Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Nothing but busy🤍 "Dunia terlalu indah untuk dilewatkan tanpa sebuah cerita visual. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Martabak di Tengah Hujan

9 November 2024   17:11 Diperbarui: 9 November 2024   18:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rintik hujan membasahi malam,  

derasnya jatuh di jalanan kelam,  

di ujung gang, terang remang,  

kios martabak berdiri tenang.  

Aroma manis, harum menguar,  

dari loyang panas yang bergetar,  

adonan mengembang, cokelat tersebar,  

keju berlimpah, rasa pun menyebar.  

Di bawah payung, aku berdiri,  

mengamati bulir hujan jatuh bersemi,  

menanti martabak matang sempurna,  

di tangan si abang, penuh makna.  

Hujan menderas, angin berbisik,  

dingin merayap, hati menggeliat lirih,  

tapi hangat terasa, tak lagi terusik,  

dengan martabak ini, segalanya pulih.  

Malam yang basah, dingin menggigil,  

namun martabak hangat jadi penawar rasa kikir,  

di setiap gigitan, ada kenyamanan,  

di tengah hujan, manisnya jadi teman.  

Rindu akan kota, kenangan yang hilang,  

bersama martabak dan rintik yang tenang,  

malam ini sempurna, tanpa keluhan,  

sepotong martabak, di tengah hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun