Mohon tunggu...
Hisnudita Hagiworo
Hisnudita Hagiworo Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu bekerja yang mencoba menyeimbangkan karier dan keluarga

Bekerja di kantor jadi satu cara untuk hilangkan penat di rumah. Begitu pula saat pulang ke rumah, saat ketemu anak jadi cara untuk hilangkan stress di kantor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tak Perlu Dilema Soal Beda Pola Asuh Ibu dan Nenek

6 September 2019   14:28 Diperbarui: 7 September 2019   11:36 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
irishexaminer.com/iStock

Memiliki seorang anak merupakan bentuk tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada sepasang suami istri. Namun, bagaimana cara mempertanggungjawabkan anugerah yang diberikan ini merupakan sebuah tantangan yang lain lagi.

Sebagai seroang ibu baru, mendidik anak menjadi hal yang cukup membingungkan. Contoh simpel yang selalu menjadi dilema para ibu milenial adalah penggunaan gadget.

Bagaimana tidak, setiap harinya anak pasti melihat orangtuanya fokus dan asyik dengan gadgetnya, sementara ketika si anak meminta, orangtuanya melarang. Namun, ketika orangtua sedang kerepotan, gadget menjadi pertolongan pertama supaya anak tetap anteng.

Nah, lalu seharusnya bagaimana?

Berdasarkan kata ahli di banyak sosial media parenting, anak di bawah 2 tahun hukumnya haram kenal dengan gadget. Bahkan, Bill Gates pun melarang anak di bawah 14 tahun untuk menggunakan smartphone.

Namun, kenyataannya kini banyak orangtua yang membelikan gadget, baik smartphone atau iPad untuk anaknya yang berusia di bawah 5 tahun.

Contoh tersebut hanya satu dari ribuan dilema yang dihadapi seorang ibu baru. Belum lagi masalah pola asuh yang berbeda dengan orangtua dan mertua sendiri. Tak hanya dilema, ini juga yang biasanya menyulut perdebatan antara pasangan suami istri.

Ibu milenial sekarang ini suka banget belajar ilmu parenting melalui sosial media, banyak hal yang mereka dapatkan berbeda dengan pola asuh zaman dahulu.

Jika ibu-ibu zaman dulu sudah memberikan makan kepada bayi yang masih berusia 4 bulan, ibu masa kini berjuang untuk memberikan ASI ekslusif hingga usia bayi 6 bulan.

Satu contoh kasus ini saja bisa membuat pertengkaran lho. Apalagi jika mertua yang tiba-tiba berujar, "Duh, cucuku kok kurus ya? Beda kayak bapaknya dulu yang gendut soalnya udah makan pisang kerok pas umur 4 bulan".

Nah ini nih yang bikin hati ibu baru rasanya teriris-iris. Giliran ngadu ke suami, eh paksu malah bilang "Ya namanya orangtua, pasti udah pengalaman". Lalu ujung-ujungnya malah nyuruh istrinya nurut sama ibunya. Waduh kacau sudah dunia persilatan.

Padahal bayi dengan ASI ekslusif hingga 6 bulan, meski terlihat kecil, nantinya akan memiliki sistem imun yang lebih kuat dibandingkan yang tidak ASI eksklusif 6 bulan. Selain itu, masih banyak keunggulan lain, seperti anak lebih cerdas, tulang lebih kuat, dan mengurangi risiko sindrom kematian mendadak.

Beranjak besar, anak juga semakin paham apa itu yang menguntungkannya dan apa yang merugikannya. Di tahap batita atau balita, tentu anak memiliki sosok yang bisa menjadi pelindungnya di saat bahaya datang.

Ayah dan ibu menjadi sosok pahlawan pertama yang akan selalu membela sang anak. Namun, di kala ayah ibu menjadi salah satu musuhnya, misalnya saat anak tak mau menuruti peraturan yang dibuat orangtuanya, kakek dan nenek menjadi pelindung selanjutnya.

Nah, ini yang membuat ayah ibu kembali dilema. Pasalnya, membantah orangtua sendiri itu hukumnya dosa, tapi kalau menuruti mereka berarti ayah ibu tidak konsisten dengan peraturan yang dibuat untuk kebaikan si anak. Saat inilah kesabaran diuji.

Sebenarnya, tak perlu bingung untuk menyelesaikan dilema yang satu ini. Bicara dengan kepala dingin bisa menjadi solusinya. Baik bicara kepada pasangan mengenai pola asuh orangtua/mertua, begitu juga saat berbicara dengan orangtua.

Bicarakan pokok permasalahannya terlebih dahulu kepada pasangan, lalu usulkan cara menyelesaikannya. Anda bisa mendiskusikannya bersama pasangan. Setelah mantap, cobalah untuk berbicara kepada orangtua atau mertua.

Bicaralah dengan nada yang ringan dan tidak terlihat seperti menggurui. Utarakan apa yang mengganjal dalam mengasuh si kecil. Apalagi jika Anda setiap harinya menitipkan anak ke orangtua. Beri pengertian kepada orangtua jika Anda memiliki cara yang berbeda dalam pengasuhan anak.

Meski demikian, jangan terlalu berharap mereka akan dengan legowo menerima pendapat Anda, lebih banyaknya mereka akan tersinggung, tapi sekali lagi, bicarakan dengan kepala dan hati dingin, serta cari suasana yang santai ya.

Namanya juga orangtua, mereka mempunyai pengalaman yang lebih banyak daripada Anda, karenanya jangan terlalu terbebani dengan pola asuh anak yang berbeda ini. 

Lakukan secara bertahap dan tak perlu tergesa-gesa, nantinya anak akan mengerti apa yang dilakukan orangtuanya adalah untuk kebaikannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun