Karya : de
Saat pagi menyingsing di ufuk timur,
Langit membentang kanvas biru nan luhur.
Setiap tetes embun yang jatuh perlahan,
Menjadi tinta bagi puisi alam semesta.
Dalam setiap tetes, ada cerita terurai,
Tentang cinta, harapan, dan asa yang tak pernah usai.
Langit menulis dengan gemericik hujan,
Mengisahkan rindu yang datang tanpa undangan.
Awan kelabu menjadi bait-bait syahdu,
Petir menyambar, serasa kalimat pilu.
Namun, di balik gelap, ada cahaya menunggu,
Pelangi menjelma sebagai tanda cinta yang jitu.
Langit merangkai kata-kata dengan rinai hujan,
Mengalun lembut, menyejukkan jiwa yang gersang.
Setiap tetesan adalah bait-bait keabadian,
Menghiasi alam dengan puisi penuh kehangatan.
Malam tiba, bintang-bintang pun ikut serta,
Menjadi tanda baca di angkasa raya.
Langit tak henti menulis, meski malam melingkup,
Puisi cintanya abadi, meski dunia sejenak terlelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H