Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Yuk, Kunjungi Museum Bank Indonesia di Hari Museum Nasional

12 Oktober 2019   12:33 Diperbarui: 12 Oktober 2019   12:45 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Replika Emas Batangan di Museum BI. Dokpri

Tahukah anda bahwa hari ini, 12 Oktober merupakan Hari Museum Nasional? Pada tanggal yang sama  57 tahun  yang lalu (tahun 1962), para ahli permuseuman di Indonesia mengadakan kongres untuk pertama kalinya di Yogyakarta. Oleh sebab itu, tanggal 12 Oktober ditetapkan dan diperingati sebagai Hari Museum Nasional. Di tahun ini, peringatan Hari Museum Nasional bertepatan dengan akhir pekan. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan akhir pekan anda bersama keluarga berlalu begitu saja tanpa berkunjung ke Museum. Apalagi museum merupakan tempat yang sangat tepat untuk berlibur sambil belajar. 

Salah satu museum yang patut anda kunjungi adalah Museum Bank Indonesia, yang berlokasi di sekitar Kota Tua, Jakarta atau lebih tepatnya di jalan Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota). Bila turun di Stasiun Jakarta Kota atau di Halte Transjakarta, kita cukup berjalan kaki saja untuk sampai ke Museum. Lokasinya di seberang jalan raya sebelum memasuki kawasan Kota Tua. Museum ini buka dari pukul 08.00 hingga pukul 15.00 WIB.

Museum Bank Indonesia menempati bangunan yang dulunya digunakan oleh De Javasche Bank. Gedung ini dibangun dengan arsitektur neo-klasik pada masa Kolonial Belanda di tahun 1828. Oleh karenanya,  fasad bagian luar dan dalam gedung ini memiliki kemiripan dengan gedung-gedung tua yang ada di belahan dunia Barat sana. Gedung ini juga dihiasi oleh ornamen-ornamen kacapatri yang menarik dengan tampilan khas Eropa. Apalagi ketika memasuki gedung ini, nuansa Eropanya sangat terasa. Anda mungkin akan merasakan adanya bagian interior dalam bangunan ini yang mirip dengan Bangunan Bank di tayangan film Harry Potter.

Interior dalam bangunan Museum BI. Sumber: wonderfulimage.id
Interior dalam bangunan Museum BI. Sumber: wonderfulimage.id


Tidak hanya bangunannya yang bernilai seni dan sejarah tinggi, koleksi dan penataan museum ini juga tak kalah mengesankan. Memasuki gedung ini anda akan disuguhi tayangan dan etalase yang berisi gambaran tentang awal mula kontak bangsa Indonesia dengan dunia Barat melalui perdagangan rempah-rempah. Di ruang ini kita juga mendapatkan asupan pengetahuan tambahan mengenai VOC yakni perusaahan dagang Belanda yang dibentuk di kepulauan Nusantara.

Diorama pejabat VOC di Museum BI. Dokpri
Diorama pejabat VOC di Museum BI. Dokpri
Ruang lainnya adalah ruang tentang sejarah penggunaan uang di Indonesia. Di ruang  ini kita bisa melihat berbagai koleksi uang yang berasal dari zaman Hindu-Buddha hingga zaman Islam. Tinggalan-tinggalan uang kuno ini merupakan potret dan gambaran kemakmuran dan kemajuan perekonomian yang telah dicapai oleh leluhur Bangsa Indonesia di masa lalu. Misalnya saja mata uang ma yaitu mata uang yang terbuat dari emas dan perak seberat 2,1-2,5 gram yang digunakan pada masa Kerajaan Mataram Kuno di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ada pula koleksi mata uang  gobog yang digunakan di masa Majapahit. Di masa Islam, ada koleksi mata uang emas dan perak yang disebut derham peninggalan Kesultanan Aceh, ada koleksi uang pitis dari timah peninggalan kesultanan Jambi dan Palembang. 

Koleksi dirham emas dan perak tinggalan Kesultanan Aceh terlihat melalui kaca pembesar. Dokpri
Koleksi dirham emas dan perak tinggalan Kesultanan Aceh terlihat melalui kaca pembesar. Dokpri

Koleksi yang paling menarik menurut saya di galeri ini adalah koleksi uang Kampua atau Bida dari Kerajaan Buton abad ke-14 M. Uang ini terbuat dari lembaran kecil kain tenun yang secara khusus ditenun oleh para putri raja. Nilai tukar uang ini sama dengan sebutir telur di masa lalu.

Koleksi Uang Kampua/Bida dari Kerajaan Buton. Dokpri
Koleksi Uang Kampua/Bida dari Kerajaan Buton. Dokpri

Daya tarik lain dari koleksi museum BI  adalah koleksi replika ratusan emas batangan. Keberadaan emas batangan sebagai salah satu objek yang dipamerkan tidak bisa dilepaskan dari fungsi Bank Indonesia di masa lalu. Bank tidak hanya menjadi tempat penyimpanan dan menabung uang semata, tetapi juga untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk emas-emas batangan. Di galeri ini kita juga diberi kesempatan untuk merasakan  bagaimana beratnya satu emas batangan tersebut dengan mengangkatnya dari balik kaca.

Tak kalah menariknya adalah galeri yang menyajikan tentang percetakan uang dari masa ke masa setelah berdirinya Indonesia. Di sini kita bisa melihat tayangan bagaimana uang kertas dan koin dicetak baik dengan teknologi yang sangat sederhana di masa lalu maupun dengan menggunakan teknologi canggih model terkini.

Bicara soal kecanggihan teknologi, Museum BI tidak ketinggalan dari museum-museum modern lainnya di dunia. Museum ini sudah menggunakan teknologi canggih dalam memamerkan dan menyajikan koleksinya. Beberapa kotak kaca dilengkapi dengan kaca pembesar terutama tempat koleksi-koleksi kecil dipamerkan. Misalnya di ruang koleksi uang-uang kuno. Kita dapat melihat dengan jelas uang-uang berukuran kecil melalui kaca pembesar yang dipasang di bagian kotak kaca. Selain itu juga dilengkapi dengan narasi koleksi dari rekaman audio. Museum BI juga menggunakan teknologi digital 3D, layar sentuh dan sensor tubuh. Di ruang pamer terakhir misalnya, kita dapat melihat gambar-gambar arsitektur bangunan museum, cukup dengan menggerakkan tangan di alat sensor.

Liha Pula: Teknologi Digital di Museum Bank Indonesia untuk Menarik Wisatawan

Penggunaan teknologi canggih dalam berinteraksi dengan pengunjung merupakan kelebihan Museum BI dari museum lainnya yang sudah pernah saya kunjungi. Meskipun penggunaan teknologi canggih  bukanlah unsur terpenting dari sebuah museum dan hanya sebagai unsur pendukung. Namun sensasi dan pengalaman pengunjung saat melihat koleksi dengan menggunakan teknologi digital yang canggih bisa menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk mengunjungi museum ini. 

Teknologi digital yang dapat dinikmati pengunjung Museum BI
Teknologi digital yang dapat dinikmati pengunjung Museum BI

Selain mengunjungi museum ini, kita juga dapat berkunjung museum lain yang berlokasi tidak jauh dari Museum BI, cukup dengan jalan kaki sambil menyaksikan keindahan Kota Tua Jakarta dari bangunan-bangunan bergaya kolonial yang banyak di sana. Museum-museum terdekat tersebut seperti museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Wayang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun