Darah sapi itu menyembur seketika tatkala pisau tajam menari-menari di atas lehernya. Dua urat di dalam lehernya ituterputus yakni urat yang menjadi saluran darah dan urat yang menjadi saluran nafas. Tak kurang Sekitar lima menit kemudian, si sapi menemui ajalnya menghadap Tuhan sebagai salah satu hewan kurban.Â
Bagian-bagian tubuhnya segera dipotong, dibersihkan dan dibagikan kepada sesama. Di Kerinci umumnya, daging kurban dibagikan baik dalam bentuk daging mentah, maupun yang telah dimasak terlebih dahulu kepada sesama. Sementara itu, bagian-bagian organ dalam diperuntukkan bagi panitia kurban atau orang-orang yang membantu proses penyembelihan hingga pembagian daging.Â
Semua bagian dari hewan kurban tersebut diolah menjadi berbagai menu kuliner yang sangat enak dan lezat. Bagian daging umumnya dimasak menjadi gulai, rendang dan dendeng. Bagian tulang rusuk dan tulang kaki, umumnya diolah menjadi sup. Bagian otak, perut/lambung, dan usus sapi dimasak menjadi gulai serta bagian pankreas, paru dan hati umumnya diolah menjadi rendang.Â
Olahan-olahan menu tersebut memanglah lazim dijumpai di berbagai tempat di Indonesia. Namun ada beberapa menu khas yang mungkin hanya anda temukan di wilayah Kerinci.Â
1. Rendang Kubik dan Rendang Kacang Abang
Rendang dikenal sebagai salah satu makanan khas dari Sumatera Barat bahkan pernah dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia. Namun tahukah anda bahwa orang Kerinci juga mempunyai kemampuan untuk membuat masakan lezat ini dengan bahan utama daging sapi . Umumnya, pada musim lebaran haji, masyarakat mengolah daging sapi kurban menjadi rendang.Â
Akan tetapi, rendang Kerinci bukanlah rendang yang biasa anda temui di Rumah Makan Padang karena rendang kerinci memiliki bahan tambahan di dalamnya yakni kubik -- bahasa lokal untuk kentang-- yang berukuran mini dan kacang abang (bahasa lokal untuk kacang merah). Kentang mini yang dimasukkan saat proses memasak rendang umumnya tidak diiris terlebih dahulu melainkan bersama-sama dengan kulitnya, menarik bukan?
Rendang katanya adalah masakan yang dapat bertahan lama bila sering dipanaskan, bahkan rasanya bisa semakin enak saat warnanya semakin berubah dari coklat tua menjadi kehitaman. Apalagi rendang kacang abang, yang bahan kacangnya semakin lama semakin garing saat dipanaskan. Meskipun, dagingnya telah habis, rendang masih cukup nikmat dikonsumsi dari kentang mini dan kacang merah yang masih tersisa.
2. Gulai Cimedak/Timedak/NangkoÂ
Di Kerinci, daging sapi kurban juga diolah menjadi gulai bersama dengan nangka (dalam bahasa lokal Cimedak, Timedak, Nangko). Nangka terlebih dulu dibersihkan dari kulit dan getahnya, barulah setelah itu dipotong dengan bentuk seperti segitiga. Nangka tersebut kemudian direbus hingga matang.Â
Saat santan beserta bumbu-bumbu yang lain telah mendidih, barulah potongan nangka rebus dimasukkan.Â
Selain itu, ada gulai cimedak yang lebih spesial lagi di Kerinci yakni Gulai Cimedak Hitam. Di mana saat matang, nangka yang dimasak akan berwarna agak kecoklatan. Dan apabila sering dipanaskan hingga kuah gulainya kering, nangka tersebut akan berwarna kehitaman.Â
Hal ini dikarenakan saat memasak gulai, masyarakat menggunakan bumbu tambahan yaitu parutan kelapa oseng yang kemudian digiling hingga hancur. Inilah kunci kegurihan dan warna unik yang terdapat pada gulai tersebut.
3. Gulai Pucuk Ubi
Gulai pucuk ubi berbahan dasar daun ubi kayu atau daun ketela pohon yang masih muda dan daging sapi kering yaitu daging sapi yang telah dikeringkan atau diasap terlebih dulu.
Baca: Cara Tradisional Mengawetkan Daging Kurban
Biasanya, santan yang digunakan dalam membuat gulai ini tidak terlalu kental seperti memasak gulai nangka. Sebagaimana kebiasaan orang Kerinci, gulai tersebut juga memiliki bahan tambahan lain --selain pucuk ubi sebagai komposisi terbanyak-- seperti kentang, kacang merah, kacang panjang ataupun terong ungu. Oleh sebab itu, gulai ini bisa dikatakan sebagak gulai "gado-gado" karena aneka ragam sayuran tambahan yang dimasukkan.Â
4. Nasi Ndang Lmak
Nasi ndang adalah nasi yang dioseng-oseng  tanpa menggunakan minyak dengan tambahan sedikit garam dapur dan bawang merah iris. Namun, pada musim kurban, masyarakat juga menambahkan bahan khusus yakni lemak sapi yang telah dikeringkan. Saat lemak sapi kering dimasukkan dalam wajan panas, lemak tersebut akan mencair seperti minyak dan meresap ke dalam nasi tersebut. Akibatnya, nasi tersebut menghasilkan aroma dan rasa yang khas.Â
Biasanya, masyarakat memakan nasi ndang ini dengan sajian ikan laut kering yang dibakar sebentar di atas bara api.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI