Mohon tunggu...
Hafiz Abiyu Setianaqa
Hafiz Abiyu Setianaqa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Yogyakarta

Fans Emyu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Pop Jepang dan Pengaruhnya di Indonesia

8 Januari 2024   12:58 Diperbarui: 11 Januari 2024   16:24 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengunaan Pop Culture Jepang telah berperan penting dalam penyebaran budaya Jepang di Masyarakat Indonesia. Budaya popular Jepang telah menjadi bagian penting dari kehidupan Masyarakat Indonesia. Jepang menggunakan budaya populernya untuk berdiplomasi dengan orang-orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia selama era globalisasi. Produk budaya populer Jepang, seperti anime, manga, J-Pop, dan cosplay, telah menarik minat masyarakat Indonesia dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Di Indonesia, penyebaran budaya populer Jepang telah dimulai sejak tahun 2000, dan telah memainkan peran penting dalam aktivitas budaya internasional Jepang. Popularitas dari produk kebudayaan Jepang tersebut sangatlah besar, menciptakan sebuah komunitas tersendiri yang di sebut sebagai otaku, di berbagai pelosok dunia. Keberadaan otaku ditandai dengan fanatisme yang tercipta didalam masyarakat terhadap budaya pop Jepang. Indonesia pun tidak lepas dari menggemanya popularitas budaya pop Jepang tersebut.

Penggunaan pop-culture Jepang dalam penyebaran budaya di Indonesia telah menimbulkan berbagai data dan masalah. Beberapa data yang dapat diidentifikasi meliputi minat besar masyarakat Indonesia terhadap K-Pop dan J-Pop, terutama di kalangan urban Pop-culture Jepang telah mempengaruhi identitas dan budaya lokal di Indonesia, termasuk dalam musik, moda, dan kebudayaan. Hal ini menyoroti pentingnya pop-culture dalam mendapatkan penerapan dan penyesuaian budaya yang melibatkan kekuatan global dan local. Hal ini juga telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia, menyebabkan perdebatan tentang sejauh mana pop-culture Jepang mengancam kehidupan masyarakat Indonesia dan bagaimana mereka mempengaruhi persepsi dan keputusan generasi muda. Selain itu, pengaruh pop-culture Jepang juga dapat memengaruhi pola pikir dan gaya hidup masyarakat, yang dapat menimbulkan konflik nila setitik yang dapat mempengaruhi nilai-nilai local.

Budaya pop sendiri, mudah berkembang dalam masyarakat karena masyarakat memiliki akses yang lebih mudah dalam menerima berbagai informasi, termasuk dalam mengakomodasi berbagai budaya dan nilai-nilai yang ditransmisikan lewat teknologi terutama lewat jejaring internet. Menurut WHO (Sarwono 2011), Usia remaja adalah rentang usia antara 10 hingga 11 tahun yang merupakan masa peralihan dari usia anak-anak menuju ke usia dewasa. Fase tersebut merupakan fase dimana sesorang mencari identitas dan jatidiri. Berdasar data BPS, pengguna internet terbesar adalah kelompok usia remaja yaitu sebesar 58,21%, sehingga kelompok umur ini sangat rentan dalam terpapar budaya populer dalam lingkungan masayarakat.

Beberapa penelitian menyoroti bahwa popularitas produk kebudayaan Jepang, seperti anime, manga, dan musik J-Pop, telah menciptakan komunitas penggemar yang sangat fanatik, yang terlibat dalam konsumsi yang berlebihan dan terus-menerus terhadap konten-konten tersebut. Hal ini dapat berpotensi menyebabkan kecanduan, terutama ketika konsumsi konten-konten tersebut tidak seimbang dengan aktivitas dan tanggung jawab sehari-hari. Selain itu, ketersediaan yang luas dari konten-konten ini melalui berbagai platform media, seperti internet dan media sosial, juga dapat memperkuat pola perilaku konsumtif yang berlebihan dan berpotensi menyebabkan kecanduan. Sementara penggunaan pop culture Jepang telah membawa dampak positif pada penyebaran budaya di Indonesia, penting juga untuk mempertimbangkan dampak negatifnya, terutama yang berkaitan dengan kemungkinan kecanduan. Langkah-langkah preventif dan edukatif yang diambil oleh pemerintah, lembaga pendidikan, dan keluarga dapat membantu mengelola dampak negatif dari penggunaan pop culture Jepang dan mencegah kecanduan di kalangan masyarakat. Hal baik dari perubahan ini adalah dari segi pengetahuan akan menjadi lebih luas, namun apabila suatu negara secara terus-menerus tergerus dengan perkembangan budaya luar yang kemudian menjadikannya sebagai gaya hidup maka dalam waktu sebentar negara tersebut akan kehilangan identitas sejatinya.

Menurut Teori konsumsi komunitas Baudrillard adalah teori yang menyoroti bagaimana konsumsi bukanlah keputusan individu, tetapi dari komunitas yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Dalam konteks penyebaran budaya Jepang di Indonesia melalui pop culture, teori ini dapat diterapkan untuk memahami bagaimana komunitas penggemar budaya pop Jepang di Indonesia memainkan peran penting dalam penyebaran budaya pop Jepang terhadap masyarakat Indonesia. Komunitas penggemar budaya pop Jepang di Indonesia mungkin mempengaruhi identitas diri masyarakat Indonesia, yang dapat terlihat dalam adopsi dan penggunaan produk budaya Jepang. Hal ini menunjukkan bagaimana komunitas penggemar budaya pop Jepang mempengaruhi bagaimana masyarakat Indonesia menyesuaikan diri dengan perubahan budaya.

Menurut Teori Culture Lag, adalah teori yang menjelaskan kesenjangan waktu antara perubahan dalam aspek material (seperti teknologi) dan aspek non-material (seperti nilai, sikap, dan norma). Dalam konteks penyebaran budaya Jepang di Indonesia melalui pop culture dapat digunakan untuk memahami penggunaan pop-culture Jepang dalam penyebaran budaya di masyarakat Indonesia. Teori ini menyoroti kesenjangan waktu antara perubahan dalam infrastruktur material dan non-material. Dalam konteks ini, pengenalan budaya pop Jepang melalui media massa dan teknologi mungkin terjadi lebih cepat daripada perubahan sikap, nilai, dan pola pikir masyarakat Indonesia terhadap budaya tersebut. Hal ini dapat menimbulkan konflik antara budaya tradisional dan budaya populer yang diperkenalkan, serta memengaruhi identitas nasional dan lokal masyarakat. Oleh karena itu, teori Culture Lag dapat memberikan wawasan tentang bagaimana adopsi budaya pop Jepang di Indonesia mungkin tidak sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, dan dampaknya terhadap identitas budaya.

Salah satu solusi dalam penggunaan pop-culture Jepang dalam penyebaran budaya di Indonesia melalui pop culture adalah pendekatan yang seimbang antara apresiasi terhadap budaya asing dan pelestarian budaya lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui promosi dan dukungan terhadap seniman dan konten kreatif lokal, serta penerapan kebijakan yang mendukung industri kreatif dalam negeri. Selain itu, pendidikan mengenai pentingnya memahami dan menghargai budaya sendiri serta budaya asing juga dapat menjadi bagian dari solusi, sehingga masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang implikasi dari adopsi budaya asing. Dengan demikian, langkah-langkah ini dapat membantu masyarakat Indonesia untuk tetap terhubung dengan budaya lokal sambil juga terbuka terhadap pengaruh budaya asing, termasuk dari Jepang, melalui pop culture.

Dalam konteks ini, penting untuk mengembangkan pendekatan yang seimbang antara apresiasi terhadap budaya asing dan pelestarian budaya lokal. Langkah-langkah konkret, seperti pengembangan industri kreatif lokal, pelatihan dan pendidikan kewarganegaraan, pengembangan media sosial dan platform digital, pengembangan soft power dan diplomasi publik, serta kooperasi dan kolaborasi antara pemangku kebudayaan lokal dan asing, dapat membantu dalam mengelola dampak dari adopsi budaya pop Jepang di Indonesia.Dengan demikian, pemahaman yang lebih dalam mengenai penggunaan pop-culture dalam penyebaran budaya Jepang terhadap masyarakat Indonesia, serta penerapan teori konsumsi komunitas Baudrillard, dapat membantu dalam mengembangkan strategi yang lebih baik untuk mengelola dampak dari adopsi budaya pop Jepang di Indonesia, sehingga dapat meminimalkan dampak negatifnya terhadap identitas dan keberagaman budaya masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun