Baru-baru ini publik digemparkan dengan beberapa terjemahan google translate yang dianggap "nyeleneh" dan melecehkan.
Pasalnya, beberapa terjemahan kata atau frasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, Melayu dan Inggris mengandung unsur rasial dan pelecehan kepada etnik Aceh dan Melayu.Â
Misalnya, bila kata "anak aceh" atau kata "anak melayu" diketikkan pada kolom penerjemah bahasa Jawa, maka akan muncul terjemahan baj*ngan dalam bahasa Indonesia, penipu dalam bahasa Melayu atau b*tch dalam bahasa Inggris.Â
Unsur pelecehan ini tidak hanya pada satu kata atau frasa saja tetapi juga frasa dan kata lain yang memuat kata "aceh" dan "melayu".
Buntut dari terjemahan "nyeleneh" dan mengandung unsur pelecahan rasial ini, membuat Forum Komunikasi Melayu-Aceh mengirimkan surat protes ke pihak Google Indonesia. Sebagaimana yang dilansir dari laman FB Haekal Afifa, pihak google meminta maaf atas kesalahan dalam layanan google translate tersebut dan berjanji akan mengubah serta menghapus terjemahan tersebut.
Namun demikian, masalah ini tentu tidak akan berakhir pada permohonan maaf pihak google kepada masyarakat yang merasa dilecehkan dan dirugikan. Pihak google harus bertanggung jawab dengam cara menyelidiki secara mendalam kasus ini. Paling tidak google harus mengungkap dalang dibalik terjemahan tersebut.
Hasil terjemahan yang demikian itu, tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa ada input yang dimasukkan terlebih dulu. Penginput ini tentu bukanlah robot melainkan orang yang sangat paham dengan teknologi. Â
Saya yakin, layanan terjemahan yang disediakan oleh Google tidak seperti wikipedia di mana setiap orang dapat menginput dan mengedit pada layanan tersebut.Â
Kemungkinan yang terjadi adalah adanya serangan "hacker rasis" yang sengaja menginput terjemahan nyeleneh tersebut untuk melecehkan etnis tertentu. Bila hal ini yang terjadi, maka pihak google mesti bertanggungjawab untuk memperbaiki layanan terjemahan mereka sehingga tidak mudah diserang oleh para hacker.Â
Bisa kebayang bila ini terjadi, ribuan orang yang menggunakan layanan ini bisa salah dalam melakukan penerjemahan. Dengan demikian, mereka mengalami kerugian dan reputasi google sebagai penyedia mesin pencarian terbaik perlu dipertanyakan.Â
Kemungkinan lain adalah kesengajaan yang dilakukan oleh oknum di dalam perusahaan itu sendiri. Bila ini yang terjadi, oknum yang berbuat demikian harus ditindak menurut hukum yang berlaku karena merugikan masyarakat dan perusahannya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H