Medan, Padang, Pekanbaru, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang, Lombok, Makassar, Balikpapan, Tarakan, Banjarmasin, Pontianak, Batam. Kota yang mempunyai Universitas dengan Sekolah Pascasarjananya.
Responden penelitian Descriptive Kualitative adalah Mahasiswa Sarjana, Mahasiswa Pascasarjana, Promovendous Doctor, Dosen, dan Professor.
...
Tema Pertanyaannya:
1. Mengapa Perguruan Tinggi / Universitas mempunyai nilai innovasi yang minim?
2. Mengapa Perguruan Tinggi / Universitas selalu terlambat dalam menerima teknologi?
...
Ontology Jawaban responden untuk pertanyaan "Mengapa Perguruan Tinggi / Universitas mempunyai nilai innovasi yang minim?"
1. Mahasiswa Sarjana: "Sebagai calon sarjana, mereka cuma diarahkan untuk membuat sesuatu yang sesuai dengan koridor kemampuan Dosen Pembimbing. Yang lainnya mengakui jika kemampuan individu adalah faktor penghambat innovasi.
2. Mahasiswa Pasca Sarjana: "Untuk menyelesaikan Thesis, mereka cuma sekedar memenuhi persyaratan untuk wisuda, alasan ini karena mereka melanjutkan kuliah ke pasca sarjana hanya untuk persyaratan karier. Artinya, apapun hasil thesis nya, karier mereka tetap aman. Faktor lainnya adalah sikap Dosen Pembimbing yang memeprsulit ketika konsultasi, serta minimnya respon positif dari dosen pembimbing ketika sang Mahasiswa mengajukan idenya.
3. Promovendous Doctor: "Mempunyai banyak kesamaan perilaku dengan mahasiswa pasca sarjana, artinya, Disertasi hanya sebagai pelengkap persyaratan wisuda. Sikap Promotor juga berperan memperlemah keinginan innovasi sang Promovendous Doctor.
4. Dosen: "Mahasiswa di-didik untuk dapat mengikuti peraturan yang ada. Artinya, mahasiswa harus adaptif terhadap kebijaksanaan kampus yang dianggap telah baik. Hal lainnya, Mahasiswa cenderung mencari alasan ketika mereka belum menyelesaikan tugas akademik nya, kemampuan berkelit deskriptif merupakan ilmu informal yang dikuasai mahasiswa selama pendidikannya. Skill berkelit deskriptif ini dikuasai oleh mahasiswa S1, S2 dan S3.
5. Professor: "Tema yang diteliti oleh Mahasiswa S1, S2 atau S3, tidak ada dalam dafter tema penelitian kampus/dosen. Berpegang pada agenda dan tema penelitian akademik, maka Professor cenderung menolak ide innovatif. Aktualnya memang sedikit Prosessor yang mampu menghasilkan karya innovatif.
...
Ontology Jawaban responden untuk pertanyaan "Mengapa Perguruan Tinggi / Universitas selalu terlambat dalam menerima teknologi?
1. Mahasiswa Sarjana: "Secara individu, mereka ingin sebagai garda depan pengguna teknologi mutakhir, namun mereka belum mempunyai dana untuk memiliki teknologi tersebut, sayangnya, alat-alat mutakhir tersebut belum ada di Kampusnya. Sedangkan mahasiswa dari golongan apatis lebih mendelegasikan penguasaan teknologi mutakhir ke orang lain.
2. Mahasiswa Pasca Sarjana: "Secara individu, mereka ingin sebagai pengguna teknologi mutakhir, namun mereka lebih memilih posisi aman, karena karier telah ada. Sedangkan golongan innovative, mereka mempersiapkan diri dengan pengembangan individu, sebagian yang mempunyai dana, mereka mengadakan sendiri peralatan tersebut. Keterlambatan pengadaan ternologi mutakhir di kampus tidak menjadi hambatan golongan ini.
3. Promovendous Doctor: "Kebanyakan dari Promovendous Doctor adalah beasiswa, maka mereka sedikit lebih apatis akan perkembangan teknologi mutakhir dan pengadaannya di perguruan tinggi. Sedangkan golongan innovative, mereka mempersiapkan diri dengan pengembangan individu, sebagian yang mempunyai dana, mereka mengadakan sendiri peralatan tersebut. Keterlambatan pengadaan ternologi mutakhir di kampus tidak menjadi hambatan golongan ini.
4. Dosen: "Keterlamabatan Perguruan Tinggi dalam menerima teknologi mutakhir lebih banyak disebabkan oleh kemampuan individu dosen, kemudian mereka mempolitisir kebijaksanaan Perguruan Tinggi untuk pengadaan teknologi Mutakhir. Sedangkan dosen golongan innovative, mereka mempersiapkan diri dengan pengembangan individu, sebagian yang mempunyai dana, mereka mengadakan sendiri peralatan tersebut. Keterlambatan pengadaan ternologi mutakhir di kampus tidak menjadi hambatan golongan ini. Dosen innovative ini jumlah nya sedikit di setipa perguruan tinggi.
5. Professor: "Keterlamabatan Perguruan Tinggi dalam menerima teknologi mutakhir lebih banyak disebabkan oleh kemampuan individu professor, kemudian mereka mempolitisir kebijaksanaan Perguruan Tinggi untuk pengadaan teknologi Mutakhir. Berdalih tentang jurusan dan spesialis yang ada di Perguruan Tinggi adalah senjata utama untuk menghambat masuknya teknologi mutakhir ke Perguruan Tinggi.
...
Reportase etape pertama, Jumat 15 Agustus 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H