Mohon tunggu...
I Hafizal
I Hafizal Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Ergo est scribo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Kita Merasa Bersalah Atas Perasaan Orang Lain

30 September 2024   15:35 Diperbarui: 30 September 2024   15:46 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: vector mass studio/freepik

Terkadang perasaan dalam diri manusia sesuai dengan manusianya itu sendiri. Ada pepatah filosofi kuno yang mengatakan, orang yang bertambah pintar maka orang tersebut akan menjadi pribadi yang baik. Namun jika ada orang dengan pribadi yang jahat (tidak baik) maka orang tersebut belum cukup pintar. Hal ini menandakan belajar dari pengalaman hidup atau kejadian di sekitar diri kita dapat mempengaruhi pribadi atau karakter kita yang juga menyesuaikan dalam kemampuan untuk mengontrol perasaan yang ada.

Kita suka merasa bersalah terhadap orang lain tanpa mengetahui pasti bahwa kita memang melakukan kesalahan terhadap orang tersebut. Misalnya, kita melakukan janji untuk bertemu dengan seorang kawan. Namun ternyata kita terlambat di waktu yang telah dijanjikan karena ada kemacetan jalan yang diluar dugaan kita. Kita merasa bersalah dan meminta maaf atas keterlambatan kita. Namun kawan kita merasa hal tersebut biasa saja dan kerap terjadi. Sehingga bukan jadi suatu permasalahan baginya jika kita datang terlambat.

Contoh lainnya, kita bertemu kawan dan berdiskusi tentang banyak hal. Namun sepulang dari bertemu kawan, kita menyadari ada perkataan yang dapat menyinggung kawan kita. Lalu kita merasa bersalah setelah berpisah dan kebingungan apa yang harus dilakukan. Menghubungi kawan untuk meminta maaf, atau bertanya dahulu apakah dia tersinggung, atau menunggunya mengatakan sesuatu di media sosial tentang kita yang telah menyinggung perasaannya.

Ada banyak hal yang berawal dari pikiran kita sendiri yang belum kita ketahui pasti dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terlalu berinisiatif membuat skenario terlebih dahulu dan tidak ingin membiarkan kenyataan yang buruk akan terjadi begitu saja. Ini lah jati diri manusia. Lebih suka memikirkan dan menciptakan cerita sendiri.

Manusia tidak luput dari kesalahan

Jika manusia adalah tempat kesalahan, maka sudah semestinya manusia tidak hanya memikirkan kesalahan-kesalahan dalam diri atau memikirkan perasaan-perasaan yang membuat jadi merasa bersalah. Manusia bisa saja cukup dengan terus meningkatkan pribadi menjadi lebih baik dan untuk tetap menjadi pribadi yang baik. Tidak pernah merasa puas atas kebaikan yang pernah dilakukan sehingga ingin tetap menjadi pribadi yang baik.

Sehingga manusia tidak perlu selalu overthinking setiap merasa bersalah. Hanya perlu bersiap untuk mudah meminta maaf jika perlu melakukannya dan mengambil pelajaran dari kejadian tersebut untuk meyakini diri sebagai pengalaman penting dan dapat meningkatkan diri menjadi pribadi yang baik.

Merasa bersalah itu perlu. Karena kita menyadari bahwa manusia memang rentan untuk melakukan kesalahan. Namun kita harus selalu bijak dalam menyikapi rasa bersalah yang ada. Tidak berlebihan dan juga tidak menyepelekannya. Melainkan ikhlas bahwa kita telah melakukan kesalahan dan menerima untuk belajar dari kesalahan yang memang terkonfirmasi bahwa kita melakukan kesalahan tersebut. Kemudian memahami hal-hal yang dapat kita kendalikan dengan sebaik mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun