Sejak malam itu, yang selalu terpikirkan hanya ada tentang kematian. Memang sesekali masih terpikirkan tentang pekerjaan dan sedikit hal-hal tentang kehidupan. Lalu kembali lagi pada kematian. Pekerjaan yang mematikan. Hidup yang berujung kematian.
Sekarang aku hanya diselimuti dengan ketakutan. Karena di ruangan yang besar ini hanya ada aku sendirian. Mungkin nanti ada yang datang tiba-tiba. Sekelompok penjarah yang kelaparan. Atau grim reaper juga suka muncul mendadak.
Aku pernah bermimpi sedang berada di gurun yang terbakar. Betapa membingungkannya ada gurun pasir yang sudah pasti panas dengan terik matahari yang menyengat kemudian berkobar api pula. Pasti ini neraka, pikirku sebelum kemudian aku terbangun dengan sesak nafas. Asma kambuh. Segera aku ambil inhaler dan ku hisap dalam.
Memang benar bahwa hidup dengan penuh ketakutan itu buruk. Bahkan bisa mengganggu ke alam bawah sadar. Kecuali mimpi-mimpi buruk itu memang sebagai petunjuk. Bahwa aku sudah dekat dengan kematian.
Aku pernah yakin ketakutan ini menguras seluruh tenaga dalam diri. Tiada lagi semangat menyambut pagi. Hanya ada hari-hari yang datar yang tidak terasa telah terlewati.
Merasa sadar dan pasti bahwa kematian sudah dekat. Aku mulai membatasi diri dari orang-orang. Tidak ingin terlalu ramah. Tidak juga berpikir untuk menyakiti mereka. Aku hanya ingin mati tenang. Juga tidak merepotkan. Tapi jika aku mati ketika aku sedang sendirian, maka sudah pasti akan merepotkan.
Karena ulahku yang anti sosial. Sudah pasti tidak akan ada yang mencariku meski mereka tidak melihatku selama berhari-hari. Kemudian mungkin tubuhku akan membusuk dan menimbulkan aroma tidak sedap yang menembus keluar ruangan. Baru lah kemungkinan ada seseorang yang menyadari ada bau tidak sedap disekitar ruanganku ini.
Beberapa orang pun mencoba membuka pintu. Namun sudah pasti tidak bisa semudah itu untuk membukanya. Aku sudah terbiasa mengunci pintu dengan rapat. Keamanan itu nomor satu. Sehingga aku bisa merasa nyaman di ruangan ini tanpa takut ada yang mengendap masuk.
Sulitnya pintu yang terbuka mengharuskan sekelompok orang mencoba membobolnya. Mempreteli gagang pintu karena tidak ada satupun yang berhasil membukanya dengan kunci cadangan atau dengan cara akal-akalan seperti menggunakan jarum atau kawat atau yang lainnya seperti di film-film.
Sekali lagi, keamanan itu nomor satu. Meskipun mereka telah berhasil melucuti gagang pintu. Pasti mereka tetap tidak bisa masuk. Ada beberapa gerendel yang pasti sudah terpasang rapi untuk menahan pintu supaya tidak terbuka. Satu-satunya cara mereka harus mendobrak pintu tersebut. Sehingga gerendelnya hancur berantakan.