Mohon tunggu...
Muhammad F. Hafiz
Muhammad F. Hafiz Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis sebagai profesi dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Curanmor

29 Maret 2024   15:55 Diperbarui: 29 Maret 2024   15:56 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Besok. Besok Bapak bawakan kau es krim paling enak. Satu kotak es krim paling enak."

Subeki berlalu meninggalkan Kipli. Pusaran pikiran di dalam kepalanya membentur dinding otak. Beki teringat satu-satunya warung internet di pojok luar pasar yang masih melayani pelanggan. Cukup bertahan usaha warnet itu di tengah banyak orang menggunakan wifi rumah atau wifi kampung.

Mungkin saja pelanggan warnet tak cuma membutuhkan internet, tapi menyewa PC warnet untuk mengetik dan mencetak naskah. Banyak anak-anak mahasiswa yang masuk ke warnet itu sejak pagi dan baru keluar sore hari. Begitupun yang baru keluar pagi subuh setelah di sana sejak malam hari.

Mereka meninggalkan sepeda motor di muka ruko warnet nyaris tanpa pengawasan. Dan Beki melangkahkan kaki ke tempat itu.

Mula-mula dia mengawasi lokasi itu, memikirkan posisi yang paling aman nanti malam untuk bersembunyi menunggu waktu yang tepat. Bagi Beki tak sukar menyalakan mesin motor tanpa kunci kontak. Sudah lama dia mengatahui cara kerja kunci model T untuk memaksa elektrik motor tersambung dengan paksa.

Di sebelah warnet ada got di antara dinding tinggi bangunan ruko. Tempat itu gelap dan bau sampah basah yang dibuang orang di pasar. Tak seorang pun yang akan mengetahui Beki berada di tempat itu, jika dia menuju ke sana dengan memanjat tembok pasar di belakang warnet.

Malam ini, Beki menemukan dirinya di sana, terimpit bangunan dua ruko yang seakan-akan menindasnya. Pukul 23, saat sudah tak ada lagi orang masuk warnet kecuali empat atau lima pelanggan yang sudah berada di dalam.

Sebuah motor di posisi paling mudah dijangkau dilihat Beki. Dengan sekali sentak, tentu motor segera hidup dan langsung tancap gas menghilang ke tempat yang jauh. Beki segera beranjak dari tempat dia mengintip, merogoh kantung celana tempat dia menyimpan kunci T. Masih ada di dalam sakunya.

Beki mengendap-endap bersiap menjalankan aksi. Tapi baru saja dia mengangsur tubuhnya, seseorang bertubuh tambun keluar dari dalam warnet. Si tambun penjaga warnet meletakkan dua jari tangan di tengah bibir dan, "Cuh....."

Orang itu meludah ke tanah. Tapi semburan ludahnya seakan-akan membanjiri wajah Beki. Laki-laki dua anak itu terhina oleh perbuatan yang mengoyak kesetiaannya pada budi pekerti. Dia berada pada titik paling rendah. Terhina dan dihinakan.

Pria tambun itu kembali masuk. Anehnya perasaan terhina dalam diri Beki tiba-tiba saja meredup. Subeki kembali bertekad mendekati sepeda motor yang tinggal sekelebat lagi bisa dia bawa ke mana saja yang dia mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun