Mohon tunggu...
I Hafizal
I Hafizal Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Ergo est scribo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanggapi Peristiwa dengan Bijak

30 Desember 2021   19:45 Diperbarui: 31 Desember 2021   06:16 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2021 hampir berakhir. Kita akan segera masuk di tahun berikutnya yang menandakan bahwa kita sudah hampir 2 tahun berdampingan dengan Corona Virus. Di tahun ini pun selain hidup terganggu oleh Covid, banyak peristiwa telah terjadi. Banyak hal-hal besar telah terjadi dan banyak juga hal-hal lokal yang tengah viral.

Dari maraknya kasus artis tertangkap karena narkoba, artis yang 'berpulang', kasus pelecehan seksual, satu hari satu oknum, hingga bencana besar lainnya.

Kemudian kita hadir di sana untuk memberi kritik, saran, dan pendapat yang bahkan kita bukan sebagai ahlinya dalam peristiwa yang tengah terjadi.

Ketika di tahun sebelumnya mendadak semua orang menjadi ahli virus, di tahun ini kita berlomba dalam memberikan opini jelek.

Jagat twitter tengah dihebohkan dengan akun-akun yang menanggapi komentar secara serampangan. Komentar tak berisi dan cenderung menyakiti hati. Omongan yang terlihat seperti dari pikiran tidak berilmu. Asbun. Asal  bunyi. Menjadikan komentarnya disebut dengan opini jelek.

Semakin sering terjadinya pro dan kontra antar akun menjadikan jagat twitter seakan menjadi ruang debat terbuka. Masih mirip seperti artikel saya sebelumnya di sini. Bahwa semakin ramai yang ingin mengambil andil untuk menjadi bagian dari media sosial. Seakan merasa bahwa dirinya juga perlu ikut mengutarakan isi pikiran.

Namun kali ini saya hanya ingin mencoba mengerucutkan yang (mungkin) seharusnya kita lakukan ketika ada peristiwa viral nan heboh sedang terjadi.

Melakukan Riset

Sebelum kita terburu-buru untuk ikut menyahut di kolom komen atau membalas cuitan seseorang yang sedang mengutarakan suatu kejadian atau peristiwa, ada baiknya kita mengetahui arah pembicaraan yang sedang dipublikasikan. Membacanya perlahan dan mencari kecocokan kebenaran tentang hal yang sedang dibicarakan. Membandingkannya dengan opini yang lain. Mencari tahu sendiri faktanya dengan mencari media berita yang lebih valid yang ditulis oleh jurnalis yang valid juga. Sehingga kita tahu fakta asli dari peristiwa/kejadian yang terjadi.

Membaca Perbedaan

Ketika kita sudah tahu arah pembicaraan yang dimaksud dan (mungkin) kita mengetahui tujuan opininya maka kita tentukan arah diri kita untuk berpegang dengan opini yang menurut kita tepat. Lalu temukan opini yang berbeda.

Jika ada opini yang berbeda (pro dan kontra), kita bisa mencati tahu kenapa bisa ada opini yang berbeda. Maka kita perlu mencoba untuk melihat dengan sudut pandang yang lain. Ikuti dan baca perbedaan pendapat yang terjadi untuk mengetahui arah dan tujuan opini dari masing-masing.

Melakukan Riset

Iya, benar. Lakukan riset kembali supaya kita yakin diantara pro dan kontra, kita benar-benar tahu di mana kita berdiri. Dengan opini yang mana kita berpegang. Kita perlu mencari seluk beluk masing-masing opini di peristiwa/kejadian yang sedang terjadi.

Membaca Perbedaan

Setelah merasa yakin riset yang kita pelajari sudah cukup dalam, maka kita perlu mencari tahu apakah masih ada perdebatan yang terjadi. Lalu ikuti perdebatan tersebut.

Kemudian yakinkan diri dengan ...

Melakukan Riset

Riset dan pelajari lagi kejadiannya. Pelajari kembali kasusnya. Cari istilah-istilah dan pendapat dari para ahli mengenai peristiwa/kejadian tersebut. Pastikan 5W+1H dapat terjawab dengan baik.

Setelah itu ...

Membaca Perbedaan

Cari tahu apakah masih ada perbedaan pendapat di sana. Saya yakin masih. Begitulah kita. Sulit untuk saling memahami dan mengerti.

Apakah cara ini terlalu rumit? Harus rumit. Kenapa? Karena untuk menghindari kalau kita akan memberikan opini jelek.

Semakin kita pelajari hal lebih dalam, maka semakin kita mengetahui hal tersebut. Beropini bukan hanya soal, siapa cepat dia tepat. Tetapi lebih ke, apakah kamu yakin opinimu sudah pantas untuk dipublikasikan?

Seperti kita skripsian bukan? kita perlu melakukan riset hingga yang kita tuliskan pantas untuk dibawa ke 'persidangan' untuk diutarakan.

Hingga artikel ini ditulis, akun-akun dengan opini jelek masih terus terjadi

Semoga di tahun 2022 kita semakin bijak dalam berkata-kata. Semakin simpati dan empati dengan sesama, bukan hanya di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun