Mengalami konflik dalam keluarga pasti dirasakan semua orang bahkan kita sendiri. Konflik dalam keluarga bisa terjadi antara ayah dan ibu, orang tua atau anak kita. Konflik pun memiliki kubu, seperti ibu dan anak bertengkar dengan ayah atau orang tua bertengkar dengan anak-anak.
Hal yang bisa membuat konflik terjadi diantaranya seperti menentukan menu makan, aturan yang ada dirumah sampai ke prinsip hidup. Bagi orang tua, konflik yang biasa terjadi adalah ketika anak melawan perintahnya atau orang tua yang menghalangi keinginan seorang anak.
Sumber konflik ada dua yaitu sumber eksternal dan internal.Â
Sumber eksternal misalnya sang suami terkena PHK dari pekerjaannya, yang menyebabkan seorang istri banyak menuntut sang suami. Sumber internal misalnya dalam cara mengasuh anak dalam keluarga, cara ayah dan ibu yang berbeda bisa juga menyebabkan konflik didalamnya.
Ada dua tipe konflik keluarga
Solvable conflict, konflik yang dapat diselesaikan dan akar permasalahannya mudah ditemukan. Misalnya menentukan lokasi liburan. Perbedaan pendapat ini bisa diselesaikan dengan menyatukan suara terbanyak dari anggota keluarganya.
Perpetual conflict, konflik keluarga jangka panjang yang bisa jadi akan bertahan selamanya. Contohnya seperti pindah kepercayaan/agama, pembagian harta warisan yang tidak adil.
Manfaat konflik dalam keluarga bukan hanya berdampak negatif tetapi konflik pun memiliki dampak positif, seperti:
Mendorong pertumbuhan anak, biasanya kakak dan adik bertengkar karena merebutkan sesuatu. Tetapi setelah adanya nasihat yang baik dari orangtua. Kakak dan adik tersebut bisa lebih saling menghargai dan saling menyayangi.
Seorang suami yang sedang bertengkar dengan istri namun ketika mendapatkan nasihat dari seorang guru atau kiayi mereka mendapatkan pencerahan yang membuat mereka semakin menghargai dan menghormati.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H