Kenal sama Kompasiana sejak Kapan?
Itu kejadiannya sekitar empat tahun yang lalu, secara tidak sengaja. Waktu itu ada acara "gathering" para penerima beasiswa dari sebuah organisasi filantropi, acaranya macem-macem ada outbound dan berbagai macam pelatihan. Salah satunya pelatihan menulis yang menghadirkan pembicara dari Kompasiana. Waktu itulah saya mengetahui adanya platform blog yang menampung berbagai tulisan masyarakat.
Iseng-iseng saya coba mendaftar dan mengunggah satu tulisan Motivasinya hanya untuk memeriahkan lomba dan berharap bisa memenangkang hadiah yang diselenggarakan pada kegiatan gathering tersebut. Tahu-tahunya malah ketagihan menulis di sini dan berlanjut hingga sekarang.
Apa sih Pengalaman Menarikmu selama Bergabung dengan Kompasiana?
Meski telah bergabung sejak September 2015 silam, namun  awalnya tulisan saya masih sedikit. Tahun 2015 saja hanya ada empat tulisan, bahkan di tahun 2016 cuma ada satu tulisan tok yang saya unggah. Gairah menulis itu kembali menggelora di tahun 2017, kalau tak salah ada 17 tulisan yang saya terbitkan di Kompasiana di tahun yang sama dan jumlah tulisan tersebut makin bertambah di tahun-tahun berikutnya.
 Di tahun 2018, saya berkesempatan pula liburan gratis ke Labuan Bajo setelah memenangkan lomba menulis yang diselenggarakan oleh Kompasiana bekerja sama dengan pihak lain. Pengalaman yang tidak terlupakan bagi saya, dan tentu saya sangat berterima kasih akan hal ini. Namun demikian, menjadi kompasianer tidak hanya menyisakan kenangan indah, ada beberapa hal yang pernah membuat saya merasa "jengkel" dan kesal.
Hal Apa sih yang Membuatmu Jengkel?
Pernah denger kata-kata "menunggu tanpa kepastian adalah hal yang menyakitkan"? ya, ungkapan ini sebenernya mewakili perasaan "jengkel" yang pernah saya rasakan selama menjadi Kompasianer. Jengkel karena menunggu tulisan saya menjadi pilihan, atau dari pilihan menjadi headline yang tak tentu kapan waktunya.
Terkadang tulisan yang saya harapkan menjadi headline malah hanya mentok menjadi pilihan atau bahkan diabaikan begitu saja sehingga hanya dibaca oleh sedikit viewers. Untuk memastikan itu, bahkan saya harus bolak-balik memeriksa pemberitahuan atau membuka profile, berharap artikelnya telah naik pangkat menjadi Headline (HL). Kalau ternyata nggak terpilih bikin nyesek nggak sih?
Adalagi kejadian artikel yang saya sangka biasa-biasa saja, malahan diangkat menjadi artikel headline dan meraup banyak pembaca. Â Pokoknya menulis di Kompasiana mengaduk-ngaduk perasaan banget.
Bagi seorang penulis, indeks keterbacaan dan artikel yang diangkat menjadi HL merupakan kebanggaan tersendiri. Keduanya menjadi salah satu indikator bahwa tulisan mereka diapresiasi oleh masyarakat luas.
Jengkel tapi Kok Ketagihan Menulis di Kompasiana?
Kalau yang namanya sudah kecanduan, meski menyakitkan tetap dilakoni hehe. Untung saya kecanduan hal yang positif yakni menulis. Menulis bagi saya adalah cara menyegarkan pikiran dan mengingat kembali memori yang tersimpan di otak.Â
Terkadang  karena kesibukan dan aktivitas lain, menulis menjadi terkesampingkan. Terkadang  juga dikarenakan penyakit malas-malasan yang sedang mendera atau belum beroleh inspirasi dari langit hehe. Suatu ketika, saya pernah lagi uring-uringan dan tiba-tiba mendapat inspirasi untuk menulis topik yang menarik. Langsung saja saya ambil laptop untuk menulisnya.
Apalagi Kompasiana yang seringkali membuat perasaan saya teraduk-aduk, membuat saya semakin termotivasi untuk menulis. Kompasiana memberikan semangat bagi saya untuk terus menyajikan tulisan-tulisan menarik dan bermanfaat terutama di bidang sosial-budaya dan arkeologi, bidang yang kerap diabaikan orang. Berbagi tulisan, bagi saya juga wadah untuk saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Baru-baru ini pula, menyediakan reward bagi para penulisnya yang memenuhi persyaratan lewat program K-Rewards serta terus  menyelenggarakan berbagai program menarik lainnya. Melalui program ini, para penulis dapat menambah pemasukan tambahan. Meski jumlahnya tidak seberapa, tapi tetap harus disyukuri.
Bagi saya, Kompasiana tidak hanya membuat masyarakat semakin tergoda untuk menulis , tetapi juga membuat mereka makin sayang kepadanya.
Apa yang Membuatmu Makin Sayang dengan Kompasiana?
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, alasan utamanya adalah karena Kompasiana satu-satunya platform yang mampu mengaduk-aduk perasaan saya, membuat jengkel tapi malah bikin ketagihan, gimana nih?
Alasan lain adalah karena Kompasiana menyediakan fitur-fitur menarik, yang mampu membuat tulisan saya dibaca oleh banyak orang dalam waktu relatif singkat. Hal ini tidak tersedia di platform lain.
Bila saya menulis di tempat lain misalnya, tulisan saya hanya mampu meraup sedikit pembaca tergantung pada kegigihan kita berbagi artikel tersebut. Berbeda dengan Kompasiana, tulisan kita bisa langsung dibaca oleh kompasianer lain dan secara sistematis terbagi ke media sosial milik Kompasiana seperti twitter dan halaman facebook.
Apa Harapanmu buat Kompasiana?
Di ulang tahunnya yang ke-11 ini, saya berharap Kompasiana makin jaya ke depannya, smemakin inovatif menyajikan informasi menarik dan bermanfaat kepada masyarakat serta meraih hati mereka untuk tertarik pada dunia tulis-menulis.
Kompasiana yang semakin bermasyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat. Tulisan-tulisannya bersumber dari tulisan masyarakat dan dibagikan kepada masyarakat pula. Dengan demikian, segala opini mereka tertampung di wadah yang tepat, informasi menarik dan bermanfaat dari segala penjuru dunia tersaring di sini.
Tukar menukar informasi berlangsung secara cepat, apa  yang terjadi di belahan bumi lain dalam hitungan menit sudah diketahui oleh kita yang berdiam di pedalaman. Satu-satunya yang belum ada di Kompasiana adalah menyaring informasi dari dunia lain, hehe bercanda.
Sebagai hadiah dan pengakhir tulisan, saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-11 buat Kompasiana disertai dengan editan foto ucapan selamat dalam aksara Incung Kerinci. Sekali lagi selamat ulang tahun ya!
#11TahunKompasiana #BeyondBlogging
Catatan :
1. Â Sebuah wawancara dengan diri sendiri
2. Artikel ini telah ditayangkan di blog pribadi:Â https://hafifulhadi.blogspot.com/2019/10/pernah-jengkel-sih-tapi-makin-sayang.htmlÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H