Mohon tunggu...
Abd Hafizh
Abd Hafizh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Masih Belajar Menulis

Belajar dan Belajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Yuk Menggali Energi Kebaikan Bermedsos dan Dialah Persahabatan!

15 Agustus 2018   22:10 Diperbarui: 15 Agustus 2018   23:54 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, terkadang  ada anggapan jika karakteristik setiap manusia ini tampak sama. Kita akan menjadi khawatir akan hal ini, sebab artinya persahabatan menuntut kemiripan dan kesamaan.

Soal karakter atau sifat keberanian dianatara kita saja, misalnya, adalah jalan tengah untuk bisa menilai kelebihan dan kekurangan menanggapi rasa takut. Terlalu takut akan membuat orang tidak membela apa yang mereka hargai, sedangkan terlalu berani akan mengundang cedera yang tidak perlu.

Sehingga sifat keberanian saja bisa sangat berbeda bagi masing-masing orang. Setiap kita bisa memiliki gaya moralnya sendiri. Ini memberi ruang untuk menghargai perbedaan teman di media sosial. Sekaligus menajdi alasan untuk berhati-hati dalam mengeklik "unfriend" dan merusak pondasi persahabatan di media sosial dan akhirnya berimbas pada hubungan nyata dunia nyata.

Menemukan Energi Kebaikan Nan Positif Di Dunia Maya

Dalam hal ini kta pasti akan sepakat, jika  kita tidak boleh menganggap perbedaan dengan teman menimbulkan masalah bagi persahabatan dengan alasan apapun kan? Namun pada saat yang bersamaan, karakter itu penting. Interaksi berulang kali, bahkan pada media sosial, bisa membentuk karakter kita dari waktu ke waktu.

Jadi, haruskah kita menghapus koneksi dengan teman di media sosial atas dasar perbedaan tadi? Menurut saya, tergantung. Media sosial macam Facebook memang membuat orang terhubung, tapi menciptakan jarak psikologis dan fisik. Sekarang orang jadi lebih mudah berbagi pemikiran yang orang lain suka bahkan tidak suka.

Selain itu, orang juga bisa memutuskan hubungan dari orang lain dengan segala polah-pemikiran kita di media sosial, bahkan ketika ini sulit dilakukan saat berhadapan langsung, akibat tekanan sosial.

Untuk mencari tahu kapan saatnya berbagi, atau memutuskan diri, mungkin orang perlu melatih kebajikan. Namun seperti yang telah saya jelaskan, kebajikan tidak memberi panduan seragam dalam bertindak. Yang dianggap sebagai kebajikan tergantung dari rincian keadaan.

Faktor yang tampak relevan yang kita bisa timang, yakni media sosal membuat orang lebih bahagia jika mereka menggunakannya untuk berinteraksi, ketimbang jadi pengamat pasif.

Koneksi dan percakapan yang berbeda-beda bisa memperkaya kehidupan seseoarang. Di Facebook, misalnya kita memiliki sebuah kesempatan untuk menikmati berita dan opini yang berbeda secara ideologis.

Nah, terkadang perbedaan tadi bisa saja membuat kita gegabah untuk menghapus pertemanan atau meng-unfriend seorang rekan kerja atau kerabat, kita anggap bisa membantu memelihara perdamaian. Tapi bukankah ini adalah sikap pengecut? Dan berdebat dengan seseorang di internet hanya memperkuat sikap agresif kita sendiri, membuat kita lebih buruk dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun