Mohon tunggu...
Hafizah Novianti
Hafizah Novianti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Alarm Demam Berdarah Berbunyi: Apa yang Harus Dilakukan?

5 Januari 2025   10:25 Diperbarui: 5 Januari 2025   10:25 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demam Berdarah/Pixabay

Memasuki musim hujan Kembali tiba, yang di mana bersamaan dengan meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di beberapa daerah. Misalnya, di Garut, berdasarkan informasi dari Info Garut, sebanyak 14 orang meninggal dunia akibat DBD, dan angka kasus DBD sejak Januari hingga November sebanyak 2.967. Ini bukan soal angka, tetapi mencerminkan sebuah ancaman terhadap kesehatan.

Mengapa bisa terjadi?

Perubahan pola cuaca bisa menjadi faktor utama meningkatnya kasus DBD, sehingga menciptakan banyak genangan air yang menjadi tempat bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. DBD ini disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain faktor cuaca, kesadaran masyarakat masih rendah dalam menjaga kebersihan, seperti air yang tergenang dalam selokan, ban bekas, atau tempat yang selalu dijadikan bersarang nyamuk.

Tidak hanya itu, padatnya pemukiman penduduk menjadi satu penyebab nyamuk semakin cepat dan terjadinya penularan DBD, sehingga wabah lokal dalam lingkungan masyarakat tersebut terjadi.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Seringkali, masyarakat hanya menggunakan fogging untuk mengatasi nyamuk penyebab DBD. Namun, fogging hanya efektif untuk waktu yang singkat dan tidak mengatasi akar masalah. Perubahan perilaku masyarakat dan partisipasi aktif petugas kesehatan dapat mencegah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Untuk benar-benar menekan angka kasus, langkah pencegahan yang lebih komprehensif diperlukan.

Berikut adalah beberapa tindakan dasar yang dapat Anda lakukan:

Metode 3M

Menguras: Membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, atau toren secara rutin.

Menutup: Menutup rapat tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.

Mengubur: Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air, seperti kaleng, ban bekas, atau botol plastik.

Masyarakat harus secara teratur membersihkan tempat penampungan air, menutup wadah air yang rapat, dan mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui cara mencegah DBD, termasuk siklus penularannya dan bahayanya.

Selain itu, persepsi masyarakat sangat memengaruhi keberhasilan pencegahan. Orang-orang yang memiliki kesadaran tinggi cenderung lebih aktif dalam menjaga lingkungan bersih. Petugas kesehatan, di sisi lain, memainkan peran penting dalam memberikan dukungan dan inspirasi kepada masyarakat.

Mereka dapat mengajarkan orang lain tentang cara mencegah DBD secara efektif dengan instruksi yang intensif, seperti memantau jentik nyamuk secara teratur dan melakukan fogging di area yang diidentifikasi sebagai rawan.Lingkungan juga sangat penting. Sampah seperti botol plastik, kaleng, atau wadah bekas air hujan harus dibuang atau dikelola dengan benar untuk mencegah nyamuk berkembang biak. Untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari potensi risiko DBD, masyarakat dan petugas kesehatan harus bekerja sama.

Diharapkan kesadaran publik dan tindakan kolektif ini akan mengurangi jumlah kasus DBD, terutama di daerah.  Selain itu, di era digital seperti sekarang, teknologi dapat membantu memerangi DBD. Aplikasi berbasis smartphone, misalnya, dapat melacak genangan air yang mungkin menjadi sarang nyamuk. Petugas kesehatan dapat menggunakan data ini untuk melanjutkan. Media sosial juga dapat digunakan untuk mendidik lebih banyak orang. Dengan informasi yang mudah diakses, masyarakat diharapkan semakin sadar akan pentingnya mencegah DBD.

Langkah Pencegahan

Langkah pertama yang harus dilakukan apabila seseorang menunjukkan gejala DBD adalah dianjurkan minum air putih cairan untuk menghindari dehidrasi serta demam. Segera bawa ke rumah sakit untuk diagnosis dan perawatan. Jika DBD tidak ditangani dengan segera, dapat berkembang menjadi kondisi yang serius seperti dengue shock syndrome (DSS). Akibatnya, sangat penting bagi kita untuk tidak menunda penanganan medis.

Langkah-langkah preventif yang konsisten dapat membantu mengurangi jumlah kasus DBD, meskipun risiko masih ada. Pemerintah, masyarakat, dan institusi kesehatan harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Sangat penting untuk terus mendorong tindakan nyata seperti meningkatkan kesadaran masyarakat, meningkatkan kebiasaan hidup bersih, dan memastikan bahwa layanan kesehatan dapat diakses dengan mudah. Jangan sampai lebih banyak orang meninggal karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.

Perawatan harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Kita dapat menangani DBD dengan lebih baik dengan semangat gotong-royong dan kepedulian bersama. Oleh karena itu, apakah Anda telah membersihkan lingkungan hari ini?  

Referensi

Maria, A. L. D., Petrus R., Enjelita, M. N. (2020). Pengetahuan dan Sikap Masyarakat serta Peran Petugas Kesehatan Terkait Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Journal of Health and Behavioral Science, Vol.2, No.2, June 2020. 2283-Article Text-4741-1-10-20200612.pdf. 

Kristiadi. 1 Januari 2025, 14 Orang Meninggal, DBD di Kabupaten Garut Mencapai 3.269 Kasus, diakses pada tanggal 4 Januari 2025, https://mediaindonesia.com/nusantara/730853/14-orang-meninggal-dbd-di-kabupaten-garut-mencapai-3269-kasus#:~:text=KASUS%20demam%20berdarah%20dengue%20%28DB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun