kita, sistem ini tau kita melakukan apa dan berkepribadian apa. Lalu sistem ini juga bisa memancing, memprediksi apa yang kita inginkan dari setiap Aktivis kita di internet. 

Menurut Athur C. Clarke Semua Teknologi yang canggih tidaklah berbeda dari sulap. Sebuah pertanyaan seperti Bagaimana memanfaatkan semua yang kita tahu tentang psikologi dari cara membujuk orang dan menjadikanya tekhnologi? Belajar membuat Teknologi lebih persuasive. Teknologi semacam ini didesain sengaja diterapkan secara ekstrem agar bisa merubah perilaku seseorang.

Contohnya adalah dalam menandai postingan tentu akan dibuka dan dilihat. Hal ini sangat sulit dihindari. Ini adalah kepribadian mendalam manusia yang mereka manfaatkan.Ada disiplin dan bidang ilmu yang disebut “Peretasan Pertumbuhan”. Tim tekhnisi yang bertugas meretas psikologi orang agar dapat pertumbuhan lebih, mendapat pendaftaran pengguna, dan keterlibatan lebih, serta mengajak orang lagi. Chamat Palihapitiya, kepala pertumbuhan Facebook. Yang mempelopori penggunaan uji A/B ilmiah dari perubahan fitur kecil. Perusahaan seperti Google dan Facebook sering melakukan eksperimen kecil pada pengguna dan mengembangkan secara maksimal untuk membuat pengguna melakukan yang mereka mau, itu manipulasi. Sebagai kelinci percobaan untuk melihat banyak iklan dan mendapatkan banyak uang. Facebook melakukan eksperimen penularan skala besar, bisa mempengaruhi perilaku dan emosi dunia nyata tanpa memicu kesadaran pengguna. “Jika sesuatu itu adalah alat, maka hanya diam, menunggu dengan sabar. Jika sesuatu itu bukan alat ia akan menuntut sesuatu dari pengguna, merayu, memanipulasi, dan menginnginkan sesuatu dari pengguna.” Tristan.  Media sosial bukan alat untuk menunggu digunakan, ia punya tujuan dan cara sendiri untuk memperolehnya menggunakan psikologi melawan penggunanya.

Hanya ada dua industri yang menyebut pelanggan adalah pengguna ( Narkoba dan Peranti Lunak). Forward Tofte. Dr. Anna Lambke. Menurutnya media sosial adalah narkoba. Manusia punya perintah biologis dsar untuk terhubung dengan orang lain, itu langsung mempengaruhi pelepasan dopmain dalam jalur kenikmatan . membuat kita berkumpul dan hidup di komunitas dan lain-lain, tak dihiraukan lagi medium seperti media sosial yang menghubungkan antar orang ini akan memiliki potensi kecanduan. Jonatan Haidt. PHD.    Ada peningkatan besar dalam depresi dan kecanduan. Generasi z adalah generasi pertama yang terjun kemedia sosial di sekolah menengah. Seluruh generasi ini lebih cemas, rapuh, dan tertekan. Mereka kurang nyama mengambil resiko, yang mengakibatkan beberapa hal mengalami penurunan. Ketika tekhnologi akan mengalahkan kekuatan dan kecerdasan manusia, namun ada momen lebih awal saat tekhnologi melampaui dan mengalahkan kemampuan manusia, batasan-batasan yang dilampaui ini berakar pada kecanduan, polaisasi, radikalisasi, memicu kemarahan, keangkuhan, dan semuanya. Ini mengalahkan manusia dan skakmat bagi kemanusiaan. Dan berita palsu sangat menguntungkan bagi media sosial.

Tristan Haris, Mantan Pakar Etika Desain Google Berpikiran bahwa social media seperti mantra dan itu membuat kecanduan, maka ia menggerakkan dan menulis presnetasi tentang bahaya platform yang ia buat ternyata dalam social media menganalogikan bahwa "Karena kita tidak membayar produk nya maka kita adalah produk itu sendiri" Ada banyak layanan di internet yang kita anggap gratis, nyatanya tidak. Karena pengingklan lah yang membayar perusahaan social media tersebut. Agar produk mereka dibeli oleh kita. Perubahan perlahan, kecil dan tak terlihat dalam perilaku dan persepsi kita, itulah produk nya.

 Mengubah cara berpikir, dan jati diri kita adalah cara mereka menghasilkan uang. Kita kadang hanya mengintepretasikan google sebagai kotak pencarian dan Facebook sebagai tempat berbagi foto tapi kita tidak menyadari bahwa mereka bersaing memikat perhatian kita  Perusahaan media adalah model bisnis yang membuat orang terpukau di layar.Fenomena ini banyak diartikan sebagai kapitalisme pengawasan, kapitalisme yang mengambil untung dari jejak tak terbatas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun