Bulan Dzulhijjah atau bulan Haji merupakan salah satu bulan suci dalam penanggalan Islam. Di bulan ini, umat Islam menggelar ibadah haji dan kurban. Rangkaian ibadah ini di mulai pada awal bulan Dzulhijjah. Puncaknya, pada tanggal 09 Dzulhijjah, seluruh jamaah haji berkumpul di padang Arafah. Tanggal setelahnya para jemaah Haji melanjutkan rangkaian ibadah seperti melontar jumrah, sai, tawaf, kurban dan seterusnya.
Di dalam tradisi Islam, ibadah haji dan ibadah kurban merupakan tradisi kuno yang dilatarbelakangi oleh kisah Nabi Ibrahim, Bapak segala bangsa-bangsa di dunia. Dikisahkan Ibrahim membawa keluarganya yakni Hajar dan Ismail ke gurun tandus bernama Bakkah. Gurun tandus Bakkah ini di kemudian hari dikenali sebagai Mekkah.Â
Di sana, Ia dan anaknya Ismael membangun rumah suci yang kemudian dikenali sebagai Kakbah. Di sana pula, Ibrahim mendapatkan wahyu untuk mengorbankan putranya sendiri bernama Ismael. Namun kemudian, digantikan Tuhan dengan seekor kibas yang besar. Berdasarkan kisah pengorbanan inilah, ibadah kurban dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia.
Jejak-jejak Nabi Ibrahim di Kota Mekkah, secara artefaktual masih bisa dijumpai. Misalnya Ka'bah yang sudah mengalami renovasi sepanjang riwayatnya, batu hitam yang dikenal sebagai hajar aswad, sumur zamzam, tugu jumrah, dan maqam Ibrahim.
Maqam Ibrahim yang dimaksud di sini bukanlah kuburan Nabi Ibrahim. Akan tetapi, jejak kaki nabi Ibrahim yang tercetak di batu saat membangun Ka'bah. Dimensi batu tersebut memiliki tinggi 90 cm dan lebar 60 cm. Sementara itu, jejak kaki yang tercetak dibatu memiliki ukuran panjang 27 cm, lebar 14 cm, dan berkedalaman 10 cm (gambar 1).Â
Saat ini, maqam Ibrahim berada di hadapan pintu Ka'bah, ditandai dengan cungkup persegi delapan dengan kubah kecil di atasnya (gambar 2). Cungkup ini dibuat dari logam berwarna kuning keemasan.
Berdasarkan sejarahnya, mulanya maqam Ibrahim menempel di dinding Ka'bah. Namun kemudian pada masa Jahiliyah maqam Ibrahim dipindahkan dari tempat aslinya.Â
Maqam Ibrahim pernah tersapu banjir di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Umar kemudian menempatkan kembali maqam Ibrahim sesuai dengan posisinya di masa Jahiliyah. Untuk melindunginya dari banjir, maqam Ibrahim ditutup dengan kotak kayu dan ditinggikan dari tanah.
Pelindung maqam Ibrahim juga mengalami perbaikan sepanjang waktu. Pada tahun 161 Hijriah (778 Masehi), Khalifah al-Mahdi dari Dinasti Abbasiyah, melapisi batu maqam Ibrahim dengan emas untuk memperbaiki keretakan pada batu. Saat itu, mengalami keretakan akibat terjatuh saat diturunkan oleh penjaga.Â