panas teriknya siang ini
tak sebanding dengan jiwa yang terluka
sengatan matahari yang membakar kulit
tak segerah hati yang terpanah
dikala hari yang begitu panas menyengat, irma seorang gadis cantik nan jelita pulang dari dari kerjanya, namun sunguh apes bin sesuatu. Irma dicegat oleh beberapa polisi yang melakukan razia kelengkapan kendaraan bermotor.
"kamu ke post polisi di depan ya, kamu telah dianggap bersalah karena tidak menyalakan lampu utama" begitu kata polisi yang menilang irma
di post polisi sendiri terdapat 3 polisi, yang bagian pencatat surat tilang adalah sang pemimpin yaitu komandan mereka. sementara itu santo yang mengemudi dibelakang irma juga nasibnya sama-sama apes. akhirnya mereka berdua dan seorang polisi yang menilang berjalan ke post yang letaknya di seberang jalan.
"aduh pak, saya ndak melanggar apapun, surat semua lengkap, motor juga lengkap. kenapa ditilang"
" anda tidak menyalakan lampu" jawab polisi yang menilang
"tapi saya menyalakan lampu, zumfah ane zuzur pak" dengan nada masih merengek
"yang anda nyalakan lampu kecil, bukan lampu utama"
"ya mana saya ketehek pak, di spanduk di jalan-jalan disuruh nyalakan lampu, saya kira lampu kecil sudah cukup" keluh kesal irma
"akh alasan, sini sim sama suratnya, mau nitip apa mau dipengadilan" sang komandan meminta surat yang dibawa bawahannya yang menilang
ketika sang komandan membaca nama wanita yang ditilangnya, wajah komandan terlihat sedikit shock
"IRMA" begitu komandan membaca nama tertulis di Sim
"ada apa ndan, apa ada teroris" tanya bawahannya
"namanya irma, aku jadi teringat istriku"
"loh bukannya nama istri komandan Dewi, oh istri muda yah ndan" tawa cengengesan terlihat dari bawahannya
"gemblung, gue tipe setia tauk"
"terus apa hubungannya ama nama IRMA ndan?"
"kamu tahu ngak, istriku setiap aku cubit selalu menjerit awww..."
"aduh aku tambah bingung deh ndan, tadi irma sekarang menjerit?"
"aduh lo jadi bawahan gue mgak gaul, sini gue bisikin , IRMA itu Kepanjangan dari Ih Rintihannya Menggoda Aku".
mendengar bisikan sang komandan hanya terlihat muka bengong bawahannya tersebut.
"udah kamu mbak irma boleh pergi" memberikan surat pada irma
"asiiikkkk, terimakasih ya pak, bapak baik deh" muka riang terpampang dari wajah irma
"santoso widiarto" sang komandan memangil sang pemilik sim
"ia pak" jawab santo
"kamu yang bernama santoso widiarto"
"benar pak , nama saya santoso widiarto, tapi teman-teman saya biasa memanggil saya IRMA"
**TAMAT**