Menurut Rio, dunia Roh ini berada di atas langit dan pintu untuk memasukinya berada di atas gunung yang bernama Semani Urai. Hanya melalui ritual-lah, ia mampu mengeluarkan roh amannya dari tubuh dan untuk selanjutnya dipandu oleh roh sang leluhur untuk menuju dunia itu.
Lebih lanjut menurutnya, roh manusia yang telah mati dikumpulkan berdasarkan usia kematian dan jenis kelamin mereka. Roh para lelaki dikumpulkan di tempat bernama Balai Bujang dan  roh para perempuan ditempatkan di Balai Gadih. Mereka yang mati di usia tua dikumpulkan di Balai Tuo-tuo.Â
Sedangkan roh aman kanak-kanak tidak dibawa ke langit melainkan dibawa ke sebuah lubuk bernama Lubuk Timbang Anak yang berada di kaki Gunung Simani Urai. Aman kanak-kanak biasanya diambil oleh roh jahat yang disebut sebagai Induk Bulo oleh masyarakat. Sosoknya mirip dengan makhluk bernama Wewe Gombel dalam kepercayaan Jawa.Â
Menurut legendanya, Induk Bulo ini adalah seorang bidadari yang menjelma menjadi roh jahat dan senantiasa mencuri aman bayi yang ditemuinya. Ia mencari setiap bayi manusia karena dianggap sebagai wujud dari anaknya sendiri.Â
Konon dulunya, sang bidadari menikahi manusia dan memiliki seorang anak yang masih bayi. Namun ia kembali ke langit setelah selendangnya ditemukan. Penguasa langitpun menolak kehadiran sang bidadari karena telah melanggar pantangan. Iapun kembali ke bumi dan berusaha mencari bayinya. Â Sayangnya, sang bidadari tidak mampu menjelma menjadi manusia, ia telah berubah menjadi roh jahat dan bergentayangan di antara dunia manusia dan dunia gaib.
Kurang lebih satu jam di dalam alam ketidaksadaran, perlahan Rio kembali tersadar. kali ini ia tidak sendiri tetapi dengan membawa aman si pesakit yang ia obati. Â Roh aman itu dimasukkan kembali ke dalam tubuh, dan dilindungi dengan benang tiga warna yang dipasangi cincin perunggu agar tidak diganggu kembali oleh roh jahat.
Satu hal yang menarik, tatkala Rio berkomunikasi dengan para arwah di dunia lain, suara dan gaya bicaranya seketika berubah mengikuti gaya bicara orang-orang mati yang dijumpainya di alam sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H