Mohon tunggu...
Hafiz Jamalluddin
Hafiz Jamalluddin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar yang haus pengetahuan dan pengalaman

Ketika Tuhan membolak-balik sebuah hati yang tercantum dalam kelogisan duniawi. IG : hafiz_islami19

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Tulisan

27 Juli 2023   01:12 Diperbarui: 27 Juli 2023   01:16 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Tulisan...

Cerita ini terkadang related dengan kehidupanku namun kenyataanya tidak. Aku berusaha untuk tidak menyamakan kisahku dengan orang lain namun akhir akhir ini kisahku terbentuk dengan sendirinya. Aku menulis tulisan ini di akhir bulan Juli. Jika tulisan ini membuatmu tidak tersadar atau masih keras kepala, itu tanda dirimu masih belum menerima keadaan yang sudah terjadi. Kejadian ini terjadi cepat sekali dan terasa memasuki fase di mana ada kebebasan namun terkadang sekelebat ingat akan sesuatu.

Perempuan yang sudah aku temui...Maaf untukmu dan juga rasa penyesalan sudah bertemu. Komunikasi ini terlalu panjang dan meruntut ke suatu hubungan tanpa kejelasan. Terkadang aku mendengarkan, terkadang juga aku menghilang. Awalnya berteman baik kini harus asing dan harus menerima kenyataan itu. Ku rasa ini kebaikan untuk kedua belah pihak. Entah semakin sadar atau semakin hilang dalam akal. Ku rasa rumah yang aku kunjungi tak ku pijaki terlebih dahulu. Aku harus mengucap salam dan diizinkan masuk oleh pemilik hati sesungguhnya. Perbuatan salah ini berdampak besar. Terkadang aku orangnya terlalu antusias terhadap lawan jenis. Namun itu adalah sebuah kesalahan yang berujung sebuah dosa. 

Terkadang fase ini membosankan, tapi setelah itu aku menarik kembali kata tersebut. Aku lupa jika dunia yang ku kejar hanyalah sebuah ujian yang dihadapkan oleh beberapa pilihan. Terlena atau melanjutkan perjalanan? Dengan cinta semua bisa dihadapi dan diperjuangkan bersama sama. Itu bukan cinta tapi Nafsu. Nafsu mengambil alih sang pengendali nafsu. Apakah kita kalah telak? Bisa dikatakan iya. Kita kalah dengan Nafsu kita sendiri atau bahkan di ambil alih. Namun nafsu dapat kita kendalikan dan jangan dilepaskan begitu saja dan berakhir dalam kendali nafsu. 

Sadarkah bahwa semua kenikmatan itu hanya sebuah balutan dosa yang seakan kita rasakan itu sangat nikmat dan terlihat nyata. Apakah kita diberikan sebuah kenikmatan? Tentu saja, kita telah diberikan kenikmatan bahkan tak terhingga jumlahnya hingga kita lupa akan tugas kita di dunia. Bisakah manusia keluar dari semua ini? Bisa namun perlu cara dan strategi. Kita perlu proses untuk mencapai sebuah hal. Tidak ada yang instan. Bernafas pun adalah sebuah proses untuk mendapatkan sebuah hasil.  

Mungkin aku sebagai penulis melakukan hal yang sama dan seolah paling suci. Manusia tak ada yang sempurna. Sempurna hanya milik Tuhan. Setiap manusia memiliki dosa dan amalan. Selalu akan ada fase dimana kita jenuh dan ingin kembali pada Tuhan. Namun perlu diketahui, ibadah kita untuk kita sendiri bukan untuk orang lain bahkan Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan hal tersebut. Kita beribadah untuk diri sendiri. Disini aku mengingatkan sekaligus menampar diri sendiri untuk kesekian kalinya. Kesalahan - kesalahan telah terjadi sebagai bahan evaluasi bukan di ungkit lalu di jadikan sebuah kebanggan tersendiri. 

Lalu apa yang bisa di ambil dari semua ini? Bacalah kembali dan jangan jadi orang malas. Masing masing memiliki pandangan yang berbeda -- beda. Aku harap kita sebagai manusia kelak bisa mengerti dan paham. Entah dari segi spiritual atau keilmuan. Iringi ilmu dengan agama dan iringi agama bersama dengan ilmu. Kelak kita akan paham dan sadar bahwa kita manusia yang berupaya jadi lebih baik. 

Fase ini telah di mulai dan doakan aku dan semua orang untuk tetap istiqomah dalam jalan yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Semoga kita dalam perlindungan Allah SWT dan dijauhkan dari hal hal yang membuat kita jauh dari Allah. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun