[caption id="attachment_170099" align="aligncenter" width="259" caption="google.com"][/caption] SALAM Dengan di bacanya surat ini saya Asep bin Paijo saudara paijo yang merantau ke jakarte guna mengais sesuap nasi dan sebongkah berlian MENYATAKAN kekecewaaannya kepada para MAHASISWA. Saya adalah pedagang NASGOR (nasi goreng) yang biasa mangkal di kampus-kampus seluruh indonesia. seperti petikan kalimat diatas yaitu kekecewaan terhadap MAHASISWA yang berbuat seenaknya pada kami(pedagang nasi goreng), mahasiswa sering berkoar koar keadilan tetapi kenapa mereka justru menindas kami (pedagang nasi goreng), adapun alasan saya (akang asep) menulis surat ini adalah : 1. hari itu hari selasa, jam dinding digerobak menunjukkan pada jam 7 tepat dikala lalu lalang kendaraan pribadi maupun umum yang berkoar koar membuat jalanan ramai datanglah seorang mahasiswa ke gerobak saya, dari jaket yang dipakai terlihat tulisan ekonomi. Terpampang wajah clingak clinguk sambil membawa kantong kresek warna hitam "nasi goreng apa mie mas", sapaku dengan ramah yang kutandai dengan senyum mengembang di mulut sexyku "anu, anu pak", #sensor "anu anu apa mas, kamu panuan aku ngak", #sensor " anu, anu pak" mulut seolah terkunci sulit untuk dibuka "ia ada apa mas", sedikit menunggu menjadi pedagang harus sabar bukankah pembeli adalah raja, aku sabar guna mendapat keuntungan "anu pak, saya bawa telur sendiri boleh numpang ngoreng pak" "HAAAAA" hanya ekspresi mlongo Mungkin ini adalah mahasiswa yang sangat diharapkan seperti motiv ekonomi, pengorbanan sekecil-kecilnya guna keuntungan yang sebesar-besarnya. tetapi tidakkah para mahasiswa ini akh.... masak sih tega mengorbankan kami (pedagang nasgor) guna mencapai keuntungan pribadi. dan untuk diketahui istri saya 2 dan anak saya satu. 2. Dikala langit kota gerimis hati meringis karena pendapatan seupris datanglah sebuah motor bebek merek komeng berhenti di depan gerobak jualanku, "akh lumayan ada yang datang bisa menambah kantong saku dan membawa pulang uang untuk kulakan besok "mau nasi apa mie dek", kataku mengawali pembicaraan, "enggak pak numpang berteduh", katanya tanpa rasa berdosa belum hilang rasa jengkelin pada hatiku datang lagi 2 orang mahasiswa mengendarai tunggangan nidji aku hanya acuh saja, paling-paling juga numpang berteduh lagi, namun tiba-tiba "mav, pak" kata mahasiswa yang baru datang "ia dik, mau pesan nasi ya" kataku semangat penuh gairah, akan tetapi "ngak pak, saya mau nanya ke soehat lewat sini lurus ya pak", saat mereka pergi aku tahu setiker di motor mereka bertulis hukum, akh ketika mereka berteduh dan bertanya apakah tidak memikirkan perasaanku, awakku luwes mikir bojo loro, mikir butuhe, mikir blanjane.... 3. ketika harga harga lagi naik seperti yang kita ketahui mahasiswa adalah orang cerdik lagi pandai memikirkan cara, smpai suatu hari ketika kupandang langit begitu gelap begitu lambatnya aku menyadari kalau ini sudah malam. "ma'af pak" seorang mahasiswa datang membawa bungkusan kresek, aku pikir pasti ini mau numpang ngoreng telur lagi, akan tetapi kenapa bungkusan kresek itu lebih besar "ia ada apa dek", perasaanku sudah ngak enak mungkinkah????? "anu pak boleh saya ngrakit makanan disini, saya sudah bawa mie sendiri, sudah bawa telur sendiri, sudah bawa kecap dan saus sendiri, tolong dibuatkan mie goreng rakitan donk pak", "emangnya aku sukiyat", Tak habis pikir, masak nanti gerobakku juga ditulis "terima nasi rakitan, juga mie goreng dan mie kuah rakitan", apa kata dunia. emangnya gerobak ini kiat esemka apa, begitu aku lirik ke kaosnya huft Tekhnik. 4. aku bersyukur hari ini begitu laris banyak yang mengantri beli nasi goreng, hmmm indahnya kalau begini terus, aku gambarkan ada 7 orang mengantri setiap orang beli 3 bungkus di bawa pulang akan tetapi di antrian ke dua cewek dari buku yang dia bawa bertulis biologi "klotek...klotek", ku pasang panci diatas bara api ketika kuambil nasi dan kuletakkan kedalam piring sebagai takaran "eh pak nasinya separo ajah ya, saya lagi diet ngak ingin ngonsumsi karbohidrat banyak-banyak" "sreng...sreng..."kumasukkan nasi di atas penggorengan ketika ku ambil vetcin "eh pak,.. pak" vetcinnya dikit ajah yah", ketika ku ambil caos "eh pak..pak caosnya ini beli yang harganya berapa" "eh pak..pak.. kecapnya ini merknya apa, kok disobek labelnya" "eh pak..pak.., jangan lupa pake minyak wijen ya" "eh pak...pak..", jngan lupa juga pakai arak masak" "eh pak...pak...,, gorengnya yang matang ya terus dikasih dadar". Amarahku memuncak  dikala banyak orang yang antri, namun waktu terbuang banyak untuk satu orang ini, dan lagi ternyata belum selesai "eh pak tadi ngak pake mericha ya, tolong dibuatkan yang ada merichanya deh, yang ini ngak jadi pak", emaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk, ingin rasanya aku ledakkan saja gerok itu. namun dikala kesusahan itu "pak sudah berapa ya semua" "nasi goreng ama es teh 12 ribu neng", ini pak, uang 15 ribu diberikan" "waduh ndak ada kembaliannya neng" "ya udah buat bapak aja deh itu kembalian", tak kala kulirik bros dibajunya bertulis peternakan, dan inilah mahasiswa harapan kami (para penjual nasgor ) mahasiswa yang akan mensejahterkan kami, kami tidak peduli akan rencana maupun program yang digembor-gemborkan pemerintah, akan tetapi mahasiswa yang (mohon ma'af yang tidak meminta kembaliannya) inilah yang kami harapkan, agar kesejahteraan, kemakmuran, kejayaan kami para pedagang nasgor tercapai. Untuk itu saya mengharap dukungan dari segenap bangsa rakyat indonesia, dan para pedagang nasgor dimanapun yang membaca surat ini mari kita teriakkan PEDAGANG NASGOR BERSATU TIDAK TERKALAHKAN.
SEKIAN
ttd
Pedagang Nasgor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H