MASJID DAN GENERASI EMAS MUSLIM INDONESIA 2045
       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghantarkan manusia kepada perdabannya hari ini. Kehadiran teknologi seperti televisi, telepon seluler, komputer, internet, teknologi transportasi dan lain-lain, telah mempermudah kehidupan manusia sehari-hari, dunia yang begitu luasnya dengan kehadiran teknologi membuat antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya seakan tidak berjarak, hal inilah yang kemudian yang disebut sebagai dunia yang terglobalisasi yakni sebuah proses dimana manusia di bumi diinkorporasikan (dimasukkan) ke dalam masyarakat dunia tunggal, masyarakat global. Melalui proses globalisasi inilah terjadinya perubahan tatanan kehidupan yang seiring waktu makin dinamis dan tidak terbatas.
       Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi juga telah menyebabkan terjadinya perubahan sistem nilai, sosial budaya hingga moral yang begitu cepat,  sehingga memberikan dampak  tersendiri khsusunya bagi generasi muslim indonesia hari ini, kehadiran teknologi komunikasi telah mempermudah masuknya nilai-nilai tertentu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan Pancasila sebagai falsafah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah merasuki generasi muslim, kebudayaan dan nilai asing seperti materealis, indivudalis, paham kebebasan atau liberalisme, pelan-pelan tanpa di sadari menjadi sebuah nilai yang menginternalisasi dalam diri seorang muslim. Selain itu, kesalahan fundamental dalam memahami agama Islam itu sendiri membuat hilangnya pesona kecemerlangan generasi muslim dan menjadi generasi yang krisis identitas sebagai generasi agama yang menghendaki sebuah kemajuan atau peradaban bagi masyarakat, bangsa dan negara.
       Salah satu penyebab hilangnya pesona kecemerlangan  generasi muslim hari ini yaitu absennya fungsi masjid sebagai pusat kaderisasi generasi-generasi muslim hebat dimasa depan yang selalu menjadikan agamanya menjadi landasan dan paradigma dalam berpikir dalam rangka berkontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. Masjid memiliki peranan penting dalam mengkader generasi muslim kedepannya, hal ini tentu seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam membangun semenenjung Arab yang dulunya terbelakang menjadi pusat kemajuan pada saat itu. Sehingga melalui paper ini, berangkat dari permasalahan yang sudah dijelaskan diatas, penulis memiliki gagasan, yaitu dalam membangun generasi muslim hebat Indonesia kedepannya dibutuhkan adanya revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat pengkaderan muslim emas indonesia 2045 yang mampu memberikan kontribusi besar bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. selanjutnya akan dijelaskan berikut ini.
- Krisis Identitas Muslim dan Revitalisasi Fungsi Masjid
      Kehadiran Islam di semenanjung Arab pada abad ke 7 masehi telah banyak memberikan perubahan atas permasalah kemanusiaan pada waktu itu, islam hadir sebagai solusi atas krisis aqidah dan moral penduduk Makkah yang sudah jauh dari ajaran nenek moyangnya yakni ajaran yang dibawa oleh nabi Ibrahim alaihi salam, agama tidak lagi menjadi petunjuk mulia dalam kehidupan, agama hanya dijadikan sebagai kedok pemuas nafsu mereka sehingga berbagai penyimpangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama tauhid itu sendiri banyak dilakukan bahkan telah membudaya dengan pembenaran atas nama agama. Hingga pada akhirnya kehadiran agama islam yang dibawa oleh seorang yang mulia nabi Muhammad SAW telah memberikan perubahan, semenanjung Arab yang dulu terkenal dengan kebodohan (jahiliyah) dan terbelakang berubah menjadi pusat peradaban dan menjadi kiblat kemajuan bagi bangsa-bangsa lainnya di semenanjung Arab dan dunia pada waktu itu, hal ini menunjukkan islam membawa  konsep peradaban yang inheren dalam dirinya yang bersumber dari ajaran-ajaran agama (Alquran dan Sunnah nabi).
      Salah satu kunci keberhasilan Islam menjadikan semananjung Arab yang dulu terbelakang menjadi wilayah yang maju dan bahkan dalam perkembangannya berhasil melakukan ekspansi berbagai penjuru dunia, yaitu keberhaslian Nabi dalam menjadikan masjid Nabawi pada waku itu sebagai pusat pengkaderan generasi muslim penerusnya dimasa depan pada saat itu, masjid menjadi wadah bagi bibit peradaban generasi muslim yang bukan hanya menjadi tempat ibadah seperti sholat, zikir dan ibadah ritual lainnya akan tetapi masjid juga menjadi pusat seperti pelatihan militer, sebagai wadah pemberdayaan ekonomi seperti dengan hadirnya baitul mal, sebagai pusat pendidikan berbagai bidang keilmuan, sebagai pusat peradilan berbagai problematika ummat pada waktu itu. Sehingga sedemikian pentingnya fungsi masjid pada saat itu dalam setiap perjalanan Rasulullah ke berbagai wialyah beliau selalu membangun masjid yang diikuti setelahnya dengan membangun pasar.
      Namun seiring perkembangn zaman konsep masjid sebagai pusat peradaban dalam mengkader generasi muda seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW kini tidak dapat kita jumpai, sehingga menjadi salah satu penyebab dari hilangnya pesona kecemerlangan manusianya. Islam tidak akan pernah kehilangan pesona kebenarannya, akan tetapi Islam kini kehilangan pesona manusianya, karena kecemerlangan mereka bersifat temporal. Itulah yang kini terjadi krisis identitas yang dialami kaum muslimin terutama generasi mudanya. Krisis identitas yang dialami generasi muslim hari ini umumnya di sebabkan oleh jauhnya generasi muslim dari ajaran agama itu sendiri, perubahan zaman yang begitu dinamis dan dunia yang semakin terglobalisasi telah menyebabkan mudahnya masuk nilai-nilai dan kebudayaan asing seperti materalisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain, yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan falsafah panacasila sebagai pedoman dan landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal ini telah banyak mempengaruhi kehilangan kecemerlangan generasi muslim hari ini. Namun jikalau kita telisik lebih dalam lagi, selain perkembangan zaman yang telah mempengaruhi generasi muslim yang menyebabkan jauhnya seorang muslim dari ajaran agamanya, ada beberapa hal mendasar kesalahan seorang muslim dalam memahami agama islam itu sendiri yaitu sebagai berikut:
       Pertama, menerima Islam hanya sebagai warisan sosial bukan suatu pilihan hidup yang didasari atas pemahaman, pengetahuan dan keyakinan, sehingga Islam tidak lagi menjadi cahaya yang mencerahkan akal atau gelombang yang menciptakan dinamika kehidupan, yang berdampak pada kehilangan orientasi dan perasaan yang terarah sebagai seorang muslim.
      Kedua, Persoalan yang mendasar yang menerima islam sebagai hanya bagian dari warisan sosial bukan melalui pemahaman,pengetahuan dan keyakinan. Hal ini akan berdampak pada partispasi ditengah masyarakat, seorang muslim menjadi bagian dari masyarakat secara fisik namun tanpa kesadaran akal dan jiwa yang kuat akan misi, peran, dan fungsi ditengah masyarakat. Kehadiran seorang muslim ditengah masyarakat tidak memiliki makna apa-apa atau tidak dapat menghadirkan kebermanfaatan yang maksimal bagi lingkungan sekitarnya.Â
      Ketiga kontribusi, persoalan partisipasi ini akan berefek pada masalah generasi muslim memiliki potensi namun menjadi potensi yang tidak terpetakan secara baik, sehingga dalam kondisi seperti ini generasi muslim bekerja akan tetapi tidak mungkin maksimal, ia bekerja tetapi mustahil menjadi ulung dan hampir tidak meninggalkan jejak sejarah kebermanfaatan yang patut disimpan dalam ingatan kolektif masyarakat, bangsa dan negara.
      Indikasi-indikasi diatas telah menunjukkan krisis identitas yang dialami oleh generasi muslim hari ini, kehadirannya ditengah masyarakat seakan tidak memberikan kebemanfaatan yang maksimal kearah yang lebih baik, hal ini disebabkan karena kesalahan  dalam memahami agama yang hanya diapahami sebagai warisan sosial sehingga berdampak pada partisipasi dan kontribusinya ditengah masyarakat sehingga menyebabkan keagungan kebenaran islam tidak lagi dapat tervisualisasi dalam kecemerlangan manusia-manusianya yang sudah kehilangan identitas atau jati diri sebagai generasi yang mengsung misi perababan bagi kehidupan masyarakat bangsa dan negaranya.
      Sebagai negara dengan penduduk muslim dan jumlah masjid terbanyak di dunia, menurut data PIC SIMAS (Sistem Informasi Masjid) jumlah masjid di Indonesia yakni 741.991. hal ini menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara dengan jumlah masjid terbanyak di dunia, namun dengan jumlah masjid terbanyak di dunia ini belum memiliki kontribusi yang banyak khsusunya dalam membangun masyarakat kita hari ini, masjid hanya diperuntukkan menjadi pusat ibadah-ibadah ritual seperti sholat, zikir, mengaji, dsb. Sudah seharusnya kita memfungsikan masjid sebagai pusat peradaban dalam membangun masyarakat bangsa dan negara, masjid sudah seharusnya menjadi wadah dalam mengaktualisasi bagi generasi muslim yang siap bekontribusi ditengah masyarakat khususya dalam menyelesaikan krisis identitas yang dialami generasi muslim hari ini.
- Masjid Sebagai Pusat Kaderisasi Generasi Muslim Emas Indonesia 2045
          Sebagai negara dengan penduduk muslim dan dengan jumlah masjid terbanyak di dunia, sudah seharusnya kita bisa memanfaatkan potensi ini dengan sebaik mungkin. kita memang bisa melihat sebelumnya bahwa ada usaha-usaha untuk menjadikan masjid sebagai wadah generasi muda muslim dalam mengaktualisasi diri, yakni seperti munculnya komunitas atau organisasi remaja atau pemuda masjid di masing-masing masjid, akan tetapi hal itu berjalan kurang maksimal, pemuda-pemuda khusunya hanya dilibatkan pada acara-acara serimonial dan ritual atau kegiatan-kegiatan lainnya yang secara subtansial tidak banyak berpengaruh pada perbaikan atas pemasalahn generasi muslim hari ini, belum ada suatu konsep yang menjadikan masjid sebagai wadah dalam proses kaderisasi sehingga tidak ada sebuah proses pembelajaran yang secara utuh memiliki agenda, proses dan tujuan yang jelas, untuk itulah dibutuhkan sebuah peta konsep yang jelas bagaiamana kemudian masjid dijadikan sebagai pusat kaderisasi generasi muslim. Melalui tulisan ini penulis memiiki gagasan  bagaimana kita memetakan konsep dalam mengkader generasi muslim  emas yang memiliki kontribusi besar bagi perubahan kearah yang lebih baik, yaitu dengan menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan dalam mengkader generasi muslim dengan  menggunakan kurikulum khsusus yang diberi nama sebagai kurikulum "better life muslim". Kurikulum ini yang nantinya akan diterapkan di masjid-masjid sebagai kurikulum dalam mengkader generasi generasi muslim yang sudah tergabung dalam komunitas-komunitas yang sudah terbentuk seperti remaja atau pemuda masjid sebelumnya. Lalu seperti apakah kurukulum "better life muslim" ini. ? Secara garis besar kurikulum yang memiiki 3 tahapan dalam mengkader generasi muslim
- Tahap Dasar, pada tahap kurikulum ini merupakan tahap awal dalam proses kaderisasi dimana seorang muslim pada tahap ini, Â pengajar memiliki goals atau tujuan untuk membuat peserta didiknya untuk memperbaharui komitmennya kepada islam; menjadikan islam sebagai identitas yang membentuk paradigma, mentalitas dan karekternya. Dalam proses kaderisasi tahap ini, peserta program ini diperbarui komitmennya dalam tiga hal dalam beragama. Pertama, komitmen aqidah yang menetapkan tujuan dan orientasi serta misi, visi kehidupannya. Kedua, komitmen ibadah yang menentukan pola dan jalan kehidupan atau caranya dalam menjalani kehidupan. Ketiga, komitmen akhlak menentukan pola sikap dan perilaku dalam seluruh aspek kehidupannya. Keberhasilan pada tahap dasar kaderisasi ini akan membentuk para peserta pendidikan yang seperti disampaikan oleh Ibnu Qayyim sesorang telah mencapai kesempuranaan pribadi. Atau dalam bahasa Alquran disebut sebagai muslim kafah yang menyerahkan diri sepenuhnya pda ajaran islam sepenuh diri dan total, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 208;"Hai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam islam keseluruhan (kafah), dan janganlah kamu turut langkahnya setan, sesungguhnya setan itu musuh nyata bagimu," (QS Al-Baqarah [2]: 208)
- Tahap Partisipasi, yaitu tahap kedua dimana peserta yang sudah mencapai kesempurnaan pribadinya dan kemudian dia menjadi bagian dari masyarakat guna mendistribsikan kshalihannya. Dalam proses kaderisasi tahap ini ada tiga hal yang akan dilakukan oleh pengajar kepada peserta kaderisasi generasi muslim yaitu: pertama, mendidik dan membentuk komitmen untuk mendudukung semua proses kebajikan dan melawan semua proyek kerusakan ditegah masyarakat. Kedua mendidik dan membentuk komitmen untuk menjadi faktor pemberi atau pembawa kemanfaatan dalam masyarakat. Ketiga, komitmen untuk menjadi faktor perekat masyarakat dalam mencegah disentegrasi masyarakat. Dalam tahap ini setiap orang yang mengikuti program ini akan mengikuti program partisipasi langsung di masyarakat, seperti melakukan bakti sosial, pengabdian, dan kegiatan sosial lainnya yang memiliki manfaat bagi masyarakat. tujuan dalam tahapan ini yaitu adanya pemahaman atas partisapasinya sebagai seorang muslim dan pengaplikasian langsung sebagai tahap pembiasaan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Rasulullah SAW yang artinya: "dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia" Â (HR. Thabrani dan Daruquthni).
- Tahap Kontribusi, yaitu tahap ketiga dalam proses kaderisasi  dimana ketika seorang muslim yang sudah membaur dengan masyarakatnya berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas hidupnya, hal ini dilakukan dengan menajamkan potensi dalam dirinya yang menjadi kompetensi intinya dengan itu dia dapat menyiapan kontribusi sebesar besarnya  dan menyiapkan sebuah amal unggulan atau karya besar dalam hidupnya, amal yang dipersembahkan bagi Allah, masyarakat bangsa dan negaranya, kontribusi itu dapat diberikan dalam bidang mislanya: kepemimpinan, pemikiran, profesionalisme, finansial dan lain sebagainya. Sehingga dalam tahapan ini bertujuan untuk menjadikan generasi muslim menjadi generasi yang professional dalam bidangnya dalam rangka memberikan berkontribusinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya; "Katakanlah, tiap-tiap orang bekerja menurut keadaan (diri)nya masing-masing." (QS.Al Isra':84), dan Rasulullah bersabda, "Setiap orang dimudahkan melakukan sesuatu yang untuknya ia diciptakan." (HR. Muslim)
3. Kesimpulan
       Keberhasilan melewati ketiga tangga tersebut  peserta kaderisasi ,menggabungkan tiga kekuatan sekaligus, kekuatan pribadi, kekuatan sosial, dan kekuatan pofesionalisme, ia menjadi kuat secara pribadi, karena dia memiliki paradigma kehidupan yang benar dan jelas, struktur mentalitas yang kuat dan solid, serta karakter yang kokoh dan tangguh. Ia menjadi kuat secara sosial, karena dia memiliki kesadaran partisipasi yang kuat, asset kebajikan yang terintergrasi dengan masyarakat, serta menjadi faktor perekat dan pembawa manfaat dalam masyarakat serta ia menjadi kuat dalam hal profesi karena ia bekerja pada bidang yang sesuai dengan kompetenisnya. Hal ini menyebabkan dia selalu berorientasi pada amal, karya, prestasi, serta konsisten dalam melakukan perbaikan dan pertumbuhan yang berkesinambungan dan menjadi generasi yang siap berkontribusi bagi msyarakat, agama dan negaranya.
DAFTAR PUSTAKA
Matta, A 2009, Delapan mata air kecemerlangan, Jakarta, Tarbawi Press.
Najib, M 2020, Masjid sebagai pusat peradaban islam, Rmol.id. dilihat 28 September 2021, https://www.rmol.id/read/2020/07/10/442922/masjid-sebagai-pusat-peradaban-islam-
Ichsan, A 2021, Berapa Jumlah Masjid dan Musholla di Indonesia? Ini Datanya, Republika.co.id, Â dilihat 21 Sepetember 2021, https://www.republika.co.id/berita/qqprju483/berapa-jumlah-masjid-dan-mushala-di-indonesia-ini-datanya
Irma, 2021, Pengertian Globalisasi:Proses, Karektristik dan Dampak Globalisasi, Gramedia.com, dilihat 21 September 2021, https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-globalisasi/
Ridwan, M 2014, Liberalisme Masyarakat Islam (Studi Pengaruh dan aspek negative Liberalisem Pada Masyarakat Islam Indonesia), garuda.ristekbrin.go.id, dilihat 22 September 2021, https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/281187
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H