Indonesia sebagai negara maritim memiliki potensi besar dalam sektor kelautan, termasuk salah satu komoditas unggulannya, yaitu garam. Garam tidak hanya penting sebagai kebutuhan domestik, tetapi juga memiliki peran strategis dalam berbagai sektor industri, seperti makanan, petrokimia, dan farmasi. Namun, potensi besar ini belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik, khususnya oleh masyarakat pesisir yang menjadi sentra produksi garam. Permasalahan klasik dalam industri garam Indonesia antara lain adalah kualitas garam yang rendah dan ketergantungan impor garam industri.
Sebagai solusi, pendekatan hilirisasi dan diversifikasi produk garam menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah garam domestik. Hilirisasi memungkinkan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan lebih lanjut dari garam mentah menjadi produk dengan kualitas yang lebih tinggi, sementara diversifikasi memperluas penggunaan garam dalam berbagai produk turunan. Kedua strategi ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan dan kemandirian industri, tetapi juga memperkuat ekonomi masyarakat pesisir.
Hilirisasi Garam: Definisi dan Urgensinya
Hilirisasi adalah proses pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi sebelum dipasarkan. Dalam konteks garam, hilirisasi dapat melibatkan proses pemurnian garam menjadi garam industri atau pengolahan menjadi produk turunan seperti garam kosmetik, farmasi, dan sebagainya.Â
Hilirisasi garam bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor garam industri yang seringkali masih menjadi masalah di Indonesia. Tentu keterandalan Indonesia tehadap impor garam menjadi suatu hal yang sangat ironis, mengingat negara ini memiliki akses melimpah terhadap air laut (Jumaeri et al., 2017). Hal ini dibuktikan dengan pemerintah mengeluarkan izin mengimpor garam dengan jumlah 2,92 ton pada tahun 2020.
Walaupun begitu, pemerintah Indonesia juga telah menetapkan kebijakan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional guna mendorong hilirisasi sektor pertambangan dan kelautan, termasuk garam, guna meningkatkan nilai tambah. Salah satu program yang dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat pesisir melalui peningkatan teknologi produksi dan pengolahan garam.Â
Selain itu, infrastruktur seperti gudang dan pabrik pemurnian garam juga diperbaiki untuk mendukung hilirisasi ini. Proses hilirisasi garam diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan garam industri dalam negeri tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki taraf hidup masyarakat pesisir.
Proses Hilirisasi Garam di Indonesia
Proses hilirisasi garam di Indonesia masih mengalami banyak tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah kualitas garam lokal yang belum memenuhi standar industri, khususnya di sektor petrokimia dan farmasi. Garam yang dihasilkan oleh petani garam di Indonesia umumnya mengandung kadar NaCl yang rendah dan kadar kotoran yang tinggi, sehingga tidak sesuai untuk kebutuhan industri.Â
Disadur dari kanal berita CNBC, hal tersebut juga diungkapankan oleh Dr. Miftahul Huda, M.Si yang menjabat sebagai Direktur Jasa Kelautan Kementerian dan Perikanan jika garam lokal hanya memiliki kadar NaCl 87-92% yang berarti berada di bawah standar garam industri yang memiliki spesifikasi khusus dengan kadar NaCl di atas 97%.
Untuk mengatasi masalah ini, proses hilirisasi garam melibatkan serangkaian tahapan pemurnian dan peningkatan kualitas. Berikut adalah beberapa tahapan utama dalam hilirisasi garam:
- Panen Garam Mentah: Garam dipanen dari tambak-tambak garam yang tersebar di wilayah pesisir, terutama di Jawa, Madura, dan Nusa Tenggara. Pada tahap ini, garam masih dalam bentuk mentah dengan kadar NaCl yang bervariasi antara 70-90%.
- Pemurnian: Pada tahap ini, garam mentah dicuci dan dimurnikan untuk menghilangkan kotoran seperti pasir, tanah, dan bahan organik. Proses ini biasanya menggunakan teknologi seperti sentrifugasi atau penguapan berulang. Pemurnian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar NaCl hingga mencapai 97-99%, yang sesuai dengan standar industri.
- Pengeringan: Garam yang sudah dimurnikan kemudian dikeringkan untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari atau menggunakan mesin pengering.
- Pengemasan dan Distribusi: Setelah melalui proses pemurnian dan pengeringan, garam dikemas dan didistribusikan ke berbagai sektor industri, seperti industri makanan, farmasi, dan petrokimia.
Melalui proses hilirisasi ini, garam yang dihasilkan menjadi lebih bernilai dan memiliki kualitas yang lebih baik. Sebagai contoh, jenis garam kualitas 1 dihargai 500-1400 rupiah per kilonya. Sedangkan, harga dari garam industri dapat berkisar 2500-3500 rupiah per kilonya. Tentu terdapat kenaikan harga tersebut sangat signifikan bila hilirisasi ini dapat berjalan dengan baik.
Diversifikasi Produk Garam
Diversifikasi produk garam adalah strategi lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas ini. Diversifikasi berarti memperluas jenis produk yang dihasilkan dari bahan baku garam, baik dalam bentuk olahan makanan maupun non-makanan. Ada beberapa contoh produk turunan yang dapat dihasilkan dari garam, antara lain:
- Garam Industri: Garam yang telah dimurnikan dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri, seperti industri petrokimia, tekstil, dan farmasi. Garam industri memiliki syarat kualitas yang lebih tinggi daripada garam konsumsi, terutama dalam hal kadar NaCl dan kemurnian.
- Garam Kesehatan: Garam juga dapat digunakan dalam produk kesehatan seperti garam mandi dan garam terapi. Produk-produk ini biasanya diperkaya dengan mineral tertentu yang memberikan manfaat bagi kesehatan, seperti magnesium dan kalium. Bentuk praktik dari garam terapi berupa merendam kaki dengan air garam yang bermanfaat terhadap kualitas tidur dari seseorang (Irfan Harefa et al., 2021).
- Garam Makanan Olahan: Garam konsumsi yang telah dimurnikan dapat diolah menjadi produk makanan olahan, seperti garam beryodium atau garam meja berkualitas tinggi. Diversifikasi dalam produk makanan olahan ini tidak hanya meningkatkan nilai jual, tetapi juga memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat melalui garam yang lebih sehat dan terjamin kualitasnya.
- Produk Kosmetik: Salah satu inovasi dalam diversifikasi produk garam adalah penggunaannya dalam industri kosmetik, terutama untuk produk-produk seperti scrub wajah dan lulur tubuh. Kandungan mineral dalam garam dapat memberikan efek pengelupasan kulit yang baik, yang menjadikannya bahan dasar dalam produk perawatan kulit.
Dengan diversifikasi produk, peluang pasar untuk garam semakin luas. Tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, tetapi juga untuk keperluan industri, kesehatan, dan kosmetik. Diversifikasi ini juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat pesisir.
Hilirisasi dan Diversifikasi Sebagai Upaya Penguatan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir, yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani garam, sering kali menghadapi tantangan ekonomi yang berat. Harga garam mentah yang rendah, kualitas produksi yang tidak stabil, serta ketergantungan pada cuaca adalah beberapa masalah utama yang dihadapi oleh mereka. Oleh karena itu, hilirisasi dan diversifikasi produk garam menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
- Peningkatan Pendapatan: Melalui hilirisasi, garam yang diproduksi oleh petani garam dapat diproses lebih lanjut sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Dengan demikian, petani garam dapat mendapatkan harga yang lebih baik untuk produk mereka.
- Penciptaan Lapangan Kerja: Proses hilirisasi dan diversifikasi juga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih banyak, baik untuk proses produksi maupun distribusi. Hal ini dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat pesisir yang sebelumnya hanya bergantung pada produksi garam mentah.
- Peningkatan Kualitas Hidup: Dengan peningkatan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih luas, kualitas hidup masyarakat pesisir diharapkan dapat meningkat. Mereka dapat memperoleh akses yang lebih baik terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya. Selain itu, diversifikasi produk garam juga dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas garam konsumsi.
- Pemberdayaan Teknologi: Salah satu langkah penting dalam hilirisasi dan diversifikasi produk garam adalah pemberdayaan teknologi produksi. Penggunaan teknologi modern dalam proses pemurnian dan pengolahan garam dapat meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Pemerintah dan swasta diharapkan dapat bekerja sama untuk menyediakan pelatihan dan bantuan teknologi kepada masyarakat pesisir.
Tantangan dan Peluang
Walaupun hilirisasi dan diversifikasi produk garam menawarkan banyak manfaat, implementasinya di Indonesia tidaklah mudah. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
- Infrastruktur yang Terbatas: Banyak daerah penghasil garam di Indonesia yang masih minim infrastruktur, baik untuk transportasi maupun pengolahan. Keterbatasan infrastruktur ini menyebabkan proses hilirisasi menjadi kurang efisien.
- Modal dan Investasi: Proses hilirisasi dan diversifikasi memerlukan investasi yang tidak sedikit, baik dalam bentuk modal finansial maupun teknologi. Masyarakat pesisir yang umumnya berasal dari golongan ekonomi lemah sering kali kesulitan untuk mengakses modal yang diperlukan.
- Kualitas Garam Lokal: Kualitas garam yang dihasilkan oleh petani garam Indonesia masih sering di bawah standar industri. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan peningkatan teknologi produksi dan pemurnian.
Namun, di balik tantangan tersebut, ada peluang besar yang bisa dimanfaatkan. Indonesia memiliki pasar domestik yang besar untuk produk garam, baik untuk konsumsi maupun industri. Selain itu, dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan dan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat membantu mempercepat proses hilirisasi dan diversifikasi produk garam.
Kesimpulan
Hilirisasi dan diversifikasi produk garam merupakan strategi krusial untuk meningkatkan nilai tambah garam lokal serta memperkuat sektor ekonomi masyarakat pesisir di Indonesia. Melalui hilirisasi, tidak hanya kualitas garam yang dapat ditingkatkan, tetapi juga harga jualnya, sehingga memberikan keuntungan lebih bagi produsen lokal.Â
Di sisi lain, diversifikasi produk membuka peluang pasar yang lebih luas, termasuk pengembangan produk olahan seperti garam beryodium, garam laut, garam industri, garam kosmetik, dan produk inovatif lainnya. Implementasi kedua strategi ini dapat membantu masyarakat pesisir tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan memperbaiki kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Dukungan dari pemerintah melalui kebijakan yang mendukung pengembangan industri garam, investasi dalam teknologi, serta pemberdayaan masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan dalam upaya ini. Selain itu, kerjasama antara produsen garam, pemerintah, dan lembaga penelitian dapat mempercepat proses inovasi dan penerapan teknologi yang efisien dalam produksi garam. Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan garam nasional, tetapi juga berpotensi menjadi pengekspor garam berkualitas tinggi ke pasar internasional, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.
Referensi
Sulistyaningsih, T., and D. Alighiri. "Quality monitoring of salt produced in Indonesia through seawater evaporation on HDPE geomembrane lined ponds." Journal of Physics: Conference Series. Vol. 983. No. 1. IOP Publishing, 2018.
Efrem Siregar, "Benarkah Garam Lokal Kalah Kualitas dari Impor? (2020), diakses pada 06 Oktober 2020, https://www.cnbcindonesia.com/news/20200114183411-4-130018/benarkah-garam-lokal-kalah-kualitas-dari-impor.
Harefa, Irfan, et al. "Pengaruh rendam kaki dengan air garam hangat terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Panti Jompo." Jurnal Penelitian Perawat Profesional 3.2 (2021): 295-302
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H