Mohon tunggu...
Hafsah Nurul Fitri
Hafsah Nurul Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor -

Pikiran kita yang menentukan aksi dan relasi. if we think we're going to win, Then we'll win

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Media Sosial Sebagai Alat Promosi Dan Disinformasi 'Pedang Bermata Dua'

19 Januari 2025   13:07 Diperbarui: 19 Januari 2025   13:42 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggambarkan Bahwa Media Sosial sebagai Platform yang jangkauannya sangat luas (Sumber : Pinterest)

Peran media sosial semakin menjadi kebutuhan pokok yang penting bagi manusia, di setiap smartphone dipastikan terinstal beberapa aplikasi media sosial, bahkan bisa jadi dalam satu platform media sosial satu orang memiliki beberapa akun yang digunakan untuk berbagai kepentingan berbeda. Media sosial memang dirancang untuk mengumpulkan dan menjangkau banyak orang secara virtual dari berbagai kalangan usia dan latar belakang sosial. Selain digunakan sebagai sarana komunikasi bisnis seperti facebook ads, media sosial belakangan ini semakin kentara juga digunakan untuk media komunikasi politik untuk memengaruhi dan membentuk opini publik.

Membanjirnya informasi di segala sisi kehidupan manusia sebagai imbas dari percepatan teknologi membuat internet menjadi kanal informasi yang hampir tidak dapat dikontrol.  Namun dibalik semua kemudahan akses informasi tersebut, pada saat yang sama, manusia justru kesulitan untuk mendapatkan makna dari tumpukan informasi yang didapatkannya karena kecenderungan saat ini adalah mencari pembenaran dari pada kebenaran itu sendiri.

Penggunaan media digital, khususnya yang berbasis media sosial seringkali tidak disertai tanggung jawab sehingga tidak jarang menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar, hoax, fitnah, gibah, namimah, gosip, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu yang menyebabkan disharmoni sosial yang menimbulkan mafsadat di tengah masyarakat.

Menurut Fahruddin Faiz, ada tujuh akar kelahiran post-truth (Suatu era Dimana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran yaitu :

Pertama, Manusia suka pandangan baru, kebutuhan akan dukungan eksistensi pribadi seringkali membuat manusia mencari dukungan penguat bagi identitasnya meski bersifat basa-basi dengan cara palsu dan bohong.

Kedua, Media kebutuhan meningkatkan rating, klik like, penambahan follower dan profit membuat media cenderung kapitalis. Memblow up berita sensasional untuk menarik pembaca demi meraup laba.

Ketiga, Komodifikasi, yaitu membisniskan segala sesuatu atau menjadikannya komoditas. Apapun latar belakang yang dimiliki digunakan untuk meningkatkan sisi finansial, status, posisi atau lainnya meskipun hal tersebut ditempuh dengan menebar kebohongan.

Keempat, Kemajuan teknologi tidak diiringi adaptasi dari masyarakat maupun pemerintah, pesatnya laju teknologi tidak diimbangi peningkatan kecerdasan sosial. Komentar-komentar negatif yang dilontarkan secara iseng justru ditanggapi dengan serius sehingga memicu gejolak.

Kelima, Pragmatisme yang berorientasi hasil jangka pendek, caracara instan untuk segera mencapai apa yang diinginkan menyebabkan pembenaran melakukan tindakan-tindakan curang, menyikut kanan kiri seakan menjadi hal yang lumrah supaya melejit di tingkatan teratas.

Keenam, Karakter masyarakat yang gampang kaget, Fahrudin Faiz mengistilahkan dengan masyarakat "epilepsi", suka dengan hal-hal sensasional bombastis dan berebut menjadi penyebar informasi tercepat dalam komunitasnya. Seringkali tanpa dikaji, apapun berita sensasional langsung di-share padahal berita tersebut adalah kebohongan.

Yang terakhir, yaitu Populisme dalam politik praktis berupa sekadar retorika, untuk mendapatkan simpati masyarakat banyak sekali janji-janji indah, gagasan-gagasan muluk yang digaungkan dengan dalil 'demi rakyat' atau 'membela umat', namun sebenarnya dibalik itu semua bertujuan untuk keuntungan dirinya sendiri, mengamankan posisi jabatannya, meningkatkan image pribadinya dan lain sebagainya.

Media Sosial sebagai Alat Promosi dan Disinformasi: Pedang Bermata Dua" menggambarkan bahwa media sosial memiliki dua sisi yang bertolak belakang.

Sebagai Alat Promosi

Media sosial memberikan platform yang sangat efektif untuk mempromosikan ide, produk, layanan, atau kampanye. Dengan jangkauan yang luas dan kemampuan target audiens yang spesifik, media sosial memungkinkan komunikasi pesan secara cepat dan efisien. Banyak bisnis, organisasi, dan individu memanfaatkan media sosial untuk membangun merek, meningkatkan penjualan, dan menciptakan pengaruh positif.

Keberadaan internet sedikit banyak telah mengubah pola interaksi masyarakat. Pola interaksi dilakukan tanpa harus dalam satu ruang dan waktu bersamaan. Internet meleburkan batas- batas yang menghambat seseorang untuk berinteraksi. Menurut Anthony Giddens dengan adanya modernitas, hubungan ruang dan waktu terputus dan kemudian ruang modernitas, hubungan ruang dan waktu terputus dan kemudian ruang perlahanlahan terpisah dari perlahanlahan terpisah dari tempat. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa manusia menciptakan interaksi baru tanpa harus menciptakan interaksi baru tanpa harus bertemu fisik yang salah satunya melalui internet bertemu fisik yang salah satunya melalui internet (social networking). Semakin berkembangnya penggunaan internet dan tingginya kebutuhan untuk berinteraksi menjadikan social networking atau media sosial menjadi sesuatu yang tidak tertolak terutama bagi semua kalangan khususnya generasi muda. "Mempromosikan barang tidak hanya dengan satu media saja. Untuk menarik konsumen beberapa cara untuk menarik perhatian konsumen. Pada zaman ini, konsumen lebih banyak perusahaan harus mempunyai beberapa cara untuk menarik perhatian konsumen. Perusahaan pada umumnya mengetahui keinginan konsumen pada saat ini.

Sebagai Alat Disinformasi

Di sisi lain, media sosial juga sering digunakan untuk menyebarkan informasi palsu, hoaks, atau propaganda. Konten yang beredar dapat dengan cepat menyebar dan mempengaruhi opini publik, bahkan menyebabkan kerusakan sosial atau politik.

Salah satu ciri utama dari berita disinformasi adalah ketidak akuratan informasi yang disampaikan. Kontennya seringkali tidak didukung oleh fakta yang valid atau bahkan bertentangan dengan kebenaran. Sumber yang tidak terverifikasi dan kurangnya crosschecking menjadi faktor utama yang memungkinkan berita disinformasi untuk menyebar dengan cepat. Hal ini menciptakan lingkungan informasi yang penuh dengan ketidakpastian dan merugikan integritas informasi secara keseluruhan. Berita disinformasi dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari teks hingga gambar, audio, dan video. Kehadiran teknologi manipulatif, seperti deepfake, semakin meningkatkan tingkat kesulitan dalam membedakan antara konten yang asli dan yang dipalsukan.

Dampak dari berita disinformasi sangat luas dan dapat mencakup berbagai aspek kehidupan. Salah satu dampak yang paling mencolok adalah merusak reputasi individu, organisasi, atau bahkan negara. Berita disinformasi dapat dengan cepat menciptakan narasi yang merugikan dan sulit dihilangkan, meskipun informasinya kemudian terbukti tidak benar berita disinformasi dapat memicu kepanikan massa atau bahkan kekerasan di masyarakat. Selain itu, berita disinformasi juga dapat membahayakan kepercayaan masyarakat terhadap media dan lembaga pemerintah. Hal ini menunjukkan bagaimana berita disinformasi bukan hanya menjadi ancaman terhadap integritas informasi, tetapi juga fondasi kepercayaan dan stabilitas masyarakat.

Berikut Tips atau Cara agar terhindar dari terjadinya disinformasi yaitu :

Pertama, Mencari sumber berita media yang kredibel seperti media yang dapat dipercaya, Aktual, dan berasal dari Lembaga pemerintah langsung

Kedua, Baca isi seluruh beritanya, jangan hanya terpaku pada suatu lead berita tersebut.

Ketiga, Mewaspadai berita yang judulnya mengandung unsur propokativ untuk menarik perhatian.

Keempat, Memeriksa lagi tanggal berita tersebut karena biasnya dibagikan secara ulang seolah olah berita baru, Jangan lupa menggunakan alat pengecek fakta agar terhindar dari hoax nya suatu berita.

Kesimpulan

Media sosial adalah 'pedang bermata dua'. Di satu sisi, ia menawarkan peluang yang luar biasa untuk menghubungkan orang-orang dan mempromosikan ide-ide positif. Namun, di sisi lain, ia juga menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan kebencian, perpecahan, dan ketidakpastian. Masalah disinformasi di media sosial adalah masalah kompleks yang tidak memiliki solusi mudah. Namun, dengan kesadaran dan upaya bersama, kita dapat menciptakan dunia digital yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun