Mohon tunggu...
Hafis Muaddab
Hafis Muaddab Mohon Tunggu... Penulis lepas, pendidik, dan relawan sosial -

Pembelajaran peradaban dan pejuang kemanusiaan www.hafismuaddab.com www.tebuirenginstitute.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Let’s Talk, Fucking Perfect Tense

4 Februari 2014   12:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:10 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinegeri ini tidak terasa telah kurang lebih 10 tahun,pelajaranbahasa  Inggris  sudah  dilaksanakan  di  sekolah  dasar. Lewat beragam diskusi formal dan non formal, mulai terasa ada yang salah dengan bahasa Inggris di Indonesia, terutama pengajaran di sekolah-sekolah. Sebutan sekolah bertaraf internasional (RSBI) atau bilingual akhirnya menjadi sebutan tanpa makna. Karena, tak juga menghasilkan murid dengan kemampuan akademik dan bahasa Inggris yang bisa diterapkan di lingkungan kerja dan pergaulan internasional. Sampai sekarang, perbincangan tentang RSBI di sekolah-sekolah Indonesia masih menuai kritikan dari masyarakat. Tetapi tentunya disini bukanlah RSBI atau tidak tetapi bagaimana pelajaran bahasa seharusnya dilakukan.

PembelajaranbahasaInggrisuntuksekolah dasar didasari suatu pendapat bahwa belajar bahasa asing atau bahasa kedua akan lebih baik bila dimulai lebih awal (Hamerly, 1982:265). Pembelajaranbahasaasingdisekolah sebaiknya dimulai seawal mungkin, untuk lebih mudah menarik perhatian dan minat anak-anakPengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar dari pada orang dewasa.Meski belumdikonfirmasidengan penelitianwalaupundaripengalamankelihatannyapebelajaranak-anaklebihbaik,sebab dalam persoalan tertentu ternyata lebih tua usia anak lebih efektif dia belajar bahasa (Singleton, 1989;Ellis,1994;Ur,1996).Terkait dengan hal ini, pengajar bahasa Inggris di Sekolah dasar tidak boleh meninggalkan tigasumberperhatian untukanak-anakdikelassepertigambar,dongeng,danpermainan.Anak-anaksenang melihat gambar terutama yang menarik, jelas dan berwarna. Demikian pula anak senang mendengardongeng/ceritera,kemudiansukamembacaapalagidilengkapidengan gambar-gambar.Belajarbahasasambilbermainmerupakankegiatanyang menyenangkanbagianak-anakatauseringdisebutsebagairecreationaltimeout activities.

PadahakekatnyamenurutCurtaindanPesola(1994)anak-anakakanbelajar bahasa asing dengan baik apabila proses belajar terjadi dalam konteks yang komunikatif dan bermakna bagi mereka. Untuk anak-anak konteks ini meliputi situasi sosial, kultural, permainan,nyanyian,dongeng,danpengalaman-pengalamankesenian,kerajinan,dan olah raga. Dua teori yang penting tentang perkembangan psikologi ini, yakni teori Piaget dan Vygotsky,dapatmemberiinformasipentingbagaimana kitamemikirkananaksebagai siswa/pebelajar bahasa, terutama bahasa asing. MenurutPiaget,anakadalahpembelajardanpemikiraktif.Merekaselalu melakukaninteraksisecaraterus-menerusdengandunialingkungannyadan memecahkanpersoalanyangmerekahadapidilingkungantersebut,sehinggaproses belajarterjadisecaraaktif.Halinidihasilkanolehanaksendiri,bukandarihasil menirukan orang lain dan didapat sejak lahir. Donaldson (1978) menekankan implikasi pendapatPiagetbahwaanakselaluberusahasecaraaktifmencaripengertianmengenai dunia, bertanya dan ingin mengetahui. Juga sejak kecil anak selalu mempunyai maksud dantujuan:diainginmenanyakanataumelakukansesuatu.Meskipunanak sebagai pembelajaraktif,merekamempunyaipengalamanyangterbatas.Halinidapat dimengerti bagaimana mereka merespon tugas dan aktivitas di dalam kelas bahasa. Oleh sebab itu, harus dipikirkan bagaimana guru dapat menyajikan benda-benda, situasi, dan aktivitas yang menarik untuk anak-anak sekolah dasar agar mereka dapat belajar dengan baik.

PendapatVygotsky(1962)berbedadenganPiagetmengenaibahasadanorang-oranglaindiduniaanak.Diaberpendapatbahwaanakmerupakanbagiandarisosial, meskipundiatidakmengabaikanperkembangankognitifindividu.Menurutdiapusat perkembangan dan belajar terjadi di dalam konteks sosial, di duniayangpenuh dengan orang lain, yang berhubungan dengan anak sejak lahir. Orang-orang tersebut memegang perananpentinguntukmenolonganakbelajar(bermain,membacaceritera,berbicara, memperlihatkan benda, ide-ide). Di sini orang dewasa merupakan mediator dunia untuk anak-anak.Kemampuanbelajarmelaluiinstruksidanmediamerupakankarakteristik intelegensimanusia.Denganpertolonganorangdewasa/guruanakdapatmengerjakan danmengertilebihbanyakdaripadamerekamengerjakansendiri.Iniberartijuga merupakanpenghematanwaktu.Belajarmengerjakansesuatudanbelajarberpikir keduanya ditolong oleh interaksi dengan orang dewasa.

Kebanggaan berbahasa Indonesia.

Masih ingat dalam benak ketika seorang ibu membuka pensil-pensil berwarna, ia menunjukkannya kepada anaknya, juga sebuah buku pelajaran Bahasa Inggris standar Kuning artinya yellow, ujarnya Biru adalah blue, dan seterusnya. Sesekali anaknya mengulangi, sang ibu jelas kepayahan, saya tahu pasti ia tak mampu berbahasa Inggris nyaris sama sekali kecuali kata yes dan no, tapi sang ibu seperti banyak orang tua lainnya ingin anaknya bisa berbahasa Inggris. Kalau kamu ingin mudah bekerja suatu hari nanti, belajarlah bahasa Inggris, sangat penting! ujar ibu saya berulang kali.

Tentu tidak ada salah satu anak yang dapat memahami tuntutan beragam les dan bimbingan yang tujuan adalah membuat kita bisa berbahasa inggris yang dilakukan banyak orang tua. Hiingga bahkan dalam iklan dengan sederhana dituliskan Matematika+Bahasa Inggris = Sukses. Tetapi saya yakin, Jepang tidak butuh bahasa Inggris jika hanya ingin maju. Tanpa perlu memahami isi suratkabar atau segala iklan yang terpajang, saya yakin tak ada satupun lowongan pekerjaan di negeri ini yang mensyaratkan “Bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris dengan baik”. Jepang memiliki segalanya dan segalanya itu tak mereka peroleh karena mereka menguasai bahasa orang, semua ini mereka peroleh karena mereka paham apa itu kerja keras, sejarah, punya kemauan, memiliki target dan selalu bekerja sangat keras untuk mengejar apa yang diinginkan, atas nama bangsa maupun pribadi. Satu-satunya alasan mengapa mereka harus bisa berbahasa asing termasuk Inggris hanya karena mereka ingin berhubungan dengan dunia luar

Sebenarnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah adalah hal yang cukup baik. Alasannya adalah untuk membiasakan siswa masuk dalam lingkungan percakapan bahasa Inggris. Kemampuan menggunakan bahasa asing itu bisa diperoleh dari learning (proses belajar) dan acquisition (perolehan). Yang kedua ini bisa didapat dari lingkungan sekitar, dengan terlibat langsung dalam komunitas yang menggunakan bahasa tersebut. Lingkungan ini yang perlu diciptakan, dan salah satunya adalah dengan membuat kebijakan penggunaan bahasa Inggris untuk beberapa mata pelajaran. Dalam kondisi sekarang, kesempatan secara terbuka oleh siswa dalam percakapan bahasa Inggris sangat sedikit, hanya dalam kelas bahasa Inggris. Ini salah satu faktor penyebab mengapa setelah lulus sekolah, banyak siswa yang masih belum bisa menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi. Beberapa sekolah dasar swasta menerapkan duallingua (dua bahasa) dalam pembelajarannya. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia secara bergantian, seperti sekolah High Scope. Padahal beberapa sekolah swasta yang memakai bahasa Inggris juga menerapkan metode bilingual, dimana siswa terus menerus harus berbicara dan mendengar pelajaran dalam bahasa Inggris.

Perdebatan sengit sekelompok kalangan tentang penggunaan Bahasa Inggris di sekolah dasar, tentu bukan hal yang penting untuk dilakukan, sebab masih banyak persoalan lain yang masih jauh lebih penting. Persoalan tentang kebangaan kita sebagai bangsa Indonesia.Bangga sebagai bangsa berarti bersedia dengan rela hati untuk menerima dan menggunakan atribut kebangsaan itu dalam kehidupan sosial. Tidak terkecuali untuk menggunakan bahasa Indonesia. Menghindarkan perasaan lebih modern, terhormat, dan terpelajar apabila dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan, menggunakan setumpuk istilah asing. Sebab siapa yang akan bangga dengan bahasa Indonsia kalau bukan masyarakat Indonesia sendiri. Cara pandang suatu bangsa terhadap bangsanya menentukan seberapa siap bangsa tersebut mampu bersaing di dunia internasional.

Fakta-fakta menarik tentang bahasa Indonesia hari tentu akan memperkuat kebanggan kita terhadap bahasa negeri kita. Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, Wikipedia Indonesia, telah menjadi ensiklopedia elektronik terbesar ketiga setelah Wikipedia berbahasa Jepang dan Mandarin. Wikipedia Indonesia kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia. Sedangkan di tingkat Asia kita berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin. Belum lagi fakta penelitian lembaga bahasa di dunia tentang segi gramatikal dan kompleksitivitasnya bahasa-bahasa yang dianggap sangat sulit di dunia adalah bahasa Indonesia sendiri berada diperingkat 15 didunia, sedang di asia kita diperingkat 3. Dan yang tidak kalah membanggakan lagi adalah fakta bahwa dari 6912 bahasa yang ada didunia bahasa Indonesia berada dalam urutan sepuluh besar bahasa di dunia dengan penutur terbanyak.

Survey terakhir yang dilakukan dari 190 negara di dunia, 129 diantaranya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Globalisasi, urbanisasi dan perkembangan internet telah mengubah peran peran Bahasa Inggris dalam 20 tahun terakhir. Better English better income (World Bank Studies, 2008). English Proficient Index 2011: Indonesia ranking 34 (termasuk Kategori Sangat Rendah) dalam hal kebisaan penggunaan Bahasa Inggris dalam keseharian. Sedangkan Malaysia no 9, bahkan Brazil lebih tertinggi No 31. Persoalan ini hadir bukan karena tanpa sengaja, tetapi lebih disebabkan pendidikan bahasa kita yang tidak serta memperkuat mental berbahasa siswa. Mental takut salah dalam berbahasa Inggris membatasi pengembangan kemampuan siswa kita hingga hanya berkutat pada persoalan “tenses” atau “grammar”. Perlu kita belajar pada bangsa Korea atau China yang telah merantau ke Amerika dan berhasil. Meski dengan modal bahasa Inggris seadanya dan logat aneh, mereka tetap berusaha untuk berkomunikasi dan berinteraksi tidak peduli tenses-nya benar atau tidak. Sebab berbahasa bukan persoalan benar atau salah bahasanya, tetapi bagaimana kita berani menyampaikan gagasan dalam komunikasi.

Sumber: http://hfis.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun