Sosok Muhammad Al-Fatih begitu fenomenal. Semenjak usia 12 tahun ia sudah diangkat menjadi sultan. Dengan keberhasilannya membebaskan kota Konstantinopel, Ia telah membuktikan hadis Nabi Muhammad SAW pada 8 abad sebelumnya.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata, Saat kami dengan menulis di sekeliling Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya tentang kota manakah dari kedua kota yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Maka, Rasulullah SAW menjawab, Kota Heraclius akan dibebaskan terlebih dahulu." Maksudnya adalah Konstantinopel. (HR Ahmad)
Dan ternyata, selain Konstantinopel masih ada satu kota lagi yang dijanjikan Rasul akan dibebaskan oleh umat Islam. Kota Roma. Dalam kitab Mu'jam al-Buldaan, karya Yakut al-Hamawi dijelaskan bahwa maksud Rumiyah dalam hadis di atas adalah ibu kota Italia hari ini, yaitu Roma. (Mu'jam al-Buldan, 3/100).
Setelah pembebasan Konstantinopel tujuh abad yang lalu, hingga sekarang umat Islam belum berhasil membebaskan kota Roma. Tugas umat Islam bukan menunggu. Tapi terus mempersiapkan diri agar bisa bergabung dengan mereka bila Allah menakdirkannya mengalami zaman tersebut. Dan salah satu persiapannya adalah dengan meneladani karakter yang melekat pada AL-Fatih sebagai upaya memantaskan diri dalam pembebasan kota Roma diantaranya,
Pertama, Berjiwa Pembelajar. Bercermin dari kehidupan Al-Fatih, seorang pejuang Islam tak pernah berhenti belajar. Ash-Shalabi menulis dalam bukunya bahwa sejak kecil Muhammad Al-Fatih telah belajar Al-Qur'n, hadis, fikih, dan ilmu modern lainnya seperti ilmu berhitung, ilmu falak, sejarah, serta pendidikan kemiliteran, secara teori maupun praktis.
Dengan ilmu yang kita pelajari, tentu akan lebih banyak kontribusi yang bisa disumbangkan untuk kebangkitan Islam dan kaum Muslimin. Imam Syafi'ie mengingatkan,
'Barangsiapa yang tidak memanfaatkan masa mudanya untuk menuntut ilmu, maka bertakbirlah empat kali untuknya sebagai tanda kematiannya."
Kedua, Taat Setiap Saat. Ketaatan menjadi kunci kemenangan para penakluk dalam melawan musuh-musuh Islam. Sebagaimana disampaikan oleh seorang panglima Romawi yang curhat kepada rajanya setelah dikalahkan oleh pasukan Khalid bin Walid.
"Tuanku, tentara kita berperang dengan suatu kaum yang berpuasa pada siang hari dan beramal ibadah pada waktu malam. Mereka berpegang teguh pada janji, saling berkasih sayang sesama mereka bagaikan saudara. Mereka senantiasa mengerjakan kebaikan dan tidak melakukan kemungkaran." Dia berkata dengan jujur. "Sedangkan tentara kita suka minum arak, melakukan zina, selalu ingkar janji, suka berbuat jahat, dan melakukan kezaliman. Karena itulah kita kalah."Â (Diriwayatkan Ahmad bin Marwan al-Malik).
Ketiga, Getol Beribadah. Kedekatan kita pada Allah swt dalam beribadah akan membuka jalan kemenangan kita dalam berjuang. Karena Allah swt bersama kita. seperti ditegaskan olehNya.
"Bila seorang mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, bila ia mendekat kapada-Ku sehasta, maka akun mendekat kepadanya sedepa, dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang dengan berlari"Â (HR. Bukhari)
Seperti itulah yang dilakukan oleh Muhammad al-Fatih. Sejak akil baligh tak pernah absen dalam menjalankan shalat sunnah rawatib dan menunaikan shalat tahajud di kesunyian malam.
Keempat, Pantang Menyerah. Bukan perkara mudah untuk mewujudkan janji kemenangan Rasul dalam menaklukkan Konstantinopel. Dan bukan al-Fatih namanya kalo gampang mundur dari pertempuran. Al-Munyawi mengisahkan dalam bukunya, ketika Konstantin menolak untuk menyerahkan kota Konstantinopel, Al-Fatih bersiteguh, "Baiklah! Tidak lama lagi aku akan mempunyai singgasana di Konstantinopel atau aku akan mempunyai kuburan di sana!"
Tekad kuatnya dalam menaklukkan Kontantinopel, melahirkan kecemerlangan dalam berpikir sehingga tercetus ide brilian memindahkan kapal-kapal perang dari pangkalannya di Baskatasy ke Tanduk Emas dengan cara menariknya melalui jalan darat yang ada di antara dua pelabuhan.
Kelima, Aktif Berdakwah. Seorang penakluk bukan tipikal indivudalis yang cuman mikirin hidupnya sendiri. Dia selalu memikirkan kondisi kaum muslimin dan kebaikan apa yang bisa dilakukannya untuk kebangkitan Islam. Karena itu, aktifitas dakwah sudah menjadi bagian dari kesehariannya.
Dari mulai ngingetin teman untuk nggak pacaran, ngajakin sohib ikut pengajian, terjun dalam aksi damai solidaritas muslim hingga bersuara di sosial media. Apapun kontribusi kita dalam berdakwah, tak ada yang percuma. Semuanya bernilai pahala yang berlipat ganda di hadapan Allah swt.
Itulah beberapa karakter yang bisa kita teladani untuk memantaskan diri jadi bagian dari pemuda penakluk kota Roma. Bukan untuk pamer, tapi semata untuk mewujudkan kabar gembira dari Rasulullah saw. Tak sekedar mengagumi kisah heroik Muhammad al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel, namun ikut berkontribusi sebagai pelaku sejarah kelak dalam membebaskan kota Roma. Siap?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H