Mohon tunggu...
Hagiant Rassinata
Hagiant Rassinata Mohon Tunggu... -

common people

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dua Lingkaran!

4 Februari 2010   05:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARI ini adik ku kalang kabut. Dia terlihat kebingungan, panik, bahkan ketakutan. Seolah-olah ada bom waktu didalam celananya. Dia juga terlihat seperti pekerja pabrik dikejar-kejar waktu produksi. Diatas meja belajarnya buku-buku pelajaran berserakkan, dari yang tahun lalu dan yang terbaru. Dia sampai harus lupa makan-minum, dan juga buang air. Semua yang dilakukannya itu semata-mata hanya untuk Evaluasi Hasil Belajar (EHB). Dia berusaha keras untuk bisa melewati EHB, dia ingin mendapatkan nilai yang terbaik. Malam ini, dia tak peduli lagi dengan besarnya biaya pendidikkan dan kecilnya uang jajan. Dia tidak lagi memikirkan kesehatan, dia tak peduli bagaimana kalau dia nanti sakit dan harus dirawat dengan biaya tinggi. Dia tidak pikirkan apa yang bisa terjadi nanti, dia tak peduli jika harus jadi pengangguran setelah lulus sekolah nanti. Dia tidak peduli diluar sana ada sekelompokpedagang bebas menjual soal-soal ujian dan ijazah. Dia tak pikirkan lagi bahayanya musuh dalam selimut yang bisa saja menjatuhkan nilainya. Dia tak peduli lagi mau menyalah atau padam lampu meja belajarnya, dia terus membaca. Dia tidak mau pusing masalah hutan yang sudah tidak perawan lagi. Dia tidak pikirkan betapa malunya dia tidak punya komputer dan internet. Dia tidak peduli lagi dengan budaya yang ada, merasa sudah cukup aneh dengan lingkungan disekitarnya. Dia pura-pura tidak melihat seekor tikus yang mencomot bekal sekolahnya besok. Dia buang pikirannya tentang keinginan memiliki sepedah baru. Dia asingkan kepeduliannya terhadap orang-orang yang berpengaruh didalam hidupnya. Hanya ada satu hal yang dipikirkan dan dipedulikan oleh adik ku, yaitu: Evaluasi Hasil Belajar. Semoga hasil EHB~nya nanti sesuai dengan apa yang telah dia usahakan.

Keesokkan harinya. Adik ku rianggembira dengan hasil ‘evaluasi’~nya. Dia mendapatkan 100, nilai tertinggi. Tidak terbayang kalau semalam adik ku hanya berleha-leha, menonton tv, makan cemilan, bermain-main lalu tidur. 100 itu adalah: Angka 1 dan dua lingkaran. Adik ku berhasil mendapatkan angka 1, dia sukses kembali menjadi orang no.1 dikelasnya. Dan adik ku berhasil mendapatkan dua lingkaran, dia sukses mengikut-sertakan nol dan nol. Tidak terbayang jika dua lingkaran itu tidak ada. Mungkin adik ku hanya dapat 1 angka saja, bilangan terkecil. Tidak terbayang juga jika sepedah tidak mempunyai dua lingkaran pada kaki-kakinya. Mungkin sepedah itu hanya dapat 1 fungsi saja, menjadi barang rongsokkan. Sungguh besar efek dua lingkaran. Tidak salah lagi jika $ 100 menjadi pecahan tertinggi. Tidak meragukan lagi jika ada dua lingkaran didalam 100 hari pemerintahan, lingkaran politik dan lingkaran setan! Yang kaya harus semakin kaya dan yang miskin tetap saja harus miskin.Jika rakyat secara jungkir-balik membayar pajak, alhasil-pelayanan masyarakat harus disediakan secara habis-habisan. Jika keseimbangan hak dan kewajiban itu tidak berjalan dengan baik, alhasil-akan timbul tegangan arus tinggi. Jangan sampai kami* ini berpikir, bahwa-pemerintah itu tak berbeda dengan seorang pria yang mengetuk pintu diakhir tahun dan menagih pajak diawal tahun. Kata kakek ku, “Jika pemerintah itu adalah ‘abdi’ masyarakat, alhasil-rakyat pun menjadi ‘juragan’~nya pemerintah.”. Ternyata ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun