Di kedalaman tubuh yang sunyi,
ada gelombang yang tak terlihat,
asam meronta dalam kegelapan,
menyeruak tanpa aba-aba.
Lambungku, sang wadah resah,
menyimpan cerita pedih dan getir,
setiap detik ia mengaduk rasa,
menciptakan nyeri di bawah rusuk.
Malam yang tenang berubah gaduh,
tenggorokan terbakar, perih tak sembuh,
udara terasa sempit, nafas pun sesak,
oh, asam lambung, bisakah kau mereda?
Namun, di balik deritamu,
kau mengingatkan untuk lebih bijak,
memilih makanan, menjaga ritme,
agar tubuh ini tetap seimbang.
Seperti ombak di laut,
kau akan surut jika diatur,
aku belajar mendengar tubuh,
merawatnya dengan cinta yang lembut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H