Diperkirakan bulan Ramadan kali ini akan jatuh pada tanggal 11 Maret 2024 Masehi. Tak terasa ya gak sampai satu bulan lagi kita akan memasuki bulan suci tersebut. Siapa yang sudah gak sabar?
Sebagai masyarakat Indonesia yang sebagian besarnya merupakan umat Muslim, Ramadan menjadi momen suka cita yang kehadirannya ditunggu oleh banyak orang. Ramadan seakan memiliki vibes-nya tersendiri yang tentu sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya.
Bicara soal Ramadan di Indonesia, ada banyak sekali tradisi yang hanya muncul pada bulan tersebut, salah satunya adalah Takjil on The Road. Gak hanya di Indonesia, ternyata Mesir juga memiliki tradisi yang mirip dengan Takjil on The Road, yang disebut Maidatur Rahman.
Artikel ini akan membahas mengenai perbedaan antara Takjil on The Road dan Maidatur Rahman.
Takjil on The Road di Indonesia
Sebagaimana namanya, Takjil on The Road adalah sebuah kegiatan berbagi takjil atau makanan berbuka puasa yang dilakukan di pinggir jalan. Umumnya, kegiatan ini digerakkan oleh organisasi tertentu untuk masyarakat sekitar.
Pada bulan Ramadan, masyarakat Indonesia tetap harus bekerja dan beraktifitas seperti biasa, lantas tak jarang pada saat azan maghrib tiba, mereka masih berada di luar rumah. Oleh sebab itu, terbentuklah budaya Takjil on The Road di Indonesia, agar masyarakat yang masih berada di perjalanan dapat segera membatalkan puasanya. Tradisi ini juga secara sederhana bertujuan untuk saling berbagi, khususnya kepada masyarakat dari kalangan bawah.
Penjelasan dan Sejarah Maidatur Rahman di Mesir
Beralih ke Mesir, terdapat satu tradisi Ramadan bernama Maidatur Rahman. Tradisi ini sangat mirip dengan Takjil on The Road di Indonesia, tetapi memiliki konsep yang berbeda.
Terdapat segelintir masyarakat Mesir yang secara sukarela menggelar meja dan bangku-bangku di depan rumahnya atau di lahan kosong yang bisa digunakan sebagai tempat buka puasa bersama, tempat itulah yang disebut sebagai Maidatur Rahman. Si pemilik tempat akan turut menyediakan makanan berbuka puasa dalam jumlah yang banyak, siapapun boleh datang dan tidak akan dipungut biaya sepeser pun.
Kata Maidatur Rahman sendiri terdiri dari dua kata bahasa Arab, yaitu Maidah dan Ar-Rahman. Maidah berarti "Hidangan", sedang Ar-Rahman berarti "Maha Pengasih". Maka, Maidatur Rahman dapat diartikan  sebagai "Hidangan yang datang dari Yang Maha Pengasih". Tradisi ini memang sangat lekat dengan tolong menolong dan menebar kasih sayang kepada sesama, makanya dinamakan seperti itu.
Meskipun Mesir bukanlah negara yang kaya dan masih banyak penduduknya yang kekurangan, namun orang Mesir justru berlomba-lomba untuk bisa menyelenggarakan Maidatur Rahman di setiap tahunnya.Â
Terdapat satu hadist yang dipegang teguh oleh masyarakat Mesir sampai tradisi ini bertebaran di penjuru negeri Mesir. Hadits tersebut berbunyi, "Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga." (HR. Tirmidzi)
Budaya Maidatur Rahman ini ternyata sudah mengakar sejak ribuan tahun yang lalu, lho, tepatnya sejak masa Dinasti At-Thouluniyah pada tahun 880 Masehi. Kegiatan berbagi hidangan buka puasa di bulan Ramadan ini kemudian dilanjutkan oleh keturunan Raja Ahmad bin Thulun, yang bernama Khumarawy dan seterusnya.Â
Pada sumber lain, tradisi ini dikatakan mulai muncul sejak masa Dinasti Fatimiyah pada abad ke-10 yang diprakarsai oleh seorang Ahli Fiqh yang dermawan bernama Harits bin Laits. Kerennya, tradisi Maidatur Rahman masih terlestari hingga hari ini di Mesir, meskipun sempat hilang pada masa Dinasti Mamalik dan Ustmaniyah karena peperangan.
Setelah mengetahui penjelasan antara kedua tradisi budaya di atas, dapat disimpulkan bahwa antara Takjil on The Road dan Maidatur Rahman memiliki tujuan yang sama, yaitu menebar kebaikan untuk sesama di bulan Ramadan melalui berbagi hidangan berbuka puasa. Sebab pada bulan inilah pahala dilipatgandakan oleh Allah SWT, sehingga masyarakat, khususnya umat Muslim, berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan.Â
Dan perbedaan antara kedua budaya tersebut hanya ada pada konsepnya, di Indonesia, takjil dibagikan kepada warga yang lewat untuk dibawa pulang, sedangkan di Mesir, warga yang datang ke tempat dan dilakukan buka puasa bersama di situ.
Menarik juga ya ternyata kita punya budaya yang mirip dengan yang di Mesir. Berikutnya bahas takjil khas Mesir yuk!
Sumber:
- Hasil wawancara bersama salah satu mahasiswi Al-Azhar, Kairo, MesirÂ
- Maidatur Rahman di Mesir
- Hargai Tradisi Lokal, KBRI Cairo Gelar Maidaturrahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H