Mohon tunggu...
Muhammad F. Hafiz
Muhammad F. Hafiz Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis sebagai profesi dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Perempuan Kaya Raya, Wanita Cuma Disimpan-pinjamkan

15 Maret 2024   20:00 Diperbarui: 15 Maret 2024   23:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah akun Tik-Tok memperlihatkan video wawancara si pemilik akun. Sejumlah orang diberikan sebuah pertanyaan dan tak seorang pun yang bisa menjawab. Pertanyaannya sederhana saja, yakni kepanjangan kata dari akronim Kowad. Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Bisa jadi orang-orang yang ditanya memang belum pernah mendengar akronim itu. Tak seperti akronim Polwan (Polisi Wanita) yang sangat populer. Meskipun sebenarnya Kowad menurut tipologi linguistik (susunan subyek, predikat, dan obyek) lebih tepat daripada akronim Polwan.

Polwan; polisi wanita, salah-salah bisa diartikan sebagai polisi yang khusus menangani kasus kriminal dengan pelaku berjenis-kelamin perempuan. Jika begitu, petugas polisi wanita (Polwan) tak selalu berjenis kelamin perempuan. Boleh saja seorang polisi laki-laki, asalkan yang ditangani adalah perbuatan kriminal yang dilakukan perempuan.

Kalau Polwan merujuk kepada polisi berjenis-kelamin perempuan tentu bukan Polwan namanya, melainkan Wanita Polisi (Wanpol). Jadi, lebih tepat akronim Kowad, bukan?

Tapi beruntung, frasa polisi wanita ini sudah terbiasa diucapkan orang. Sehingga walaupun kurang tepat, kita semua masih bisa memaklumi. Namun ada beberapa penggunaan kata wanita sebagai akronim atau frasa yang sangat keliru.

Sudah lama penulis melihat foto menggelitik yang dimuat di media sosial. Sebuah foto papan nama (plang) lembaga koperasi simpan-pinjam. Namanya Koperasi Simpan Pinjam Wanita.

Rupanya kekeliruan kita dalam menciptakan dan menggunakan istilah-istilah kurang mendapat perhatian. Dengan begitu banyak orang tetap saja menggunakan istilah yang tidak saja kurang sesuai tetapi keliru.

Acap penulis mendengar seruan lewat pengeras suara di masjid dalam sebuah aktivitas remaja masjid. Seruan kepada para remaja laki-laki dan remaja perempuan tapi menggunakan frasa remaja dan remaji.

"Mohon kepada semua remaja dan remaji tanpa kecuali agar segera datang ke masjid untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan gotong-royong...." Begitu seruannya.

Mungkin orang yang bicara lewat pelantang di masjid itu menyamakan pasangan kata putera-puteri sehingga menjadi remaja-remaji. Tetapi penulis tidak menemukan kata remaji dalam KBBI. Sehingga kurang tepat memasangkan remaja dengan remaji, seperti memasangkan kata putera dengan puteri.

Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada pasangan kata yang membedakan jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Seperti pemuda dengan pemudi, seniman dan seniwati, karyawan dan karyawati. Lalu ada wartawan dan wartawati, peragawan dan peragawati, dan mahasiswa dengan mahasiswi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun