Tidak hanya trek sepeda, arena jogging pun sudah disediakan di DSP Mandalika. Lanskap alam yang ditawarkan tentu membuat banyak wisatawan tergiur ingin mencoba lari di sini.
Mau tempat jogging yang lain? Tentu bisa. Beberapa wisatawan ada yang memilih lari pagi atau sore di pantai Kuta Mandalika. Keuntungan lainnya, kamu bisa lari sambil menikmati sunset. Romantis, bukan?
Sssttt, nggak cuma di pantai Kuta aja lho, kamu juga bisa coba jogging di pinggiran pantai lain. Selain itu, banyak spot aesthetic yang bisa diabadikan dalam bentuk foto. Contohnya, ayunan di Pantai Kuta, monumen Putri Mandalika di Pantai Seger, atau Batu Tengkong tak jauh dari Pantai Seger.
#6. Mendaki dan Menemukan Keindahan Sisi Lain Lombok
Jangan hanya terpana pada pantai dan laut di Mandalika. Rugi banget kalau kamu sudah berlibur kemari tapi nggak mampir ke perbukitannya. Bukit-bukit di Mandalika sangat elok nan eksotis.
Bukit Merese terkenal menjadi spot bagus untuk menikmati pemandangan pantai secara luas. Bukit ini terletak di kawasan Pantai Tanjung Aan. Pada musim hujan, Bukit Merese terasa sejuk dengan rerumputan hijau. Keindahan lain terungkap pada musim kemarau, rerumputan mulai menguning, menciptakan nuansa yang sama sekali berbeda, padahal lokasinya sama.
Selain itu ada Bukit Pink di jalan khusus kawasan Mandalika. Bukit ini disebut pink karena dipenuhi oleh bunga bougainville warna merah muda.
Berpindah dari daerah pandai, mari kita kembali menanjak. Lombok punya soft trekking ke Air Terjun Sendang Gile. Lokasinya adalah pintu masuk pendakian menuju puncak Rinjani.
Masih kurang menantang? Ayo, hiking di gunung Rinjani!
#7. Golf Course dengan Pemandangan Pantai dan Samudera Hindia
Seolah tidak ada habisnya, akan tersedia lapangan golf di Bukit Merese. Sama seperti sirkuitnya, lapangan golf ini sudah bertaraf internasional. Bahkan, yang mendesainnya adalah Tiger Woods, sang legenda golf. Luasan area ini sekitar 160,3 hektare dengan 27 hole.
Masih banyak lagi aktivitas yang bisa dilakukan di DSP Mandalika. Berwisata sehari-dua hari sepertinya tidak cukup. Misalnya, wisata budaya dengan mengunjungi desa-desa widata, mengikuti festival Bau Nyele, atau sekadar melihat proses pembuatan kain tenun.