Lagi ramai ramainya seorang guru sekolah dasar yang sudah berstatus PNS dan sdah tersertifikasi resign gara-gara lingkungan kerjanya yang katanya "Toxic". Saya penasaran dengan istilah ini. Setelah berselancar bersama mbah google, eh toxic itu ternyata istilah yang menggambarkan seseorang, hubungan, atau lingkungan yang memberikan dampak negatif kepada orang lain.Isu itu kemudian diperparah oleh komentar beragam yang meper tanyakan lingkungan kerjanya yang "toxic" atau "dia" sendiri adalah penyebab toxic ya  ? Bisa jadi karena sibuk "ngonten" pekerjaan utamanya sebagai guru ditinggalkan begitu saja dan ketika ada teman lain mengingatkan malah dikatakan "nyinyir". Kasus ini sebelas dua jelas dengan guru yang kesana kemari ikut pelatihan sampai menghasilkan ratusan sertifikat dan "jutaan rupiah", tapi kelasnya selalu kosong. guru. Lho... apakah kita sebagai manusia juga bisa menjadi penyebab toxic  ? Nah pribadi yang menyebabkan toxic ini kemudian dikenal dengan " people toxic ", sebuah pribadi seseorang yang suka bersikap egois dan hanya berteman untuk kepentingan pribadinya. Apakah kita tergolong pribadi yang demikian  ? Baiknya kita memahami beberapa cirinya diantaranya adalah
1. Suka mengkritik orang lain tetapi tidak terima jika mendapat kritikan.
2. Sering merendahkan atau pula meremehkan orang lain
3. Tidak memiliki rasa empati
4. Memiliki kegemaran mengontrol, bahkan memanipulasi orang lain
5. Menimbulkan suasana yang negatif apabila moodnya sedang tidak baik.
6. Sulit meminta maaf kepada orang lain atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
7. Merasa dirinya adalah yang paling benar, dan yang paling bahaya adalah
8. Memiliki sifat menghasut orang lain.
   Kembali kepada persoalan yang PNS resign tadi sebenarnya sih bukan masalah resignnya, karena bekerja dimana itu pilihan. Tapi kurang respek dengan caranya mengumbar alasan resignnya, meskipun jika itu benar, tapi setidaknya hargai tempat kerja dimana dia besar hingga seperti sekarang. Setoxic apapun itu, tapi lingkungan itu berjasa besar buat perjalanan kariernya sampai di titik sekarang.
Mudah mudahan kita dijauhkan dari sikap tidak baik ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H