Mohon tunggu...
Abd Hafizh
Abd Hafizh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Masih Belajar Menulis

Belajar dan Belajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Yuk Menggali Energi Kebaikan Bermedsos dan Dialah Persahabatan!

15 Agustus 2018   22:10 Diperbarui: 15 Agustus 2018   23:54 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang ingin kita lakukan adalah memiliki percakapan yang baik, yang memperkuat koneksi yang bagus. Namun di sini pun kita perlu tetap peka pada detail konteks. Ada percakapan lebih baik terjadi dengan terpisah jarak sementara yang lainnya tanpa terpisah jarak.

Pada akhirnya, alasan-alasan untuk berhubungan atau tidak berhubungan berakar dari perhatian akan karakter kita sendiri, dan beberapa lagi terkait karakter orang lain. Kita punya alasan untuk memupuk kemauan yang berani untuk mempertimbangkan pandangan orang lain, serta mewaspadai kecenderungan kita untuk menghina postingan yang kita tidak setuju.

Namun kita juga harus memiliki keinginan jika teman kita menjadi orang baik pula. Yang perlu kita ingat adalah, detail itu penting. Saya pikir masalah ini jadi pelik karena tidak ada jawaban yang mudah atau seragam. Namun kita bisa menemukan cara untuk terhubung yang membuat kita lebih baik, baik secara perorangan maupun bersama.

www.pexels.com
www.pexels.com
Lepaskan Energi Negatif Itu ,Iya  Kebencianmu Itu Kawan!

Nah, benci satu hal yang kadang luput dalam aktivitas bermedia sosial kita. Namun saya pikir, selama kita membiarkan diri membenci, selama itu pula kita tidak bebas dari rasa kebencian.

Untuk membuang jauh, energi negatif itu, bisa saja kita harus menjauhkan pikiran  secara dualisme. Dimana kita selalu beranggapan jika kita tidak membenci berarti kita menyukai. Atau, bisa saja jika kita tidak punya perasaan yang kuat, seperti membenci atau menyukai berarti kita tidak peduli.

Berpikir dalam dualisme bisa diartikan melihat hanya ada dua kemungkinan yang tak ada pilihan lain. Misalnya, Kita boleh marah. Marah itu baik adanya. Ia adalah lapisan pertama, emosi dan penilaian spontan. Tapi kebencian adalah lapisan berikutnya.

Bukan lagi cetusan rasa, kebencian adalah sikap mental yang cukup permanen. Jadi, marah bukanlah kebencian, sekalipun ia salah satu bahan dasar kebencian. Marahlah sesaat saja.

Dan kemarahan yang tak diolah justru bisa mengkristal tanpa kita sadar sebagai kebencian. Tapi, kemarahan jelas memberi kita energi. Jadi, setelah mengakui dan menyelidiki kemarahan kita, gunakan energinya untuk hal yang positif dan konstruktif.

Jangan gunakan energi marahmu untuk hal yang negatif dan destruktif. Setiap kali kita memilih yang negatif dan destruktif kita memberi makan pada kebencian. Seperti melawan sel-sel kanker, cara terbaik melawan kebencian adalah membiarkan bibit-bibitnya sirna sendiri karena tak dapat makanan.

Jangan membenci musuhmu. Jika musuhmu adalah kebencian, jangan membencinya juga. Petuah etis-religius ini betul sekali, bahkan dalam aspek pragmatis. Tanpa harus menjadi orang beriman bermoral, kita bisa mengusahakan sikap ini demi kepraktisan dan keindahan hidup di dunia. Jika terlalu sulit untuk mencintai musuhmu, maka setidaknya selidikilah musuhmu dengan kepala dingin dan hati terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun