Mohon tunggu...
Hafiz AbdulKarim
Hafiz AbdulKarim Mohon Tunggu... Arsitek - Mahasiswa

Mahasiswa Untag

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengulik Sejarah Kelompok Arca Gaprang

12 Januari 2023   00:03 Diperbarui: 12 Januari 2023   00:07 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penemuan situs bersejarah yang ada di desa Gaprang. Penemuan situs dua buah arca yang menggambarkan sosok laki-laki dan wanita yang paling fenomenal, sebab dianggap sebagai perwujudan manusia pertama dalam mitologi kuno. Sementara ini belum ada ahli purbakala yang mencoba meneliti Arca tersebut secara detail.  Namun demikian dari perwujudan Arca terutama penggambaran alat kelamin yang sangat besar, dapat diperkirakan bahwa Arca tersebut berhubungan dengan masalah kesuburan. Karena melihat wajah dari sosok arca adalah memiliki wajah seorang raksasa yang dasyat. Juga dapat diperkirakan, bahwa penggambaran Arca tersebut berhubungan dengan kepercayaan Agama Hindu yang disebut "Tantrayana".

Arca Gaprang digambarkan dengan ciri-ciri badan besar seperti raksasa, mempunyai alat kelamin yang berukuran besar. Wajah arca digambarkan dengan wajah yang seram, mata melotot dan mulut meringis menunjukan taringnya, rambut terlihat lurus kebelakang sampai ke punggung. Dari perwujudannya, terutama dari penggambaran alat kelamin yang sangat besar, dapat diperkirakan bahwa arca tersebut ada hubungannya dengan masalah kesuburan atau bisa jadi karena wajahnya adalah wajah sosok seorang raksasa yang dahsyat.

Menurut sesepuh, pada tahun 80-an Arca Gaprang pernah dicuri namun arca  yang dicuri kembali dengan sendirinya. Dan pada tahun 1965 kelompok arca gaprang pernah dihancurkan oleh sekelompok orang yang menganggap memuja arca adalah menyembah berhala sehingga menyebabkan kerusakan pada salah satu bagian patung Mbah Gedhe.

  

1. ARCA DWARAPALA PADA BAGIAN DEPAN

 

Dokpri
Dokpri

Visualisasi dari Dwarapala dalam bentuk arca dengan posisi duduk ardhapankayana di atas lapik berbentuk setengah lingkaran. Bagian kepala arca ini digambarkan berambut ikal, berjamang serta memakai kundala (anting) dengan kondisinya yang sudah aus dan bagian matanya sudah hilang. Pada bagian badan, arca ini memiliki dua tangan yang mana tangan kanan dalam posisi ditekuk dan memegang gada, sedang tangan kiri memegang lutut kaki kiri.

Arca Dwarapala ini sama halnya mirip dengan candi penataran, pada tatakan arca terbut tertera tulisan tahun 1242 Saka (1320 M.) dalam huruf Jawa kuno. Berdasarkan tulisan angka tahun tersebut para pakar menduga bahwa Candi Panataran baru diresmikan sebagai tempat suci milik kerajaan (state temple) pada masa pemerintahan Raja Jayanegara, yang memerintah Majapahit tahun 1309-1328 M.

2. ARCA DWARAPALA DI POSISI PUSAT (BHAIRAWA TANTRAYANA KIRI)

Dokpri
Dokpri

Arca Dwarapla dari perwujudan Arca terutama penggambaran alat kelamin yang sangat besar, dapat diperkirakan dari informasi daerah Gaprang bahwa Arca tersebut berhubungan dengan masalah kesuburan. Karena melihat wajah dari sosok arca adalah memiliki wajah seorang raksasa yang dahsyat. Juga dapat diperkirakan, bahwa penggambaran Arca tersebut berhubungan dengan kepercayaan Agama Hindu yang disebut "Tantrayana".

Tantrayana secara khusus merupakan kumpulan ajaran esoterik yang berkaitan dengan penyampaikan mantra, hal-hal magis, mandala, serta simbol-simbol yang mempengaruhi kehidupan.

 

3. KEPALA NAGA

Dokpri
Dokpri

Naga merupakan hewan mitologi dalam tradisi Hindu maupun Budha. Kata Naga sebetulnya berasal dari bahasa Sanskerta yang secara harafiah berarti ular. Seringkali naga lebih diidentikan dengan dewa ular. Dalam budaya Jawa Kuno, naga sering dihubungkan dengan air dan kesuburan. Kepala makhluk seperti ini disebut kepala kala yang di Jawa Timur sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan. Bentuk dasar kala adalah Singga yang merupakan binatang lambing kekuatan  dan keadilan serta penghancur kekuatan jahat sehigga di India hiasan ini sering disebut dengan simhamuka.

 

4. KEPALA KALA

 

Dokpri
Dokpri

Kepala kala merupakan aspek perlindungan dari Dewa Siwa sebagai penjaga pintu kuil. Kepala kala juga dipercaya sebagai penjaga Meru dan mempunyai kekuatan magis protektif yaitu kekuatan magis pelindung sehingga kepala kala ini digunakan pada setiap pintu masuk candi. Wajah kala bagian muka memiliki mata yang melotot, mulut terbuka menyeringai menampakkan gigi taringnya, pada bagian ujung taring bagian kiri patah. ragam hias pada wajah masih tampak jelas, bagian pipi kiri patah

Perbedaan dengan yang ada di Jawa Tengah, dengan mempunyai tiga hiasan yang sering dijumpai di candi :

Dokpri
Dokpri

Makara adalah hiasan berupa kepala binatang khayali. Biasanya, binatang tersebut merupakan gabungan antara gajah dan buaya atau ular, serta dalam mulutnya sering terdapat arca singa.

Dokpri
Dokpri

Kala Relief kala biasanya diletakkan di ambang atas pintu, jendela, atau relung pada candi. Bentuk kala yang biasa digambarkan adalah bagian kepala, terkadang beserta rambutnya, tangan, atau rahang bawah.

Dokpri
Dokpri

Kinnara-kinnari adalah sepasang mahluk kayangan berbadan burung dan berkepala manusia. Biasannya mahluk-mahluk ini digunakan sebagai pelengkap kosmos.

Oleh karenanya naga kerap dijumpai sebagai komponen pada bangunan suci seperti candi. Koleksi arca kepala naga. ini memiliki mahkota di bagian kepalanya. Selain itu arca ini digambarkan dengan mulut terbuka yang mana terlihat jumlah gigi bagian atasnya 9 buah sedangkan gigi bagianbawahnya 8 buah dan bagian mulut lain yang dapat teridentifikasi adalah lidahnya yang digulung. Selain itu terdapat hiasan segitiga.

 

5. MINIATUR CANDI

Dokpri
Dokpri

Objek ini mempunyai bentuk arsitektur seperti Candi Angka Tahun (dikompleks Candi Panataran). Bagian atap semakin kecil (mengerucut) bagian atap puncak berbentuk kubus. Objek ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian atap, badan, dan kaki. Setiap bagian dibatasi dengan pelipit. Kondisi eksisting: utuh secara keseluruhan, terdapat keausan pada bagian badan.

Miniatur candi ini memiliki keterkaitan dengan perkembangan dan dinamika kebudayaan yang terjadi di wilayah Provinsi Jawa Timur pada masa lampau terutama pada masa klasik (Hindu Budha).

6. ALTAR

Dokpri
Dokpri

Untuk menaruh Sesajen bisa dipersembahkan dalam berbagai macam rupa, seperti buah, lauk-pauk, dan bunga. Menurut tim BPCB Jawa Timur pada masa Raja Hayam Wuruk di era keemasan Kerajaan Majapahit yang berkuasa pada kurun 1.350-1.389 Masehi.

7. SULUR GELUNG dan BATU OMPLAK 

Dokpri
Dokpri

Sulur Gulung merupakan eksistensi ragam hias atau ornamen dalam seni rupa, perwujudannya berangkat dari alam yang diidealisasi, disesuaikan dengan cita-cita keindahan manusia.

Untuk bagian belkang merupakan Batu Ompak adalah alas atau landasan yg sangat kuat untuk menaruh atau menumpangkan saka yang terbuat dari kayu.

8. BELUM TERIDENTIFIKASI

Dokpri
Dokpri

Bagian arac selanjutnya masih belum teridentifikasi secara pasti menurut staff museum Penataraan (Bu Sri).

Dokpri)
Dokpri)

Kunjungan ke Museum Penataraan kota Blitar (

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun