Sudah hampir tengah hari ada di areal persawahan, tapi belum bisa saya tinggalkan dengan pasrah. Burung burung yang beterbangan kian kemari adalah ancaman besar bagi keberhasilan panen yang sudah di depan mata. Beberapa bagian petak sawah telah kehilangan buah padi karena segerombolan burung yang menghabisinya ketika saya tidak ada dan sedang beristirahat di rumah. Sebetulnya dalam hati saya mengutuki burung burung itu tetapi mau apalagi kalau memang jalan takdirnya sudah demikian.
Ini adalah rutinitas yang selalu jalani sebagai seorang petani ketika buah padi telah ranum berbuah. Burung burung pemakan biji bijian seperti kawan dan juga lawan. Mereka menjadi enemy yang harus kami usir jauh jauh namun juga menjadi kawan yang membuatkan mengeluarkan otot dan urat sampai berkeringat. Kondisi ini telah saya jalani mulai masa kecil ketika diperintah ayah menunggui sawah dari serangan burung-burung yang dholim dan terkutuk. Dan saya mensyukurinya karena saat sekarang saya tidak canggung melakukannya lagi.
Jika di masa kecil dahulu saya fokus melakukan aktivitas menunggui sawah, tapi lain soalnya pada masa sekarang. Karena kesibukan sebagai orang tua dan pegawai pemerintah, akhirnya saya menderita kekalahan dengan hilangnya beberapa isi bulir padi yang saya sebut tadi.
Beberapa orang petani tetangga kanan kiri utara selatan sawah saat ini lebih memasang jaring penghalang burung. Harganya lumayan mahal demikian pula dengan ongkos pasangnya. Meskipun mahal ternyata banyak petani yang tidak memperdulikannya. Dengan bangga, mereka tetap memasang jaring tersebut bahkan dengan biaya selangit sekalipun. Dan mereka kemudian tidak usah menunggui sawahnya pagi, siang dan sore hari.
Namun saya berpikir bertolak belakang dengan hal itu. Saya memilih tidak memasang jaring. Di samping cara pesan dan pasangnya amat ribet, saya merasa saya akan kehilangan momen kebersamaan di sawah bersama petani petani tetangga. Biasanya para petani yang bersama sama menunggui sawah akan menjadi lebih akrab, di samping pula akan lebih bisa mensyukuri nikmat Allah berupa hasil panen yang diperolehnya dengan perjuangan panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H