Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Prasasti Kuno di Maqam Ibrahim, Ditulis Jauh Sebelum Islam

12 Juli 2022   22:07 Diperbarui: 13 Juli 2022   06:02 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Dzulhijjah atau bulan Haji merupakan salah satu bulan suci dalam penanggalan Islam. Di bulan ini, umat Islam menggelar ibadah haji dan kurban. Rangkaian ibadah ini di mulai pada awal bulan Dzulhijjah. Puncaknya, pada tanggal 09 Dzulhijjah, seluruh jamaah haji berkumpul di padang Arafah. Tanggal setelahnya para jemaah Haji melanjutkan rangkaian ibadah seperti melontar jumrah, sai, tawaf, kurban dan seterusnya.

Di dalam tradisi Islam, ibadah haji dan ibadah kurban merupakan tradisi kuno yang dilatarbelakangi oleh kisah Nabi Ibrahim, Bapak segala bangsa-bangsa di dunia. Dikisahkan Ibrahim membawa keluarganya yakni Hajar dan Ismail ke gurun tandus bernama Bakkah. Gurun tandus Bakkah ini di kemudian hari dikenali sebagai Mekkah. 

Di sana, Ia dan anaknya Ismael membangun rumah suci yang kemudian dikenali sebagai Kakbah. Di sana pula, Ibrahim mendapatkan wahyu untuk mengorbankan putranya sendiri bernama Ismael. Namun kemudian, digantikan Tuhan dengan seekor kibas yang besar. Berdasarkan kisah pengorbanan inilah, ibadah kurban dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Jejak-jejak Nabi Ibrahim di Kota Mekkah, secara artefaktual masih bisa dijumpai. Misalnya Ka'bah yang sudah mengalami renovasi sepanjang riwayatnya, batu hitam yang dikenal sebagai hajar aswad, sumur zamzam, tugu jumrah, dan maqam Ibrahim.

Maqam Ibrahim yang dimaksud di sini bukanlah kuburan Nabi Ibrahim. Akan tetapi, jejak kaki nabi Ibrahim yang tercetak di batu saat membangun Ka'bah. Dimensi batu tersebut memiliki tinggi 90 cm dan lebar 60 cm. Sementara itu, jejak kaki yang tercetak dibatu memiliki ukuran panjang 27 cm, lebar 14 cm, dan berkedalaman 10 cm (gambar 1). 

Saat ini, maqam Ibrahim berada di hadapan pintu Ka'bah, ditandai dengan cungkup persegi delapan dengan kubah kecil di atasnya (gambar 2). Cungkup ini dibuat dari logam berwarna kuning keemasan.

Gambar 1. Detail foto maqam Ibrahim (Instagram Info Haramain)
Gambar 1. Detail foto maqam Ibrahim (Instagram Info Haramain)

Berdasarkan sejarahnya, mulanya maqam Ibrahim menempel di dinding Ka'bah. Namun kemudian pada masa Jahiliyah maqam Ibrahim dipindahkan dari tempat aslinya. 

Maqam Ibrahim pernah tersapu banjir di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Umar kemudian menempatkan kembali maqam Ibrahim sesuai dengan posisinya di masa Jahiliyah. Untuk melindunginya dari banjir, maqam Ibrahim ditutup dengan kotak kayu dan ditinggikan dari tanah.

Pelindung maqam Ibrahim juga mengalami perbaikan sepanjang waktu. Pada tahun 161 Hijriah (778 Masehi), Khalifah al-Mahdi dari Dinasti Abbasiyah, melapisi batu maqam Ibrahim dengan emas untuk memperbaiki keretakan pada batu. Saat itu, mengalami keretakan akibat terjatuh saat diturunkan oleh penjaga. 

Pada tahun 236 Hijriah (851 MMasehi), Khalifah al-Mutawakkil menambahkan lapisan emas di permukaan batu. Beberapa tahun kemudian, al-Mutawakkil juga memperbaiki "kursi" tempat maqam Ibrahim diletakkan. Ia mengganti lapisan timah pada kursi dengan perak serta membuat kubah pada cungkup dengan kayu berkualitas.

Pada tahun 251 Hijriah (866 M), al-Mutawakkil memerintahkan untuk mengambil kembali lapisan emas yang ditambahkan olehnya pada maqam. Hal ini untuk membiayai perang melawan pemberontak syiah yang dipimpin oleh Ismail bin Yusuf.

Gambar 3. Posisi Maqam Ibrahim saat ini (flickr.com)
Gambar 3. Posisi Maqam Ibrahim saat ini (flickr.com)

Pada tahun 256 Hijriah (871 Masehi) pasca pemberontakan, restorasi besar-besaran dilakukan terhadap maqam tersebut. Hal ini seperti yang dilaporkan dan disaksikan oleh al-Fakihi. 

Al-Fakihi menulis bahwa di tahun tersebut, penjaga maqam melaporkan kepada Gubernur Mekkah Ali bin al-Hasan bahwa batu maqam mengalami keretakan. Sang gubernur memerintahkan untuk memperbaiki batu dengan menyatukan bagian yang retak.

 Saat restorasi berlangsung semua lapisan logam penguat makam dilepas. Dari situ diketahui bahwa batu telah pecah menjadi tujuh bagian karena lapisan amalgam yang mengikat batu sudah tidak ada. Gubernur Mekkah kemudian menambah penguat batu dengan paku dan ikatan yang terbuat dari emas dan perak.

Tercatat sekitar 1992 mistqal emas (setara 8,84 kg emas) dan 1694 dirham perak yang digunakan. Setelah selesai diperbaiki batu yang telah disatukan tersebut dibawa kembali ke tempatnya di depan Kakbah. Saat itulah al-Fakihi melihat dan menyalin tiga baris tulisan yang masih terbaca di batu tersebut.

al-Fakihi berusaha memahami isi tulisan tersebut dan menanyakan tulisan tersebut pada ahlinya. Ali Bin Zaid al-Faraidi mengatakan bahwa prasasti di maqam Ibrahim ditulis dengan aksara Himyari (gambar 3). Abu Zakariyya al-maghribi yang mempelajari tulisan mesir kuno menerjemahkan tulisan tersebut. Baris pertama ditulis "Inni anaa Allah la ilaha illa anaa" (sesungguhnya Akulah Allah, tidak ada yang berhak disembah selain Aku). Baris kedua, berbunyi "Malik la yaram" (Raja yang tidak terjangkau). Baris ketiga, berbunyi "Isbaut" (yang Abadi).

Gambar 3. Salinan prasasti Himyari Kuno di Maqam Ibrahim (Kister, 1971)
Gambar 3. Salinan prasasti Himyari Kuno di Maqam Ibrahim (Kister, 1971)

Laporan al-Fakihi tentang tulisan di Maqam Ibrahim dikupas oleh  M.J.Kister. Ia menulis artikel berjudul "Maqam Ibrahim: A Stone with an Inscription" pada tahun 1971. Di dalam Artikelnya, Kister menulis tentang sejarah maqam Ibrahim serta menerjemahkan laporan al-Fakihi. 

Kister juga melampirkan salinan prasasti yang ditulis al-Fakihi di abad ke-9 M. Kister mengklaim bahwa naskah salinan prasasti maqam Ibrahim oleh al-Fakihi ini disimpan di Leiden. Kister sendiri masih meragukan keaslian salinan dan laporan al-Fakihi tersebut. 

Hal ini karena al-Fakihi menjadi satu-satunya saksi mata yang menulis tentang keberadaan prasasti di maqam Ibrahim. Ditambahlagi, Kister mempertanyakan keaslian salinan prasasti. Namun demikian, keberadaan prasasti di maqam Ibrahim, menjadi bukti penting bahwa Mekkah menyimpan bukti-bukti bersejarah tentang bangsa Arab sebelum dan di awal Islam.

Sebagaimana diketahui, saat ini para orientalis sering memprovokasi lewat tulisannya bahwa dengan mengatakan bahwa kota Mekkah saat ini bukanlah tempat kelahiran Islam. 

Oleh karena minimnya bukti arkeologi yang ditemukan. Mereka membangun narasi bahwa Mekkah dulunya berlokasi di Petra. Bukti yang diungkapkan oleh Kister paling tidak menyanggah narasi tersebut. M.J. Kister sendiri adalah keturunan Arab-Yahudi yang lahir di Polandia. Ia adalah pengajar bahasa Arab di Hebrew University di Yerusalem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun