Mohon tunggu...
Hafizh Syauqi
Hafizh Syauqi Mohon Tunggu... -

Just an ordinary Muslim who wants to be an extraordinary One.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Thalhah Bin Ubaidillah: Syahid yang Berjalan di Muka Bumi

18 Maret 2013   15:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:33 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SEJAK awal keislamannya sampai akhir hayat, sahabat Thalhah tidak penah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat. Beliau dikenal di kalangan sahabat Rasulullah yang lainnya, sebagai sosok yang pemurah dan dermawan. Sisi ini sangat menonjol pada diri beliau. Dalam hidupnya, tampak sekali bahwa beliau dengan ringan dan gampang menyedekahkan hartanya di jalan Allah. Intinya, beliau gampang berkorban demi Islam. Sampai jiwa pun, jika Islam membutuhkannya, beliau siap mempersembahkannya. Hal ini bukan sekadar omong kosong. Namun, beliau telah membuktikannya di berbagai macam pertempuran selama beliau mengiringi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Putra-putri Thalhah

Nama beliau adalah Abu Muhammad Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Di antara putra Thalhah adalah Muhammad yang mendapat julukan As-Sajjad (orang yang ahli bersujud). As-Sajjad ini telah mati terbunuh bersama-sama dengan Thalhah pada waktu perang Jamal. Putranya yang lain bernama Imran, yang berasal dari istrinya yang bernama Hamnah binti Jahsy; Musa dari istrinya yang bernama Khaulah binti Al Qa'qa; Ya'qub yang mati terbunuh pada waktu perang Harrah; dan putranya yang bernama Ismail. Kedua putranya yang terakhir ini berasal dari istrinya yang bernama Ummu Kultsum binti Abi Bakar Ash-Shiddiq.

Di antara putranya yang lain adalah Musa dan Yahya yang berasal dari istrinya yang bernama Sa'ad binti ‘Aum. Sedangkan di antara putrinya adalah Ummu Ishaq, yang telah dinikahi oleh Hasan bin Ali; Ash-Sha'bah dan Maryam, yang berasal dari istrinnya yang merupakan ummu walad. Sedangkan putranya yang lain adalah Shalih, yang berasal dari istrinya yang bernama Al-Fari’ah.

Thalhah Memeluk Islam

Thalhah berasal dari suku Quraisy. Sejak muda, beliau telah memilih profesi sebagai saudagar. Meski masih tergolong muda saat memulai karir di dunia niaga, Thalhah memiliki kelebihan dalam strategi berdagang. Beliau cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih senior.

Pada suatu ketika Thalhah dan rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Thalhah mengalami peristiwa menarik yang menjadi pintu perubahan dalam perjalanan hidupnya kelak. Di tengah keramaian pasar, tiba-tiba ada seorang rahib berteriak-teriak, “Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Makkah?” “Ya, aku penduduk Makkah,” sahut Thalhah. "Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama Ahmad?” tanyanya. “Ahmad yang mana?” tanya Thalhah penasaran. “Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti ia muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan berhijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda," sambung pendeta itu.

Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah. Singkat kisah, tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar, beliau langsung pulang ke Makkah. Setibanya di Makkah, beliau bergegas menemui keluarganya dan bertanya, “Ada peristiwa apa sepeninggalku?” Dan benarlah. Makkah kala itu tengah digemparkan dengan berita kenabian Muhammad. “Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya,” jawab keluarganya. “Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy," gumam Thalhah lirih.

Setelah itu Thalhah langsung mencari Abu Bakar. Ketika Thalhah menanyakan keabsahan berita mengenai Kenabian Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Abu Bakar mengiyakan berita itu. Perlahan, sahabat Abu Bakar mulai menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira` sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar mengajak Thalhah untuk masuk Islam. Usai Abu Bakar bercerita Thalhah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan seorang rahib di Bushra. Abu Bakar tercengang. Lalu Abu Bakar mengajak Thalhah untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan rahib di Bushra.

Di hadapan Rasulullah, Thalhah seketika mengucapkan dua kalimat syahadat. Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam, di mana pada saat itu satu orang bernilai seribu orang. Bagi keluarganya, keislaman Thalhah bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya dan orang-orang sesukunya berusaha mengeluarkan beliau dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu. Namun karena pendirian Thalhah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh pemuda yang santun itu. Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu di leher. Orang-orang berlari sambil mendorong, memecut dan memukuli kepalanya. Dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah, yaitu ibu Thalhah, Ash-Sha'bah.

Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid, menyeret Abu Bakar dan Thalhah, lalu mengikat keduanya menjadi satu dan mendorong ke algojo hingga darah mengalir dari tubuh sahabat yang mulia ini. Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakar dan Thalhah digelari Al-Qarinain (Dua Serangkai). Cobaan dan ujian keimanan di awal keislaman beliau ini tak membuat nyali Thalhah ciut dan semangatnya surut. Justeru peristiwa-peristiwa penentangan dari kaumnya membuat makin besar bakti dan perjuangannya dalam menegakkan Islam.

Kiprah Kepahlawanan

Semasa mobilisasi besar-besaran kaum muslimin dari tanah Makkah ke Madinah, Thalhah mendapat kehormatan untuk mengawal putri Rasulullah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Sampailah akhirnya beliau bersama rombongan ke kota Madinah, dan menjadi bagian masyarakat Islam Madinah. Berawal dari sinilah, kiprah kepahlawan Thalhah sebagai pahlawan Islam tampak lebih jelas.

Sebelum perang Badar, beliau bersama Sa’id bin Zaid diutus Rasulullah memata-matai kafilah kaum musyrik yang melintas. Ketika mereka berdua hendak melapor kepada Rasulullah, ternyata Rasulullah telah berangkat ke medan Badar bertepatan dengan kepulangan keduanya ke Madinah.

Mengetahui bahwa Rasulullah berangkat berperang, keduanya segera menyusul. Namun keduanya menjumpai Rasulullah telah usai berperang. Mereka berduan menyesal karena tidak dapat menyertai Rasul dalam perang Badar. Namun demikian, Rasulullah memberi bagian harta rampasan perang (ghanimah) untuk keduanya. Dengan demikian, keduanya dianggap seperti para sahabat lain yang ikut terjun dalam kancah perang Badar.

Kisah heroik yang paling berkesan ketika membaca kisah sahabat Thalhah, ialah pada peristiwa perang Uhud. Kesaksian Abu Bakar atas Thalhah, seperti diriwayatkan Aisyah, jika Abu Bakar teringat pada waktu perang Uhud, maka dia berkata, “Hari itu adalah milik Thalhah seluruhnya.”

Saat itu barisan kaum Muslimin terpecah belah dan kocar-kacir. Yang tersisa di dekat Rasulullah hanya 11 orang Anshar dan Thalhah dari Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengawal beliau naik ke bukit tadi dihadang oleh kaum Musyrikin. “Siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku kelak di surga,” seru Rasulullah. “Aku wahai Rasulullah,” kata Thalhah. “Tidak. Jangan engkau, engkau harus berada di tempatmu.” “Aku wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar. “Ya, majulah,” kata Rasulullah. Lalu prajurit Anshar itu maju melawan prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang mengantarkannya menemui kesyahidan.

Rasulullah kembali meminta para sahabat untuk melawan orang-orang kafir dan selalu saja Thalhah mengajukan diri pertama kali. Tapi, senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkan untuk tetap di tempat sampai 11 prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal Thalhah sendirian bersama Rasulullah. Saat itu Rasulullah berkata kepada Thalhah, “Sekarang engkau, wahai Thalhah.” Dan majulah Thalhah dengan semangat jihad yang berkobar-kobar menerjang ke arah musuh dan menghalau agar jangan menghampiri Rasulullah. Lalu Thalhah berusaha menaikkan Rasulullah sendiri ke bukit, kemudian kembali menyerang hingga tak sedikit orang kafir yang tewas. Saat itu Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang berada agak jauh dari Rasulullah telah sampai di dekat Rasulullah. “Tinggalkan aku, bantulah Thalhah,” seru Rasulullah.

Keduanya bergegas mencari Thalhah. Ketika ditemukan, Thalhah dalam keadaan pingsan. Badannya berlumuran darah. Tak kurang 70-an luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak dan lemparan panah memenuhi tubuhnya. Beberapa jari tangan beliau putus. Dikiranya Thalhah sudah gugur, ternyata masih hidup. Karena itulah gelar “syahid yang hidup (asy-syahidul al-hayyu)” disematkan Rasulullah. “Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi setelah mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah,” sabda Rasulullah.

Wafat

Pahlawan Islam yang perkasa ini meninggal pada usia sekitar 60 tahun. Beliau wafat dalam peristiwa perang Jamal. Saat itu, sebuah anak panah melesat dan menembus kaki beliau. Karena luka yang cukup dalam, beberapa waktu kemudian, beliau gugur.

Perjalanan hidup Thalhah bak hembusan angin harum. Riwayatnya turut memberi warna indah dan agungnya sejarah Islam. Alangkah patutnya keteladan yang beliau miliki itu kita hidupkan kembali di alam nyata hari ini. Betapa indahnya jika kita mampu menerjemahkan sejarah lama ke masa kini dan meniti jalan yang pernah ditempuh pendahulu kita; beriman sebagaimana mereka beriman, jujur, dermawan, ikhlas dan setia seperti yang mereka tunjukkan, serta berjihad sebagaimana mereka berjihad.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun