Selanjutnya, pengembangan kurikulum yang inklusif menjadi langkah krusial. Kurikulum harus mempertimbangkan kebutuhan siswa dengan berbagai jenis kebutuhan pendidikan agar mereka dapat belajar dan berkembang secara optimal. Pengembangan kurikulum yang inklusif memungkinkan siswa berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan teman sebaya mereka, dengan memanfaatkan konsep ZPD.Â
Konsep ZPD mengacu pada jarak antara tingkat perkembangan aktual anak dan tingkat perkembangan potensial yang dapat dicapai melalui bantuan dari guru dan teman sebaya yang lebih mampu. Dengan menerapkan konsep ZPD, siswa berkebutuhan khusus dapat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan untuk mencapai potensi mereka yang terbaik.
Kriteria ABK yang dapat mengikuti sekolah inklusif dengan kurikulum ZPD ini diantaranya ABK yang memiliki Keterbatasan Perkembangan, Kesulitan belajar, Gangguan spektrum autis (GSA), Gangguan pendengaran atau penglihatan, Gangguan perilaku atau kebutuhan pendukung tinggi.Â
Penting untuk diingat bahwa setiap anak dengan kebutuhan khusus adalah unik, dan kriteria untuk mendapatkan ZPD harus didasarkan pada evaluasi setiap anak terhadap kebutuhan, kemampuan, dan tingkat perkembangan mereka. Penting untuk melakukan identifikasi yang cermat dan konsultasi dengan tim pendidikan, orang tua, dan profesional terkait untuk menentukan apakah ZPD sesuai dan bermanfaat untuk siswa dengan kebutuhan khusus tersebut.
Sekolah inklusi dengan kurikulum ZPD ini diharapkan akan menjadi sebuah solusi bagi permasalahan pendidikan di Indonesia khususnya bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Diharapkan Sekolah inklusi ini akan sampai pada pelosok negeri supaya terjamin dan meratanya pendidikan yang layak di Indonesia.Â
Daftar Pustaka:
Ineu Herawati, Nenden. (2016). Pendidikan Inklusif. Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 27-55 https://doi.org/10.17509/eh.v2i1.2755
Shabani, Karim., Khatib, Mohamad., Ebadi, Saman. (2010). Vygotsky's Zone of Proximal Development: Instructional Implications and Teachers' Professional Development. English Language Teaching, 3(4), 2-37 http://dx.doi.org/10.5539/elt.v3n4p237Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H