Kondisi yang tak jauh beda dengan formasi di pusat. Kementrian Agama yang membuka sekitar 5000 lebih formasi, hanya menyediakan 11 formasi bagi lulusan arkeologi.Â
Lebih menyedihkan lagi, Kemdikbud yang menaungi ke-arkeologi-an hanya membuka satu formasi arkeologi. Sementara di bagian ristekdikti, formasi lengkapnya belum diumumkan. Namun sudah bisa ditebak, formasinya sangat sedikit.
Di daerah yang memiliki potensi arkeologi cukup tinggi misalnya di Aceh, Sumsel dan Jambi, pemdanya sama sekali tidak membuka formasi arkeologi.Â
Padahal penanganan tinggalan arkeologi sendiri tidak bisa sebatas dilakukan oleh balai penelitian atau balai pelestarian yang notabene di bawah naungan pusat. Perlu juga tenaga arkeologi di daerah supaya ada sinergitas kerja antara keduanya.
Sayangnya, pemerintah daerah kurang memahami arti penting sumber daya arkeologi di wilayah mereka. Padahal bila dikelola dengan baik, sumber daya arkeologi ini dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata untuk menambah pendapatan daerah.Â
Sebagaimana yang telah dilakukan Pemprov DIY, mereka mampu mengelola sumber daya arkeologi dan budaya yang mereka miliki untuk kepentingan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kenyataaan ini membuat kita berpikir haruskah program studi arkeologi dibuka di banyak perguruan tinggi?Â
Bila kesempatan kerjanya saja terbatas, maka sebaiknya pembukaan program studi arkeologi yang baru harus dibatasi, begitu pula dengan penerimaan mahasiswanya.Â
Mau dibawa ke mana semua lulusan arkeologi bila tiap kampus memiliki jurusan/prodi ini? bila mereka tidak memiliki tempat bekerja, apakah negara mau bertanggung jawab? Oleh sebab itu, jangan adalagi universitas yang mengusulkan prodi arkeologi di kampus mereka.Â
Biarkanlah lulusan arkeologi jumlahnya tetap sedikit dan langka, selangka benda-benda yang diteliti, agar  mereka semua dapat mengisi celah-celah sempit posisi di pemerintahan untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat dan berbakti kepada negara.
Saat ini, hanya ada enam universitas di Indonesia yang menawarkan prodi S1 Arkeologi yakni Universitas Jambi, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin dan Universitas Haluoleo.Â