Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Setop Buka Program Studi Arkeologi yang Baru!

16 November 2019   21:59 Diperbarui: 20 November 2019   01:04 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekelompok arkeolog sedang melakukan ekskavasi (ilustrasi). Sumber: www.rt.com.

Arkeologi atau kepurbakalaan memanglah bukan program studi (prodi) yang terlalu diminati selayaknya program studi yang lain. Ianya tidak pula begitu dikenal oleh masyarakat. 

Kebanyakan orang mungkin menganggap prodi arkeologi sebagai bidang keilmuan yang berkaitan dengan ilmu pertambangan  karena terdengar sedikit bunyi "gi" nya di belakang. Padahal sama sekali bukan.

Antara pertambangan dan kepurbakalaan memiliki kesamaan yaitu sama-sama melakukan penggalian atau ekskavasi di dalam istilah arkeologi. Bedanya, mereka mencari sumber daya alam/energi di bawah tanah untuk kemudian dieksploitasi. 

Sementara, arkeologi menggali tanah untuk menemukan benda apa saja yang ditinggalkan oleh manusia dari masa lampau. Tujuannya tidak lain adalah untuk merekonstruksi kembali kehidupan mereka di masa lalu dan menyusun kembali sejarah kehidupan mereka.

Tentu kerja arkeologi ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena tidak menguntungkan secara finansial. Banyak di antara orang tua yang ogah menguliahkan anaknya di prodi tersebut lantaran takut tidak memiliki karir dan masa depan yang cerah.

Bahkan beberapa berita on-line menempatkan lulusan arkeologi sebagai salah satu  lulusan yang susah mendapatkan pekerjaaan.

Berita tersebut sepenuhnya tidaklah salah, memang benar, ruang kerja bagi lulusan arkeologi di Indonesia sangat terbatas. Jarang sekali pihak swasta yang mau merekrut para arkeolog karena memang tenaga mereka tidak dibutuhkan. 

Jikalau adapun, kebanyakan mereka direkrut oleh perusahaan penerbitan atau media cetak.

Di lembaga pemerintahanpun lulusan arkeologi juga memiliki sedikit peluang untuk bekerja. 

Mereka hanya memiliki empat pilihan bila bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara yaitu pengajar di perguruan tinggi, peneliti di lembaga atau balai penelitian, kurator di museum, dan konservator di balai pelestarian cagar budaya. Itupun mereka direkrut oleh kementerian di pusat. 

Bagaimana dengan pemerintah daerah? Sangat jarang bahkan tidak ada sama sekali. Dalam rekrutmen cpns tahun ini saja, hanya ada satu atau dua daerah saja yang membuka formasi bagi lulusan arkeologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun