Apa yang kita pikirkan ketika bertemu batu  tergeletak di jalanan? Sudah pasti kita abaikan begitu saja, karena tiada hal yang menarik darinya atau mungkin kita akan melemparnya dari jalanan karena dianggap menganggu.Â
Namun tahukah kita bahwa manusia sesungguhnya sangat butuh dan tergantung dari keberadaan bebatuan. Bahkan, sejak kemunculan manusia purba di dunia.
Dalam kehidupan terawal, manusia membutuhkan batu sebagai peralatan untuk berburu dan mengumpulkan makanan.Â
Manusia purba seperti Homo erectus yang hidup sekitar 3 juta tahun yang lalu telah memanfaatkan batu sebagai alat pemotong. Mereka memecahkan sisi-sisi batu tertentu dengan batu pukul sehingga sisi-sisinya menjadi sangat tajam.Â
Alat batu yang mereka gunakan disebut sebagai kapak batu dengan bentuk beraneka ragam meski pengerjaannya masih sangat kasar.Â
Di Indonesia, kapak-kapak batu yang digunakan oleh manusia purba ini lazim disebut kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam dan kapak pembelah.
Penggunaan batu sebagai alat untuk berburu dan mengumpulkan makanan terus berlanjut hingga kemunculan manusia modern, sekitar 300 ribu tahun yang lalu.
 Akan tetapi, karena kemampuan berpikirnya yang semakin berkembang, alat-alat batu yang mereka gunakan pengerjaannya semakin halus dan mengandung unsur estetis.Â
Pada masa ini, mereka tidak hanya menajamkan sisi batu dengan cara dipukul tetapi juga menghaluskan permukaannya  (dipoles atau diupam). Mereka juga sudah mampu memilih jenis batu yang baik sebagai alat berburu seperti obsidian yang lebih tajam dan lebih mudah dibentuk.Â
Dari sini muncullah berbagai jenis alat batu yang disebut kapak lonjong,dan beliung persegi. Selain itu, mereka juga mulai memanfaatkan batu sebagai perhiasan dengan cara membentuk batu sedemikian rupa dan kemudian mengupam permukaannya.Â