Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi - Pencinta kata yang berbisik

Nothing but busy🤍 "Penggemar kata-kata yang mengalir dalam rima dan makna. Menuliskan puisi sebagai bentuk suara hati, merangkai setiap baris untuk menghidupkan keindahan dan perasaan yang tersembunyi. Temukan jejak cerita, cinta, dan renungan dalam tiap sajak yang kutulis. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Keset yang Terbuang

7 Agustus 2024   05:50 Diperbarui: 7 Agustus 2024   19:21 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ambang pintu kusam dan sepi,  
Berbaring diam tanpa daya,  
Keset lusuh, saksikan semua,  
Jejak-jejak kaki, debu, dan luka.

Dulu disambut hangat sentuhan,  
Menghapus noda, melindungi tapak,  
Kini terasing, tak dianggap,  
Menanti waktu, terabaikan.

Hujan turun, air mengalir,  
Membasahi jiwa yang terkapar,  
Keset tua, bisu tanpa suara,  
Menanggung beban, setia menunggu.

Dalam gelap, dalam kesendirian,  
Tak ada yang peduli, tak ada yang lihat,  
Keset terbuang, cerita terhapus,  
Namun tetap ada, tak beranjak.

Meski tak lagi berarti,  
Dalam hati tetap bersemayam,  
Keset yang terbuang, penuh kenangan,  
Menjadi saksi bisu, perjalanan waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun