Gabriel Said adalah seorang guru besar studi Islam dan Teologi di Universitas Notre Dame. Ia mengawali karir kesarjanaannya di Columbia University dengan ia mengambil program S1. Lalu ia telah menyelesaikan S2 (M. Phil.) dan S3 (Ph. D.) nya di Yale University. Gabriel said telah banyak melakukan penelitian mengenai apa saja yang berkaitan dengan Alquran, juga dengan isu-isu mengenai hubungan Muslim dan Kristen.Â
Ia juga menulis dan Disertasi yang mengkaji tulisan Abd al-Jabbr (w. 1025) yang ia anggap luar biasa, mengenai Sejarah Islam dari agama Kristen. Dan juga banyak karya-karya yang sudah ia terbitkan.
Dari tulisan Gabriel Said Reynolds dalam bukunya "The Qur'an and Its Biblical Subtext" menyoroti pandangan terhadap qira'at atau ragam bacaan Al-Qur'an. Reynolds menyatakan bahwa qira'at ini menunjukkan variasi yang signifikan dibandingkan dengan teks yang diketahui dalam sejarah kewahyuannya.Â
Pendekatannya sejalan dengan pandangan sarjana Barat sebelumnya seperti Noldeke, Schwally, Bergstrasser, dan Pretzl, yang meragukan otentisitas qira'at tersebut. Mereka bahkan berpendapat bahwa banyak qira'at tidak termasuk dalam mushaf "Usmani" yang beredar saat ini.
Adnin Armas menyebutkan klaim Gerd-R. Puin tentang penemuan mushaf lama di Yaman, yang berisi qira'at yang dianggap lebih tua dan lebih beragam dibandingkan dengan qira'at yang terkenal seperti qira'at tujuh, sepuluh, dan empat belas yang ada dalam mushaf 'Usmani.
Dari pendapat yang diberikan adalah bahwa Gabriel Said Reynolds mempertanyakan keabsahan qira'at Al-Qur'an yang berbeda-beda, berpendapat bahwa mereka tidak sepenuhnya mencerminkan teks yang diketahui dalam sejarah kewahyuan.Â
Namun, pandangan ini tidak dapat diterima karena Al-Qur'an yang ada saat ini berasal dari mushaf yang disusun oleh Khalifah Usman, yang berdasarkan suhuf yang telah dikumpulkan oleh Abu Bakar dan disimpan oleh Umar bin Khattab serta Hafshah.Â
Mushaf ini telah ditransmisikan dari generasi ke generasi melalui sanad yang terpercaya. Qira'at yang dikenal, seperti Qira'at Tujuh, Qira'at Sepuluh, dan Qira'at Empat Belas, diakui sebagai bacaan-bacaan resmi yang dikodifikasi pada awal abad ke-IV Hijriyah oleh Ibnu Mujahid.
Qira'at Sepuluh (al-Qira'at al-Ashar): Digagas oleh Ibn al-Jazr, terdiri dari para imam dan perawi yang sahih. Qira'at ini disepakati kemutawatirannya oleh ulama dan dapat dipilih oleh umat Muslim untuk membaca Al-Quran.
Qira'at Empat Belas (al-Qira'at al-Arba'ah Asyrah): Beberapa ulama menambahkan empat lagi kepada yang sepuluh, sehingga total menjadi empat belas. Qira'at ini dianggap otoritatif dan tidak bertentangan dengan teks Mushaf Usmani.
Qira'at Non-Kanonik: Merujuk pada bacaan-bacaan yang terdapat dalam naskah-naskah sebelum Mushaf Usmani. Contoh qira'at ini terdapat dalam mushaf Ibn Mas'ud, Ubay bin Ka'ab, dan Abu Musa al-Asy'ari. Perbedaan Mushaf Ibn Mas'ud: Ada perdebatan mengenai keaslian dan isi Mushaf Ibn Mas'ud.Â