Mohon tunggu...
Hafizhotus Solihah
Hafizhotus Solihah Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030023 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Watu Goyang, Tempat Wisata Sekaligus Menyimpan Sejarah

12 Juni 2024   21:21 Diperbarui: 12 Juni 2024   21:34 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:dokumentasi pribadi

Watu Goyang beralamat lengkap di dusun Cepluk, Jalan Watu Goyang No.1, Griloyo, Mangunan, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemandangan yang ditawarkan oleh destinasi wisata watu goyang adalah Kota Jogja yang dilihat dari ketinggian. Melewati rute perjalanan yang cukup menanjak tinggi dan berkelok. Dengan estimasi waktu yang ditempuh dari Kota Yogyakarta kurang lebih 1 jam dan jarak 2o km. Buka mulai pukul 07.00 hingga malam pukul 22.00.

Berdasarkan keterangan yang terdapat di lokasi, bahwa asal muasal nama dari Watu Goyang yang berasal dari bahasa jawa memiliki arti batu yang bergoyang berasal dari batu besar disitu dapat digoyangkan. Dua bongkahan batu cukup besar yang bertumpukan dengan bagian belakangnya adalah jurang curam. Selain wisata alamnya, konon watu goyang ini juga merupakan salah satu tempat persinggahan Sultan Agung. Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Sulltan Agung memiliki nama lengkap Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah Raja Kesultanan Mataram yang berkuasa memerintah selama 32 tahun sejak 1613 hingga 1645. Memiliki nama asli Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang yang merupakan putra dari Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Beliau juga yang membawa Kesultanan Mataran pada masa kejayaannya pada tahun 1627.

Sultan Agung singgah di Watu Goyang dalam perjalanan nya saat sedang "Nitik Sari Arum". Nitik Sari Arum merupakan laku spiritual dalam mencari siti arum (tanah berbau wangi) yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat pemakaman beliau dan Raja-raja setelah beliau. Siti arum merupakan tanah dari Mekkah yang dilempar ke Bumi Mataram sewaktu Sultan Agung menunaikan Ibadah Haji. Sesampainya di Mataram (Yogyakarta), beliau melakukan laku spiritual untuk nitik (mencari) siti arum atau tanah yang berbau wangi yang pernah beliau lemparkan. Laku spiritual yang dilakukan Sultan Agung berawal dari Kotagede hingga berhenti di Mangunan, dan beristirahat di Watu Pengilon. Kemudian setelah itu, Sultan Agung melanjutkan perjalanan ke arah utara dan beristirahat kembali di Watu Simanga. Selanjutnya dilanutkan kearah utaraTri Mandala Giri (Hutan Bengkung). Sultan Agung dan abdinya hendak berwudhu namun tidak menemukan sumber air, kemudian Sultan Agung menancapkan tongkatnya ke dinding tebing batu dan ketika dicabut mengeluarkan air(Sendang Bengkung). Ditempat ini, Sultan Agung beribadah dan memanjatkan doa agar diberi petunjuk lokasi siti arum yang dicari, yang sekarang tempatnya dinamakan Pertapaan Bengkung.

 sumber gambar:dokumentasi pribadi
 sumber gambar:dokumentasi pribadi

Dalam Ibadahnya, mata batin Sultan Agung melihat seekor burung merak yang akan menunjukkan tempat siti arum berada. Burung merak hinggap diatas batu besar dan pada saat burung merak tersebut terbang kearah bukit merak (tempat siti arum Makam Imogiri) berada, batu besar tersebut bergoyang dan yang sekarang diberi nama Watu Goyang.

Masih ada hingga saat ini, peninggalan batu yang dapat bergoyang ketika disentuh tapi tidak sampai jetuh menggelinding. Wisata Watu goyang ini dibuka pertama kali pada tahun 2017. "Pertama kali tahun 2017 mba lagi rame-ramenya terus ada pandemi kan di 2019. Tutup total selama ada dua tahun kaya e, sampe kaya hutan ini ditumbuhi tanaman liar. Sekarang proses pemulihan lagi", ungkap salah satu bapak pedagang sekaligus penjaga watu goyang. Jadi pertama kali wisata watu goyang dibuka pada tahun 2017, cukup ramai dan menyita peminat pengunjung baik wisatawan lokal maupun mancanegara yang sedang erlibur di Jogja. Namun, di tahun kemudian adanya pandemi covid-19 yang mewajibkan tempatwisata unuk tutup agar memutus rantai penularan, wisata watu goyang pun kurang terwat. Dan di tumbuhi banyak tumbuhan liar hingga hampir menyerupai hutan. Untuk sekarang ini masih dilakukan pemulihan dan pelengkapan fasilitas.

 sumber gambar:dokumentasi pribadi
 sumber gambar:dokumentasi pribadi

Banyak hal yang dapat dinikmati di wisata watu goyang, beberapa diantaranya yaitu sunset yang memukau, kemudian beranjak malam bisa terlihat pemandangan city light Kota Yogyakarta dengan live music di panggung yang megah, spot foto yang gratis sepuasnya, gazebo yang bisa digunakan untuk bersantai, dantanaman hias yang turt mawarnai keindahan wisata watu goyang. Hanya dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000/orang dan parkir Rp. 2.000 bisa menikmati seluruh fasilitas sepuasnya. Untuk menuju puncak watu goyang nya, diperlukan effort yang ebih karena perlu menaiki banyak anak tangga. Direkomendasikan untuk membawa bekal makan dan minum untuk dinikmati selama perjalanan menuju puncak tujuan watu goyang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun