Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Nothing but busy🤍, berimajinasi lah hingga imajinasi mu berkembang menjadi lautan lepas

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Makanan Tradisional Lebih Sehat daripada Makanan Bermicin? Benarkah begitu?

21 Agustus 2024   16:14 Diperbarui: 21 Agustus 2024   16:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan tradisional sering kali dipandang sebagai pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan makanan yang mengandung monosodium glutamat (MSG) atau yang biasa disebut dengan "micin". Persepsi ini didasarkan pada keyakinan bahwa makanan yang alami dan minim pengolahan lebih baik untuk kesehatan. Namun, apakah benar makanan tradisional selalu lebih sehat ketimbang makanan bermicin? Artikel ini akan mengulas perbandingan antara keduanya dari berbagai aspek.

 1. Bahan Baku dan Pengolahan

Makanan tradisional umumnya dibuat dari bahan baku alami seperti sayuran, daging, dan rempah-rempah yang minim atau tanpa tambahan bahan kimia sintetis. Pengolahan makanan tradisional sering kali melibatkan teknik-teknik masak yang sederhana seperti merebus, mengukus, atau memanggang, yang bertujuan untuk menjaga nutrisi alami dari bahan makanan.

Di sisi lain, makanan bermicin, terutama makanan olahan atau makanan cepat saji, biasanya mengandung bahan tambahan seperti MSG yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa. MSG adalah zat aditif yang umum digunakan untuk memberikan rasa umami pada makanan. 

Meskipun telah disetujui penggunaannya oleh berbagai badan kesehatan internasional, MSG tetap menimbulkan kontroversi karena dianggap bisa memicu berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan, seperti sakit kepala, mual, atau reaksi alergi pada beberapa orang.

2. Kandungan Nutrisi

Makanan tradisional cenderung kaya akan nutrisi karena terbuat dari bahan-bahan segar dan minim pengolahan. Misalnya, makanan tradisional Indonesia seperti gado-gado, pecel, atau sayur asem, mengandung banyak serat, vitamin, dan mineral dari sayuran segar. Kandungan lemak dan garam juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan makanan cepat saji.

Sementara itu, makanan bermicin, khususnya makanan olahan, sering kali tinggi garam, lemak trans, dan gula tambahan. Konsumsi berlebihan makanan seperti ini dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua makanan yang mengandung MSG secara otomatis tidak sehat. Ada juga makanan yang menggunakan MSG dalam jumlah kecil namun tetap kaya nutrisi, terutama jika diimbangi dengan bahan-bahan sehat lainnya.

3. Dampak Kesehatan Jangka Panjang

Banyak penelitian menunjukkan bahwa diet yang tinggi makanan olahan dan bahan tambahan seperti MSG dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan jangka panjang. Konsumsi berlebihan MSG dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik, yang mencakup kondisi seperti tekanan darah tinggi, resistensi insulin, dan peningkatan kadar kolesterol.

Di sisi lain, makanan tradisional yang kaya akan bahan alami dan minim pengolahan dapat mendukung kesehatan jangka panjang. Diet yang seimbang dengan banyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein sehat, seperti yang sering ditemui dalam makanan tradisional, dapat membantu mencegah berbagai penyakit kronis dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun