Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Nothing but busy🤍 "Dunia terlalu indah untuk dilewatkan tanpa sebuah cerita visual. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langkah Kecil yang Berarti

21 Oktober 2024   11:46 Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:49 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil di kaki gunung, hiduplah seorang gadis bernama Laila. Ia tumbuh di tengah keluarga sederhana, dengan ayah yang bekerja sebagai petani dan ibu yang mengurus rumah tangga. 

Sejak kecil, Laila dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin. Ia selalu memiliki semangat besar untuk belajar, meskipun sarana di desanya terbatas. 

Buku-buku yang tersedia hanya sedikit, dan sekolah pun hanya sampai tingkat SMP. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Laila untuk terus belajar. Ia percaya, pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib keluarganya yang sederhana.

Setiap pagi, Laila harus berjalan sejauh lima kilometer untuk mencapai sekolahnya. Ia tak pernah mengeluh, meski harus melewati jalanan berbatu dan sungai kecil yang airnya dingin menusuk kaki. 

Bahkan di musim hujan, ketika jalanan menjadi berlumpur, Laila tetap berangkat dengan penuh tekad. Di dalam tasnya, selalu terselip buku-buku pelajaran dan beberapa lembar kertas yang ia gunakan untuk mencatat pelajaran penting.

Sepanjang perjalanan, Laila selalu memanfaatkan waktu untuk membaca buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan kecil di sekolahnya. 

Buku-buku itu adalah jendela dunia bagi Laila, yang membuka wawasan dan impiannya untuk bisa mengubah nasib keluarganya. Ia terpesona dengan cerita-cerita dari berbagai negara, tokoh-tokoh hebat yang menginspirasi, dan pengetahuan baru yang ia temukan dari setiap halaman yang dibacanya. 

Di dalam pikirannya, Laila selalu membayangkan dirinya bisa meraih pendidikan tinggi dan suatu hari akan menjadi seseorang yang berguna bagi desanya.

Suatu hari, Laila mendengar kabar tentang beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke SMA di kota. Kabar itu menyebar cepat di antara murid-murid di sekolahnya. 

Namun, ia tahu bahwa persaingan untuk mendapatkan beasiswa itu sangat ketat, dan hanya sedikit siswa yang akan terpilih. Meskipun demikian, Laila bertekad untuk mencoba. Ia percaya bahwa dengan usaha keras dan doa, segala sesuatu mungkin terjadi. 

Tak seperti kebanyakan anak di desanya yang merasa pesimis dengan peluang tersebut, Laila justru merasa semakin termotivasi. Ia tahu, jalan menuju impiannya tidak akan mudah. Namun, setiap malam sebelum tidur, Laila selalu mengingatkan dirinya untuk tidak pernah menyerah. 

Di bawah sinar redup lampu minyak, ia membaca ulang materi pelajaran dan menghafal rumus-rumus matematika, sambil mengulang-ulang doa dalam hati agar diberi kekuatan untuk mewujudkan mimpinya.

Laila mulai belajar lebih giat. Ia membaca setiap buku yang bisa ia dapatkan, bahkan buku-buku pelajaran tingkat SMA yang ia pinjam dari gurunya. Di malam hari, meskipun hanya diterangi lampu minyak, 

Laila tak pernah berhenti mengulang pelajaran. Kadang-kadang, ia harus membantu ayahnya di ladang setelah pulang sekolah, namun hal itu tak mengurangi semangatnya untuk belajar. Meski tangannya terasa lelah setelah membantu menanam padi atau memanen jagung, ia tetap semangat membuka buku-bukunya di malam hari. "Hanya dengan ilmu, aku bisa memperbaiki hidup," begitu pikirnya.

Di saat yang sama, Laila juga terlibat aktif dalam kegiatan sosial di desanya. Ia sering membantu anak-anak yang lebih kecil untuk belajar membaca dan menulis. Di sore hari setelah pulang dari ladang, Laila membuka kelas kecil di halaman rumahnya. Anak-anak desa yang kurang mampu belajar di sekolah formal sering datang untuk belajar bersama Laila. Ia mengajarkan mereka huruf-huruf dasar, membaca dongeng-dongeng sederhana, dan kadang-kadang bercerita tentang ilmu pengetahuan yang ia pelajari di sekolah.

Laila merasa bahwa berbagi ilmu adalah cara untuk memberikan dampak positif pada lingkungannya. Ia percaya, meskipun langkahnya kecil, perubahan bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Bagi Laila, ilmu adalah harta yang tak ternilai, dan dengan membagikannya, ia berharap bisa menumbuhkan semangat belajar di kalangan anak-anak desa lainnya. Ia ingin mereka juga memiliki impian besar seperti dirinya, karena ia tahu bahwa impian itu dapat menjadi motor penggerak untuk maju.

Akhirnya, tibalah hari pengumuman beasiswa itu. Jantung Laila berdebar saat mendengarkan pengumuman di aula sekolah. Bersama puluhan siswa lainnya, ia menunggu dengan penuh harap. Ketika namanya disebut sebagai salah satu penerima beasiswa, ia hampir tak percaya. Air mata haru mengalir di pipinya. Semua usaha kerasnya terbayar. Ia tidak hanya berhasil mendapatkan beasiswa, tetapi juga menjadi contoh inspiratif bagi teman-temannya di desa. "Tuhan mendengar doaku," bisiknya dalam hati.

Namun, perjalanan Laila belum berhenti di sana. Setelah bersekolah di SMA di kota, ia menyadari bahwa tantangan yang ia hadapi semakin besar. Di sekolah barunya, Laila harus beradaptasi dengan lingkungan yang jauh lebih modern. Ia bertemu dengan siswa-siswa dari berbagai latar belakang yang lebih beruntung darinya. Beberapa di antaranya memiliki fasilitas belajar yang jauh lebih baik, buku-buku yang lengkap, dan bimbingan dari guru-guru privat. Namun, Laila tidak pernah merasa minder. Ia terus belajar dengan tekun, selalu mengingat perjuangan keluarganya di desa yang menjadi sumber motivasi utamanya.

Pada saat liburan, Laila selalu pulang ke desanya dan membagikan pengalaman belajarnya kepada adik-adik di sana. Ia mengajarkan mereka bahwa mimpi besar bisa diraih meski berasal dari desa terpencil. "Langkah kecil yang kita ambil hari ini, mungkin akan menjadi awal dari sesuatu yang besar di masa depan," kata Laila suatu hari kepada anak-anak desa itu. Ia selalu menekankan pentingnya pendidikan kepada mereka, berharap agar generasi berikutnya bisa memiliki masa depan yang lebih cerah.

Waktu berlalu, Laila berhasil menyelesaikan pendidikan SMA-nya dengan nilai yang gemilang. Ia bahkan mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan kuliah di universitas ternama di ibu kota. Berita tentang keberhasilan Laila tersebar di seluruh desa, dan ia pun menjadi inspirasi bagi banyak orang. Laila berhasil membuktikan bahwa asal-usul dan keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih mimpi.

Kini, setelah lulus kuliah, Laila kembali ke desanya sebagai seorang guru. Ia memutuskan untuk membagikan ilmunya dan berkontribusi dalam pembangunan pendidikan di daerahnya. Bagi Laila, ini adalah caranya untuk membalas budi kepada desa dan keluarganya yang selalu mendukung. Ia ingin anak-anak di desanya memiliki kesempatan yang sama untuk meraih mimpi, seperti yang pernah ia perjuangkan. Ia percaya, jika ia bisa melakukannya, anak-anak lain juga bisa.

Laila selalu mengatakan kepada murid-muridnya, "Langkah kecil yang kita ambil hari ini mungkin tak terlihat besar, tapi percayalah, setiap langkah itu akan membawa kita lebih dekat kepada impian kita. Jangan pernah berhenti bermimpi dan berusaha, karena Tuhan selalu memberikan jalan bagi mereka yang tak pernah menyerah."

Cerita tentang Laila menjadi inspirasi bagi semua orang di desa. Semangatnya yang pantang menyerah, kesederhanaannya, dan dedikasinya pada pendidikan membuat banyak orang percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang diambil dengan penuh keyakinan. Laila mengajarkan bahwa impian bisa menjadi kenyataan, asalkan kita berani melangkah dan terus berjuang.

Di bawah bimbingan Laila, banyak anak-anak desa yang termotivasi untuk terus belajar. Perlahan namun pasti, desa kecil itu mulai berubah. Anak-anak yang dulunya hanya bermimpi untuk membantu orang tua di ladang, kini memiliki impian besar untuk menjadi dokter, insinyur, atau guru seperti Laila. Desa itu menjadi tempat yang penuh dengan harapan, dan semua itu berawal dari langkah kecil seorang gadis bernama Laila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun